Warga Kesumbo Ampai Wajib Terapkan 3M

DURI (RIAUPOS.CO) — Masyarakat Sakai yang bermukim di kawasan hutan adat Sakai menerapkan warganya wajib menggunakan masker saat keluar dari kawasan. Begitu juga bagi warga luar yang ingin masuk ke areal tersebut wajib mengikuti protokol kesehatan.

Kewajiban menggunakan masker ini mengikuti aturan pemerintah guna memutus matarantai penyebaran virus Corona.

- Advertisement -

“Kita selalu diingatkan pemerintahan desa dan kecamatan berkolaborasi dengan TNI dan Kepolisian agar menghindari keramaian yang artinya selalu menjaga jarak. Menggunakan masker dan rajin mencuci tangan pakai sabun,” ujar Ketua Adat Sakai Muhammad Nasir kepada Riau Pos akhir pekan lalu.

Sebelum Covid melanda Indonesia, lanjut Nasir, warga Sakai tidak peduli dengan protokol kesehatan seperti rajin mencuci tangan pakai sabun. “Biasanya selesai dari ladang cuci tangan saat mau makan saja itupun tidak pakai sabun, airnya juga tidak mengalir. Kalau sekarang, cuci tangan pakai sabun di air mengalir. Wajib pakai masker dan jaga jarak. Tapi kalau ada rembuk dengan warga jaga jarak ini kadang agak terabaikan karena masih keluarga semua,” katanya.

- Advertisement -

Apa yang dikatakan Nasir, diakui Kepala Desa Kesumbo Ampai Rudi Zulhevis kepada Riau Pos. Pihaknya selalu gencar memberikan sosialisasi kepada masyarakat agar selalu menggunakan masker. Sosialisasi yang dilakukan berupa pembuatan pengumuman imbauan di tempat-tempat strategis, sosialisasi melalui alat pengeras suara di rumah-rumah ibadah serta imbauan melalui perangkat desa.

“Pada saat-saat tertentu kita lakukan razia bekerja sama dengan tim gabungan TNI, polisi dan trantib. Bahkan ketua RT/RW kita ingatkan agar selalu mengimbau masyarakat,” kata Rudi.

Walaupun imbauan sudah gencar dilakukan, masih ada saja masyarakat yang tidak mengindahkan imbauan tersebut. Jika sudah demikian, warga diberikan sanksi berupa sanksi sosial seperti membersihkan fasilitas umum.

Di Kantor Desa  Kesumbo Ampai dilengkapinya dengan fasilitas mencuci tangan pakai sabun. Saat warga sampai di areal pekarangan Kantor Desa, warga wajib mencuci tangan terlebih dahulu. “Bagi warga yang tidak menggunakan masker kita minta untuk pulang atau membeli masker agar digunakan. Jika tidak memakai masker maka tidak kita layani. Kita tegas akan hal ini, Untuk itu, kita imbau agar warga taat dengan protokol kesehatan. Mari sama-sama kita berantas virus Corona ini agar perekonomian stabil. Masyarakat sehat, ekonomi juga sehat,” katanya.

Agar Kesumbo Ampai tidak menjadi klaster Covid, perangkat desa diminta selalu memantau warganya. Bagi pendatang agar melapor ke RT/RW untuk didata dan dilakukan pemeriksaan di Puskesmas. “Sementara warga yang keluar kota saat kembali kita minta untuk melakukan isolasi mandiri selama 14 hari sebelum melakukan aktivitas bersama warga,” sebut pria berbadan tegap ini.

Andi (39) warga Kesumbo Ampai yang ditemui pernah tidak mendapatkan pelayanan di Kantor Desa akibat tidak menggunakan masker. “Padahal saya hanya mau mengantarkan berkas tapi belum masuk sudah disuruh pulang. Katanya pakai masker dulu baru kembali ke sini. Karena dipaksa pulang, yah saya pulang, Sejak itu, setiap keluar rumah saya selalu menggunakan masker,” sebut Andi yang saat itu bersama dua putrinya.

