Perjalanan karir seorang pemimpin hingga menuju puncak memerlukan pengorbanan, perjuangan bahkan terkadang melalui jalan panjang yang berliku. Apalagi untuk sebuah organisasi besar yang memiliki ribuan karyawan dan ratusan level manager, sementara hanya ada satu pucuk pimpinan yang diamanahkan menduduki posisi tersebut. Mereka yang dipercaya sebagai pemegang kendali organisasi tentu bukan sembarang orang, dan bukan hasil dari rekayasa arsitektur yang bernama persekongkolan dan persepahaman politik praktis; akan tetapi yang bersangkutan memiliki kompetensi yang terbangun melalui akumulasi proses pembelajaran dan pelatihan serta pengalaman. Ibarat sebuah bangunan, makin tinggi tingkatannya makin dibutuhkan fondasi yang kokoh agar tidak mudah roboh ditimpa goncangan dari dalam dan dari luar organisasi. Seorang boleh saja pintar, memiliki ketrampilan dan motivasi yang tinggi, tetapi kalau secara etik dan moral tidak bisa dipercaya maka tidak layak disebut sebagai pemimpin profesional.
Keteladanan
Banyak organisasi tidak memiliki mekanisme suksesi kepemimpinan yang terukur (kriteria, proses, waktu) sehingga merupakan sumber ketidakpastian masa depan organisasi. kesalahan sistem dan mekanisme birokrasi yang berbelit sering menjadi kendala dalam pelayanan. Mestinya paradigma berpikir para pemimpin diarahkan pada upaya melakukan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat yang akan dilayani. Salah satu konsekuensi menjadi seorang pemimpin adalah dia harus menjadi figur teladan bagi para pengikutnya. Kepribadian yang dapat diteladani kini menjadi hal penting yang harus ada dalam organisasi untuk menjaga kewibawaan pemimpin. Semakin besar perbedaan antara sasaran organisasi dan sasaran pribadi, semakin besar pula energi yang dibutuhkan pemimpin untuk mengambil langkah-langkah yang terpadu yang merupakan manifestasi dari nilai-nilai keteladanan.
Keteladanan dari seorang pemimpin dalam bertindak dan berbuat merupakan barang mahal yang harus segera diwujudkan. Untuk melahirkan pemimpin yang memiliki keteladanan dapat dilakukan melalui beberapa cara berikut :
Pertama, menerapkan kedisiplinan dengan adil. Salah satu tugas terpenting seorang pemimpin adalah menanamkan disiplin kepada semua karyawan. mendisiplinkan pegawai dilakukan melalui serangkaian penguatan komitmen, misalnya karyawan disadarkan sepenuhnya akan peraturan perusahaan dan kebijakan yang berlaku secara umum. semua diminta untuk menerima dan berkomitmen terhadap kebijakan organisasi. jangan bermain-main dengan penerapan disiplin yang telah disepakati sebagai komitmen yang harus ditaati bersama. semua karyawan termasuk pimpinan harus tunduk dengan aturan main yang telah ditetapkan, disini pimpinan harus menjadi penggerak dan teladan dalam hal pemberlakuan kedisiplinan, tidak malah sebaliknya pemimpin yang tidak memiliki konsistensi terhadap aturan main yang telah disepakati bersama.
Kedua, perlakukan karyawan dengan nurani. Setiap orang berbeda dari yang lain, pemimpin yang baik mempelajari perbedaan ini dan menangani mereka secara individualitas. Karena itu berlakukan karyawan dengan mengutamakan nilai-nilai nurani, mereka perlu perlindungan dan penghargaan. Jika seorang pemimpin menjalankan wewenangnya hanya mengandalkan kekuasaan emosionalnya tanpa menangani karyawan dengan pendekatan nurani, maka yang bersangkutan tidak saja gagal mendapatkan rasa hormat, melainkan juga berdampak pada meningkatnya penolakan. salah satu cara paling pasti untuk menjalin pertemanan dan mempengaruhi opini karyawan adalah dengan mempertimbangkan opininya serta memberikan peluang sebesar-besarnya kepada karyawan agar mereka merasa dirinya penting.
