Kamis, 9 Mei 2024

Jalan Rusak, Warga Lima Desa Terancam Terisolir

RENGAT (RIAUPOS.CO) – Sudah tiga bulan terakhir, warga lima desa di Kecamatan Batang Peranap, Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu) terancam terisolir. Pasalnya, jalan menuju lima desa tersebut rusak berat dan terendam luapan air Sungai Indragiri atau Batang Kuantan.

Satu-satunya transportasi yang bisa digunakan warga daerah itu yakni transportasi air jenis pompong atau sampan. “Kalau kami mau keluar dan masuk harus menggunakan pompong atau sampan,” ujar Ajasri SH salah seorang pemuka masyarakat Desa Pematang, Kecamatan Batang Peranap, Selasa (12/3).

Yamaha

Lima desa yang terdampak akibat jalan rusak dan terendam luapan air Sungai Indragiri itu di antaranya, Desa Pematang, Desa Pematang Benteng, Desa Selunak, Desa Koto Tuo, dan Desa. Sukamaju. Sementara jalan rusak menuju lima desa tersebut berada di Desa Baturijal Hilir Kecamatan Peranap.

Dijelaskannya, untuk menuju lima desa tersebut harus melintasi Jalan Dwi Marta di Desa Baturijal Hilir lebih dahulu. Jalan Dwi Marta tersebut menuju jembatan Peranap yang membentang di atas Sungai Indragiri dan di seberangnya ada lima desa tersebut.

Akibat abrasi yang terjadi di sepanjang bibir Sungai Indragiri, berdampak kepada Jalan Dwi Marta. Makanya, beberapa waktu lalu dibangun jalan alternatif menuju lima desa di Kecamatan Batang Peranap. “Jalan alternatif sepanjang lebih kurang 2 kilometer hancur akibat terendam luapan air Sungai Indragiri,” ungkapnya.

- Advertisement -

Beberapa waktu lalu sempat dilakukan perbaikan ketika air mulai surut. Namun tidak membuahkan hasil yang maksimal karena debit air Sungai Indragiri kembali naik dan jalan alternatif kembali terendam.

Baca Juga:  Kepala BNPB Tinjau Warga Inhu yang Mengungsi

Untuk itu ia berharap, Pemerintah Kabupaten Inhu kembali menganggarkan untuk meningkatkan jalan alternatif ini. Karena jalan harus ditimbun atau dinaikkan setinggi 1 meter. “Dulunya jalan alternatif ini rawa-rawa. Jadi perlu ditinggikan lagi agar aman dari luapan air Sungai Indragiri” tambahnya.

- Advertisement -

Lebih jauh disampaikannya, jalan alternatif yang rusak akibat luapan air Sungai Indragiri akan menjadi pekerjaan rumah baginya ke depan. “Ini salah satu perjuangan kami masyarakat ke depannya,” janji anggota dewan terpilih dari Partai Amanat Nasional (PAN) ini.

Jenazah Diangkat dari Ambulans ke Sampan

Kesulitan yang dirasakan warga Batang Peranap, Kabupaten Inhu juga diceritakan seorang warga desa tersebut yang bermukim di Pekanbaru, Ade Kurniawan. Tinggal di Jalan Lobak, Pekanbaru, Ade mengatakan, kondisi jalan putus di kampung halamannya memang sangat mengkhawatirkan.

“Jalan putus lebih kurang 1-2 kilomater ini membuat sulit masyarakat terutama pelajar/mahasiswa, guru, dokter dan perawat, petani atau pekebun, pedagang, orang sakit, bahkan orang meninggal untuk menempuh dan keluar dan masuk dari Kecamatan Batang Peranap ini,” kata Ade kepada Riau Pos, Selasa (12/3).

Selain memberikan informasi kondisi terkini ruas jalan tanah berlumpur dan terputus karena meluapnya sungai tersebut, Ade juga memberikan beberapa dokumentasi foto dan video. Terlihat dari video, satu unit ambulans membawa jenazah salah seorang warga yang akan dimakamkan di kampung halaman.