Menurut Andi, kebiasaan hidup baru yang diterapkan pemerintah agak merepotkan warga. Namun jika tidak diikuti maka pemberantasan pendemi ini akan sulit diatasi. “Pakai masker terus menerus itu bikin sesak, tapi mau bagaimana lagi. Itu yang harus dilakukan dan kami berharap wabah ini segera berlalu,” kata pria berkacamata ini.

Masyarakat Sakai sangat rentan terpapar virus Covid-19. Hal ini dikarenakan dominan warga sakai adalah warga berusia  lanjut. Jika wabah virus ini masuk ke komunitas, maka akan semakin sulit dibendung penyebarannya.

“Syukur alhamdulilah, sampai saat ini belum ada warga kita yang terpapar virus Covid-19,” ujar Ketua Gugus Tugas amankan Covid-19 komunitas masyarakat adat Sakai Syafrin.

Tidak hanya dikarenakan warga Sakai banyak yang sudah berusia lanjut tetapi juga dikarenakan aktivitas perusahaan di wilayah adat yang hingga saat ini masih aktif dan tidak melakukan kebijakan pembatasan sosial berskala besar. Selain itu adanya mobilitas perantau dari luar yang akan kembali ke komunitas masyarakat adat Sakai.

Oleh karena itu masyarakat adat Sakai membentuk gugus tugas pengamanan komunitas untuk menghadapi Covid-19. Gugus tugas ini rutin membagikan masker dan mengedukasi masyarakat akan pentingnya menggunakan masker saat berada di luar rumah.(hen)

Pesan Redaksi:

Mari bersama-sama melawan Covid-19. Riaupos.co mengajak seluruh pembaca ikut mengampanyekan gerakan 3M Lawan Covid-19 dengan menerapkan protokol kesehatan dalam aktivitas sehari-hari. Ingat pesan Ibu, selalu Memakai masker, Mencuci tangan dan Menjaga jarak serta hindari kerumunan.

#satgascovid19
#ingatpesanibu
#ingatpesanibupakaimasker
#ingatpesanibujagajarak
#ingatpesanibucucitangan
#pakaimasker
#jagajarak
#jagajarakhindarikerumunan
#cucitangan

DURI (RIAUPOS.CO) — Masyarakat Sakai yang bermukim di kawasan hutan adat Sakai menerapkan warganya wajib menggunakan masker saat keluar dari kawasan. Begitu juga bagi warga luar yang ingin masuk ke areal tersebut wajib mengikuti protokol kesehatan.

Kewajiban menggunakan masker ini mengikuti aturan pemerintah guna memutus matarantai penyebaran virus Corona.

“Kita selalu diingatkan pemerintahan desa dan kecamatan berkolaborasi dengan TNI dan Kepolisian agar menghindari keramaian yang artinya selalu menjaga jarak. Menggunakan masker dan rajin mencuci tangan pakai sabun,” ujar Ketua Adat Sakai Muhammad Nasir kepada Riau Pos akhir pekan lalu.

Sebelum Covid melanda Indonesia, lanjut Nasir, warga Sakai tidak peduli dengan protokol kesehatan seperti rajin mencuci tangan pakai sabun. “Biasanya selesai dari ladang cuci tangan saat mau makan saja itupun tidak pakai sabun, airnya juga tidak mengalir. Kalau sekarang, cuci tangan pakai sabun di air mengalir. Wajib pakai masker dan jaga jarak. Tapi kalau ada rembuk dengan warga jaga jarak ini kadang agak terabaikan karena masih keluarga semua,” katanya.

Apa yang dikatakan Nasir, diakui Kepala Desa Kesumbo Ampai Rudi Zulhevis kepada Riau Pos. Pihaknya selalu gencar memberikan sosialisasi kepada masyarakat agar selalu menggunakan masker. Sosialisasi yang dilakukan berupa pembuatan pengumuman imbauan di tempat-tempat strategis, sosialisasi melalui alat pengeras suara di rumah-rumah ibadah serta imbauan melalui perangkat desa.

“Pada saat-saat tertentu kita lakukan razia bekerja sama dengan tim gabungan TNI, polisi dan trantib. Bahkan ketua RT/RW kita ingatkan agar selalu mengimbau masyarakat,” kata Rudi.