Ketiga, berikan pujian atas pencapaian. Pemimpin yang menyentuh hati pengikutnya tercermin dari sikap dan perilakunya yang selalu memberikan perhatian penuh kepada karyawannya. ia selalu memancarkan kasih dan senyum ramah dengan karyawan, namun disisi lain ia tegas dalam mengambil keputusan. selalu memberikan apresiasi kepada pegawai yang berprestasi dan memberikan semangat kepada karyawan yang belum menunjukkan prestasi terbaiknya. semua dipicu dalam satu tim dengan spirit budaya “bekerja bersama dan bersama-sama bekerja” untuk menuju visi organisasi dalam sebuah tim dibawah komando pemimpinnya. satu hal yang paling tidak menyenangkan dan merusak citra diri manakala seorang pimpinan mengambil nilai atas sesuatu yang dilakukan oleh salah seorang karyawan nya dan mengakui hal itu sebagai hasil pekerjaannya. karena itu langkah paling tepat adalah biarkan karyawan mengetahui bahwa pekerjaan mereka diperhitungkan dan dihargai, sehingga mampu menciptakan kompetisi positif diantara sesama karyawan.
Keempat, menemukan titik tengah. Seorang pemimpin yang bijaksana harus bersikap sebagai teman bagi karyawannya, sebagai mitra kerja, sebagai tumpuan organisasi dan sekaligus sebagai motor penggerak maju mundurnya organisasi. Karena itu pemimpin harus mampu menciptakan synergi dan harmoni ditengah-tengah karyawan yang memiliki kepentingan yang berbeda-beda. ia berperan sebagai dirigen dalam sebuah pertunjukan orkesta sehingga satu irama dalam satu seni pertunjukan. Namun yang perlu diperhatikan dan dijaga adalah : menjadi terlalu bersahabat dengan karyawan seringkali mempengaruhi kontrol yang perlu kita miliki, sementara itu terlalu menyendiri dapat menimbulkan penolakan dan kurangnya kerjasama. maka teladan yang baik adalah pemimpin mampu menemukan titik tengah diantara semua karyawan.
Kelima, mambangun rasa percaya dan mengutamakan kejujuran. Komponen utama dari kreadibilitas adalah kejujuran. Kejujuran selalu menjadi karakteristik nomor satu untuk memilih pemimpin yang dikagumi. Selain jujur pemimpin yang dapat dipercaya juga adalah orang yang kompeten dan dapat memberikan inspirasi bagi anggota kelompoknya atau para pengikutnya. pemimpin yang jujur dan dapat dipercaya menjadi teladan bagi semua pengikutnya. Jika pemimpinnya ternilai tidak jujur oleh karyawannya maka semua karyawan akan mengikuti rekam jejak dari sang pemimpinnya.
Keenam, bekerja dengan jalur yang tepat. Seorang pemimpin yang profesional harus mampu menunjukkan bahwa dirinya bekerja di jalur yang benar, tidak melanggar berbagai aspek hukum yang terkait dengan kelanggengan bisnis yang dikelolanya. semua bekerja sesuai dengan mekanisme yang telah dirancang sesuai Standar Operasional Prosedur, (SOP) nya, sehingga mudah untuk mengukur kinerja setiap karyawan. Seorang pemimpin yang bekerja di jalur yang tepat akan bekerja dengan tenaga, hati, dan jiwa. sedangkan mereka yang bekerja di jalur yang salah akan bekerja dengan tenaga, kritik, dan keterpaksaan.
Sebagai kesimpulan, pemimpin yang memiliki keberanian adalah mereka yang memiliki tingkat kompetensi serta integritas yang tinggi. Pemimpin yang menjadi teladan adalah pemimpin yang memiliki karakter terpuji, selalu menyelesaikan masalah, terus berupaya membahagiakan karyawannya, memperhatikan nasibnya dan masa depannya; sikap dan tabiatnya selalu menyenangkan, penuh dengan humor dan senyum yang ihlas. Hadirnya pemimpin yang mampu memberikan teladan akan membangkitkan kreatifitas karyawan untuk bekerja lebih baik, lebih santun, lebih teliti, lebih berani dan lebih profesional yang mampu mengantarkan organisasi tumbuh dan berkembang menuju visi yang dicita-citakan. aamiin.. semoga.***