Ambulans yang membawa jenazah tampak terhenti karena jalan putus. Kemudian jenazah diangkat kerabat dan keluarga dari mobil menuju sampan di tepi sungai untuk diseberangkan. Suasana duka diiringi akses jalan sulit ini pun terlihat menambah kesedihan keluarga.

Baca Juga:  Kantah Inhu Targetkan 4.000 Persil Sertifikat Tanah

“Ahad (10/3) lalu, sempat ada jenazah dari Pekanbaru akan dimakamkan di kampung (Batang Peranap, red). Sampai di Jalan Dwi Marta, Desa Batu Rijal Hilir, Kecamatan Peranap dan akan dikebumikan di Desa Pematang Kecamatan Batang Peranap harus dibawa pakai sampan,” ungkap Ade.

Menurut Ade, warga Kecamatan Batang Peranap memang saat ini perlu perhatian pemerintah.”Ribuan masyarakat harus menggunakan transportasi air atau pompong untuk menempuh daerah tetangga seperti ke Peranap ataupun ke kota lain setiap harinya. Tentu harus merogoh kantong lebih dalam karena membayar jasa penyeberangan,” beber Ade.

Dijelaskannya, untuk menembus akses ke luar kampung, warga harus membayar sejumlah uang untuk menyeberang. Seperti untuk sepeda motor dikenakan biaya Rp25 ribu sekali jalan. Demikian pula untuk orang tanpa kendaraan membayar Rp10 ribu untuk sekali jalan.

“Kiranya pemerintah daerah maupun Provinsi Riau dapat memperhatikan nasib ribuan masyarakat yang memerlukan perbaikan jalan ini. Mudah-mudahan di bulan Ramadan ini, penderitaan masyarakat Batang Peranap dapat berkurang,” harap Ade.

Di tempat terpisah, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Inhu Arif Sudaryanto ST MT melalui Kabid Bina Marga Suheri ST mengatakan, perbaikan jalan alternatif tersebut belum bisa dilakukan tahun ini. “Tahun ini belum ada anggaran. Mudah-mudahan bisa melalui APBD perubahan,” ujarnya.(kas/egp)

RENGAT (RIAUPOS.CO) – Sudah tiga bulan terakhir, warga lima desa di Kecamatan Batang Peranap, Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu) terancam terisolir. Pasalnya, jalan menuju lima desa tersebut rusak berat dan terendam luapan air Sungai Indragiri atau Batang Kuantan.

Satu-satunya transportasi yang bisa digunakan warga daerah itu yakni transportasi air jenis pompong atau sampan. “Kalau kami mau keluar dan masuk harus menggunakan pompong atau sampan,” ujar Ajasri SH salah seorang pemuka masyarakat Desa Pematang, Kecamatan Batang Peranap, Selasa (12/3).

Lima desa yang terdampak akibat jalan rusak dan terendam luapan air Sungai Indragiri itu di antaranya, Desa Pematang, Desa Pematang Benteng, Desa Selunak, Desa Koto Tuo, dan Desa. Sukamaju. Sementara jalan rusak menuju lima desa tersebut berada di Desa Baturijal Hilir Kecamatan Peranap.

Dijelaskannya, untuk menuju lima desa tersebut harus melintasi Jalan Dwi Marta di Desa Baturijal Hilir lebih dahulu. Jalan Dwi Marta tersebut menuju jembatan Peranap yang membentang di atas Sungai Indragiri dan di seberangnya ada lima desa tersebut.

Akibat abrasi yang terjadi di sepanjang bibir Sungai Indragiri, berdampak kepada Jalan Dwi Marta. Makanya, beberapa waktu lalu dibangun jalan alternatif menuju lima desa di Kecamatan Batang Peranap. “Jalan alternatif sepanjang lebih kurang 2 kilometer hancur akibat terendam luapan air Sungai Indragiri,” ungkapnya.

Beberapa waktu lalu sempat dilakukan perbaikan ketika air mulai surut. Namun tidak membuahkan hasil yang maksimal karena debit air Sungai Indragiri kembali naik dan jalan alternatif kembali terendam.