Walaupun imbauan sudah gencar dilakukan, masih ada saja masyarakat yang tidak mengindahkan imbauan tersebut. Jika sudah demikian, warga diberikan sanksi berupa sanksi sosial seperti membersihkan fasilitas umum.

Di Kantor Desa  Kesumbo Ampai dilengkapinya dengan fasilitas mencuci tangan pakai sabun. Saat warga sampai di areal pekarangan Kantor Desa, warga wajib mencuci tangan terlebih dahulu. “Bagi warga yang tidak menggunakan masker kita minta untuk pulang atau membeli masker agar digunakan. Jika tidak memakai masker maka tidak kita layani. Kita tegas akan hal ini, Untuk itu, kita imbau agar warga taat dengan protokol kesehatan. Mari sama-sama kita berantas virus Corona ini agar perekonomian stabil. Masyarakat sehat, ekonomi juga sehat,” katanya.

Agar Kesumbo Ampai tidak menjadi klaster Covid, perangkat desa diminta selalu memantau warganya. Bagi pendatang agar melapor ke RT/RW untuk didata dan dilakukan pemeriksaan di Puskesmas. “Sementara warga yang keluar kota saat kembali kita minta untuk melakukan isolasi mandiri selama 14 hari sebelum melakukan aktivitas bersama warga,” sebut pria berbadan tegap ini.

Andi (39) warga Kesumbo Ampai yang ditemui pernah tidak mendapatkan pelayanan di Kantor Desa akibat tidak menggunakan masker. “Padahal saya hanya mau mengantarkan berkas tapi belum masuk sudah disuruh pulang. Katanya pakai masker dulu baru kembali ke sini. Karena dipaksa pulang, yah saya pulang, Sejak itu, setiap keluar rumah saya selalu menggunakan masker,” sebut Andi yang saat itu bersama dua putrinya.

Menurut Andi, kebiasaan hidup baru yang diterapkan pemerintah agak merepotkan warga. Namun jika tidak diikuti maka pemberantasan pendemi ini akan sulit diatasi. “Pakai masker terus menerus itu bikin sesak, tapi mau bagaimana lagi. Itu yang harus dilakukan dan kami berharap wabah ini segera berlalu,” kata pria berkacamata ini.

Masyarakat Sakai sangat rentan terpapar virus Covid-19. Hal ini dikarenakan dominan warga sakai adalah warga berusia  lanjut. Jika wabah virus ini masuk ke komunitas, maka akan semakin sulit dibendung penyebarannya.

“Syukur alhamdulilah, sampai saat ini belum ada warga kita yang terpapar virus Covid-19,” ujar Ketua Gugus Tugas amankan Covid-19 komunitas masyarakat adat Sakai Syafrin.

Tidak hanya dikarenakan warga Sakai banyak yang sudah berusia lanjut tetapi juga dikarenakan aktivitas perusahaan di wilayah adat yang hingga saat ini masih aktif dan tidak melakukan kebijakan pembatasan sosial berskala besar. Selain itu adanya mobilitas perantau dari luar yang akan kembali ke komunitas masyarakat adat Sakai.

Oleh karena itu masyarakat adat Sakai membentuk gugus tugas pengamanan komunitas untuk menghadapi Covid-19. Gugus tugas ini rutin membagikan masker dan mengedukasi masyarakat akan pentingnya menggunakan masker saat berada di luar rumah.(hen)

Pesan Redaksi:

Mari bersama-sama melawan Covid-19. Riaupos.co mengajak seluruh pembaca ikut mengampanyekan gerakan 3M Lawan Covid-19 dengan menerapkan protokol kesehatan dalam aktivitas sehari-hari. Ingat pesan Ibu, selalu Memakai masker, Mencuci tangan dan Menjaga jarak serta hindari kerumunan.

#satgascovid19
#ingatpesanibu
#ingatpesanibupakaimasker
#ingatpesanibujagajarak
#ingatpesanibucucitangan
#pakaimasker
#jagajarak
#jagajarakhindarikerumunan
#cucitangan

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya