(RIAUPOS.CO) — WAJAHNYA sembab. Matanya berlinang. Tapi tangannya mengepal. Bicaranya tegang. Penuh emosi. Sedih dan jengkel menjadi satu pada diri Carrie Lam. Chief Executive Hongkong itu gusar: dituduh akan menjual Hongkong. Oleh para demonstran yang memblokade gedung parlemen. Hari Minggu lalu. Yang jumlahnya mencapai rekor: 1.030.000 orang. Mayoritas anak muda.
Carrie Lam bukan politisi. Ia birokrat karir. Terpilih dengan suara meyakinkan, 70 persen. Dalam sistem pemilihan demokrasi yang beda banget. Demo itu berulang Rabu lalu. Saat Carrie Lam ngotot proposalnya harus tetap dibahas di DPR. Bahkan harus sudah jadi UU Kamis minggu depan. Jumlah yang demo Rabu lalu memang ‘hanya’ puluhan ribu orang. Tapi lebih militan. Anggota DPR benar-benar tidak bisa masuk gedung parlemen. Pembahasan proposal Carrie Lam pun gagal dilakukan.
Terjadi bentrok hebat. Antara polisi dan demonstran. Yang juga hebat: tidak ada satu pun yang meninggal. Demonstran tetap menuntut pembatalan proposal. “ Withdraw! Withdraw!” teriak demonstran. Carrie Lam: tidak akan. Demonstran lantas minta Carrie Lam mundur. Carrie Lam: yang saya lakukan adalah benar. “Saya tidak mau Hongkong jadi surga persembunyian para penjahat,” ujarnya. (lihat DI’s Way: Demo Hongkong dan Demo Hamil).
Carrie Lam terpillh dua tahun lalu. Dengan perolehan suara begitu meyakinkan. Dia dilantik 1 Juli 2017. Oleh Perdana Menteri Cina, Li Keqiang. Disaksikan Presiden Xi Jinping. Lawannya di pemilihan waktu itu hanya satu: John Tsang. Sama-sama birokrat karir. Sama-sama pernah menjadi menteri sekretaris negara. Sama-sama pro-Beijing pula. Di Hongkong, yang penduduknya hanya 7,5 juta orang memillki 26 partai potitik. Tapi perannya tidak begitu penting. Siapa pun bisa maju sebagai calon independen. Untuk jabatan tertinggi sekali pun. Carrie Lam dan John Tsang adalah calon-calon independen. Pemilihan pemimpin Hongkong tidak dilakukan secara langsung.
Demokrasinya unik. Sejak zaman Inggris masih berkuasa dulu. Pemimpin Hongkong dipilih oleh 1.200 orang. Carrie Lam saat itu mendapat 777 suara. Yang berhak memilih pemimpin adalah komite pemilihan. Semacam MPR. Isi lembaga itu adalah: para anggota DPR (70 orang) dan wakil-wakil golongan masyarakat. Anggota DPR adalah mereka yang terpilih secara langsung di dapil masing-masing. Untuk masa jabatan empat tahun.
Wakil golongan adalah mereka yang dipilih oleh organisasi yang mewakili masyarakat. Di zaman Inggris hanya ada 9 jenis golongan: bisnis (diwakili dua orang), industri (2 orang), buruh (2 orang), hukum, kesehatan, akuntan, insinyur dan guru (masing-masing 1 orang). Merekalah yang berhak memillh pemimpin. Dengan begitu yang terpilih sebagai pemimpin adalah yang kualitasnya tinggi. Pencitraan tidak ada gunanya. Populer saja tidak laku. Yang memilih pemimpin adalah yang tahu persis siapa yang benar-benar berkualitas. Belakangan jenis golongan itu berkembang. Bertambah.
Golongan bisnis misalnya, dibagi lagi. Ada tambahan unsur restoran. Sebab di Hongkong begitu banyak orang yang usaha restoran, katering dan makanan kecil. Ada juga bisnis pariwisata. Lalu, real estate atau perumahan. Kalau dikelompokkan secara umum MPR itu terdiri dari golongan bisnis 300 orang, profesional 300 orang, sosial/agama/buruh 300 orang dan politisi 300 orang.
Sedang DPR-nya beranggota 70 orang. Yang separuh dipilih langsung oleh rakyat. Lewat dapil di distrik masing-masing. Yang separuh lagi adalah utusan golongan. Yang terdiri dari 9 jenis golongan tadi.
Utusan golongan itu tidak sama: ada yang dipilih langsung oleh anggota golongan. Ada juga semacam pemilu di golongan itu. Misalnya yang mewakili guru. Dipilih langsung oleh semua guru. Yang jumlahnya 68.000 orang. Atau golongan akuntan yang jumlahnya 22.000 orang. Tapi anggota DPR dari golongan buruh dipilih oleh 590 organisasi buruh. Demikian juga golongan nelayan, dipilih oleh organisasi nelayan. Dengan demikian DPR-nya sangat memahami denyut apa pun yang ada di masyarakat.
Tentu partai-partai prodemokrasi menganggap yang seperti itu bukanlah demokrasi. Mereka ingin melakukan perubahan mendasar. Agar seluruh rakyat punya hak pilih yang sama. Sudah banyak demo menuntut seperti itu. Tapi belum berhasil. Yang jelas proses itu membuat Hongkong menjadi sangat kuat. Meski kesenjangannya juga hebat. Pendapatan perkapita Hongkong 70.000 dolar per tahun. (Bandingkan dengan kita yang hanya sekitar 4.500 dolar/tahun). Namun juga begitu banyak yang tidak bisa memiliki rumah. Memang banyak hujan emas di Hongkong. Tapi juga hujan batu.***