Baca Juga:  Pj Wako Minta Warga Jalan Cipta Karya Bersabar

Untuk itu ia berharap, Pemerintah Kabupaten Inhu kembali menganggarkan untuk meningkatkan jalan alternatif ini. Karena jalan harus ditimbun atau dinaikkan setinggi 1 meter. “Dulunya jalan alternatif ini rawa-rawa. Jadi perlu ditinggikan lagi agar aman dari luapan air Sungai Indragiri” tambahnya.

Lebih jauh disampaikannya, jalan alternatif yang rusak akibat luapan air Sungai Indragiri akan menjadi pekerjaan rumah baginya ke depan. “Ini salah satu perjuangan kami masyarakat ke depannya,” janji anggota dewan terpilih dari Partai Amanat Nasional (PAN) ini.

Jenazah Diangkat dari Ambulans ke Sampan

Kesulitan yang dirasakan warga Batang Peranap, Kabupaten Inhu juga diceritakan seorang warga desa tersebut yang bermukim di Pekanbaru, Ade Kurniawan. Tinggal di Jalan Lobak, Pekanbaru, Ade mengatakan, kondisi jalan putus di kampung halamannya memang sangat mengkhawatirkan.

“Jalan putus lebih kurang 1-2 kilomater ini membuat sulit masyarakat terutama pelajar/mahasiswa, guru, dokter dan perawat, petani atau pekebun, pedagang, orang sakit, bahkan orang meninggal untuk menempuh dan keluar dan masuk dari Kecamatan Batang Peranap ini,” kata Ade kepada Riau Pos, Selasa (12/3).

Selain memberikan informasi kondisi terkini ruas jalan tanah berlumpur dan terputus karena meluapnya sungai tersebut, Ade juga memberikan beberapa dokumentasi foto dan video. Terlihat dari video, satu unit ambulans membawa jenazah salah seorang warga yang akan dimakamkan di kampung halaman.

Ambulans yang membawa jenazah tampak terhenti karena jalan putus. Kemudian jenazah diangkat kerabat dan keluarga dari mobil menuju sampan di tepi sungai untuk diseberangkan. Suasana duka diiringi akses jalan sulit ini pun terlihat menambah kesedihan keluarga.

Baca Juga:  2025, Lima Prioritas Pembangunan

“Ahad (10/3) lalu, sempat ada jenazah dari Pekanbaru akan dimakamkan di kampung (Batang Peranap, red). Sampai di Jalan Dwi Marta, Desa Batu Rijal Hilir, Kecamatan Peranap dan akan dikebumikan di Desa Pematang Kecamatan Batang Peranap harus dibawa pakai sampan,” ungkap Ade.

Menurut Ade, warga Kecamatan Batang Peranap memang saat ini perlu perhatian pemerintah.”Ribuan masyarakat harus menggunakan transportasi air atau pompong untuk menempuh daerah tetangga seperti ke Peranap ataupun ke kota lain setiap harinya. Tentu harus merogoh kantong lebih dalam karena membayar jasa penyeberangan,” beber Ade.

Dijelaskannya, untuk menembus akses ke luar kampung, warga harus membayar sejumlah uang untuk menyeberang. Seperti untuk sepeda motor dikenakan biaya Rp25 ribu sekali jalan. Demikian pula untuk orang tanpa kendaraan membayar Rp10 ribu untuk sekali jalan.

“Kiranya pemerintah daerah maupun Provinsi Riau dapat memperhatikan nasib ribuan masyarakat yang memerlukan perbaikan jalan ini. Mudah-mudahan di bulan Ramadan ini, penderitaan masyarakat Batang Peranap dapat berkurang,” harap Ade.

Di tempat terpisah, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Inhu Arif Sudaryanto ST MT melalui Kabid Bina Marga Suheri ST mengatakan, perbaikan jalan alternatif tersebut belum bisa dilakukan tahun ini. “Tahun ini belum ada anggaran. Mudah-mudahan bisa melalui APBD perubahan,” ujarnya.(kas/egp)

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari