PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Guna meningkatkan pelayanan yang baik kepada wisatawan, sebanyak 36 orang pengelola kawasan wisata di Riau mengikuti kegiatan pembinaan pengelolaan pondok wisata atau homestay.
Pembukaan Kegiatan ini digelar 19 – 22 November 2019 di Pekanbaru. Menghadirkan narasumber yang memiliki kompetensi di sektor pariwisata diantaranya, Pelaksana tugas Kadispar Riau, Raja Yoserizal, Ketua Tim Perumus SKKNI Homestay Kemenparekraf, Budi Setiawan yang juga menjabat sebagai Ketua Tim Pembuat Modul Homestay Desa Wisata Kemenparekraf 2014 dan Ketua Tim Percepatan pengembangan Desa Wisata Nasional.
Pelaksana tugas Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Riau, Raja Yoserizal mengatakan, untuk memberikan pelayanan baik kepada wisatawan, pengelola objek wisata di Riau harus bisa melaksanakan 7 poin program sapta pesona yakni, keamanan, ketertiban, kebersihan, kesejukan, keindahan, keramahan dan kenangan.
"Contohnya di Kabupaten Kuantan Singingi sedikit sekali hotel yang bisa menampung wisatawan. Untuk itu para pelaku pariwisata bisa melihat kondisi ini. Nah dengan adanya homestay tentunya bisa membantu para wisatawan yang berkunjung. Homestay ini harus di kelola sesuai dengan 7 poin yang ada di program sapta pesona itu," katanya.
Raja Yoserizal menegaskan, para pengelola homestay di Riau juga harus bisa melakukan pengawasan kepada tamu yang datang agar dapat menjaga norma agama juga adat istiadat di Riau dan dapat menyajikan atraksi kearifan lokal dan kuliner khas daerah.
Sementara, Tim Perumus SKKNI Homestay Kemenparekraf, Budi Setiawan mengatakan, kegiatan pembinaan yang diinisiasi oleh Bidang Destinasi Dispar Riau menurutnya sangat bagus dan bermanfaat untuk akselarasi destinasi di daerah juga sejalan dengan program yang dilakukan oleh Deputi pengembangan industri dan kelembagaan Kemenparekraf, melalui program pengembangan destinasi wisata dan pendampingan melalui perguruan tinggi.
"Kegiatan ini akan berdampak sekali, karena ketika wisatawan masuk ke objek wisata akan mencari homestay, kuliner dan atraksi wisata. Tentunya hal ini akan membantu penghasilan ekonomi masyarakat," kata Budi Setiawan
Budi menyarankan kepada pengelola homestay agar tidak mengelola homestay secara individu, tetapi memiliki satu wadah. Minimum memiliki asosiasi pengelola homestay yang lebih komplit lagi apabila dibungkus dengan desa wisata dan paket-paket wisata.
"Desa wisata ada 4 tingkatan, yaitu klasifikasi Desa wisata rintisan, berkembang, maju dan mandiri. Dengan perkembangan homestay yang bagus tentunya secara tidak langsung akan mempengaruhi peringkat desa wisata tersebut. Poin paling penting masyarakat harus sadar wisata melalui program sapta pesona karena inilah ruhnya sektor pariwisata," ujarnya.
Budi menambahkan, pengelola homestay atau masyarakat harus bisa menyajikan atraksi dengan kearifan lokal yang ada. Atraksi bukan hanya event pertunjukan seni saja bisa dikemas dengan kegiatan yang sederhana. Contohnya tamu yang datang bisa diajak langsung melihat atau ikut membuat kuliner khas daerah, misalkan membuat es laksemana mengamuk.(dof)