SIAK (RIAUPOS.CO) – Sejak ditemukannya sapi mati dengan mengenaskan akibat dimakan harimau di kebun salah seorang warga Ahad (3/3) lalu, membuat warga Kampung Paluh, Kecamatan Mempura, Kabupaten Siak tak lagi berani pergi ke kebun hingga Selasa (5/3).
Sapi yang ditemukan tewas tersebut kondisi lehernya terdapat bekas gigitan dan cakaran. Di bagian ekor sapi juga dimakan harimau . Sejak kejadian ini, Penghulu Kampung Paluh Suprayitno memang meminta warga untuk tak pergi ke kebun sendirian.
“Saya meminta warga jika harus ke kebun, hendaknya berkelompok. Sebab sampai Selasa subuh (kemarin, red) , harimau masih terekam kamera pengintai saat mendatangi posisi sapi yang menjadi korban,” ungkap Penghulu Suprayitno, Selasa (5/3).
Padahal, bangkai sapi sudah dikubur sejak Ahad (3/3) petang, namun harimau masih mendatanginya. Kemungkinan aroma darahnya masih tercium. Hal yang sama dibenarkan Ketua Animal Rescue Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Siak Irwan Priatna. “Dua camera trap yang dipasang merekam harimau mendatangi lokasi di mana sapi ditemukan tewas di tepi parit,” terangnya.
Tim gabungan ini tidak turun ke lokasi Selasa (5/3) kemarin. Rencananya, mereka akan kembali ke lokasi, Rabu (6/3) pagi ini, sekaligus memeriksa camera trap, apakah ada tangkapan harimau keluar di layarnya. “Kami tidak turun hari ini (kemarin, red) karena sengaja dikosongkan dari aktivas warga agar dapat rekaman yang riil dan harimau tidak merasa diburu atau terganggu dari pengamatan tim,” jelasnya.
Sementara itu, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau masih mempelajari rekaman camera trap yang dipasang di Sungai Apit dan Mempura. Terekamnya satwa buas dilindungi tersebut mengindikasikan keberadaannya belum jauh dari lokasi konflik.
Kepala BBKSDA Riau Genman S Hasibuan, Selasa (5/3) menjelaskan, pihaknya saat ini masih berupaya mengidentifikasi apakah harimau di Mempura dan Sungai Apit adalah individu yang sama atau berbeda. ‘’Yang jelas harimaunya lebih dari satu. Tim kami terus berada di dua lokasi untuk melakukan mitigasi konflik bersama pihak-pihak terkait,’’ katanya.
Terkait konflik harimau sumatera dan warga Siak ini, BBKSDA Riau belum membicarakan soal evakuasi. Pasalnya didapati fakta bahwa kedua lokasi ditemukannya harimau tersebut tidak jauh dari habitat aslinya. ‘’Jarak datar di peta ke dua lokasi perekaman gambar harimau tersebut sekitar 32 kilometer. Dengan vegetasinya adalah Taman Nasional Zamrud dan Areal HTI serta perkebunan sawit,’’ kata Genman.
Berkaca pada langkah mitigasi konflik hewan buas lain sebelumnya, jika lokasi temuan berada dekat habitat asli atau wilayah konservasi, BBKSDA Riau tidak melakukan evakuasi. Namun di dua lokasi ini BBKSDA Riau telah memasang box trap. ‘’Kami telah melakukan pemasangan camera trap dan box trap serta melakukan patroli rutin untuk memberikan rasa nyaman dan aman bagi warga sekitar,’’ ujarnya.
Genman juga memastikan, Tim BBKSDA Riau akan terus melakukan upaya mitigasi di lapangan bekerja sama dengan pemerintah setempat maupun TNI dan Polri. ‘’Tim di lapangan akan terus berkoordinasi dengan para pihak. Sosialisasi terhadap warga juga dilakukan. Kita meminta warga berhati-hati dalam beraktivitas, demi keselamatan,’’ tuturnya.(mng/end)