Keluarga Nelayan yang Ditangkap AL Malaysia Dapat Bantuan

BENGKALIS (RIAUPOS.CO) – Diduga melewati batas negara Indonesia, enam nelayan tradisional asal Desa Muntai, Kecamatan Bantan, Kabupaten Bengkalis yang ditangkap Angkatan Laut (AL) Malaysia sampai saat ini nasibnya belum diketui pasti oleh pihak keluarga.

Enam nelayan yang sampai saat ini ditahan di Malaysia yakni Fauzan (56) warga Dusun Pusaka, Desa Muntai, Muslim (46), Agus (53), Indri (36), Sarmin (40) warga Dusun Tua Desa Muntai dan Sudirman (47) warga Desa Kembung Baru kelahiran Muntai.

Karena tidak ada kepastian nasib mereka, membuat Pemkab Bengkalis prihatin. Sedangkan untuk meringankan beban keluarganya, Wakil Bupati Bengkalis H Bagus Santoso bertemu langsung dengan keluarga nelayan yang ditangkap dan menyerahkan sembako sambil menyampaikan informasi terbaru soal kondisi nelayan yang saat ini masih ditahan, Senin (17/6).

“Kami ikut prihatin dengan musibah yang ibu-ibu alami. Tetaplah semangat, sabar dan tawakal, inilah pengorbanan suami ibu-ibu yang menjadi tulang punggung keluarga. Sebenarnya kita dan pihak Kerajaan Malaysia tidak ada masalah, hanya saja prosedur administrasi harus kita jalani. Harus bersabar dulu,” ujarnya.

- Advertisement -

Ia menambahkan, saat ini Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Malaysia, sedang mendampingi penyelesaian permasalahan ini. Sedangkan kondisi enam nelayan yang ditahan dalam keadaan sehat.

“Saya tadi berkomunikasi dengan Konsulat Jenderal RI Johor Bahru Malaysia, sekarang suami ibu aman di Johor Bahru semua dalam kondisi sehat walafiat. Yang pasti Kami tidak tinggal diam, negara hadir tidak akan menelantarkan warganya,” ujarnya.

- Advertisement -

Wakil Ketua DPRD Bengkalis Sofyan yang hadir bersama wabup menyatakan ikut sedih atas cobaan yang dialami nelayan tersebut. Dirinya mengajak warga sekitar untuk ikut membantu keluarga nelayan yang ditahan.

“Nanti perlu kehati-hatian kita soal tapal batas negara, supaya tidak terjadi lagi. Ini adalah masalah dua negara, ada mekanisme dan sistem administrasi yang harus dipenuhi. Dalam keadaan seperti ini rasa empati kita, rasa kebersamaan kita harus semakin kuat,” ujarnya.(gem)

Laporan ABU KASIM, Bengkalis






Reporter: Abu Kasim

BENGKALIS (RIAUPOS.CO) – Diduga melewati batas negara Indonesia, enam nelayan tradisional asal Desa Muntai, Kecamatan Bantan, Kabupaten Bengkalis yang ditangkap Angkatan Laut (AL) Malaysia sampai saat ini nasibnya belum diketui pasti oleh pihak keluarga.

Enam nelayan yang sampai saat ini ditahan di Malaysia yakni Fauzan (56) warga Dusun Pusaka, Desa Muntai, Muslim (46), Agus (53), Indri (36), Sarmin (40) warga Dusun Tua Desa Muntai dan Sudirman (47) warga Desa Kembung Baru kelahiran Muntai.

Karena tidak ada kepastian nasib mereka, membuat Pemkab Bengkalis prihatin. Sedangkan untuk meringankan beban keluarganya, Wakil Bupati Bengkalis H Bagus Santoso bertemu langsung dengan keluarga nelayan yang ditangkap dan menyerahkan sembako sambil menyampaikan informasi terbaru soal kondisi nelayan yang saat ini masih ditahan, Senin (17/6).

“Kami ikut prihatin dengan musibah yang ibu-ibu alami. Tetaplah semangat, sabar dan tawakal, inilah pengorbanan suami ibu-ibu yang menjadi tulang punggung keluarga. Sebenarnya kita dan pihak Kerajaan Malaysia tidak ada masalah, hanya saja prosedur administrasi harus kita jalani. Harus bersabar dulu,” ujarnya.

Ia menambahkan, saat ini Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Malaysia, sedang mendampingi penyelesaian permasalahan ini. Sedangkan kondisi enam nelayan yang ditahan dalam keadaan sehat.

“Saya tadi berkomunikasi dengan Konsulat Jenderal RI Johor Bahru Malaysia, sekarang suami ibu aman di Johor Bahru semua dalam kondisi sehat walafiat. Yang pasti Kami tidak tinggal diam, negara hadir tidak akan menelantarkan warganya,” ujarnya.

Wakil Ketua DPRD Bengkalis Sofyan yang hadir bersama wabup menyatakan ikut sedih atas cobaan yang dialami nelayan tersebut. Dirinya mengajak warga sekitar untuk ikut membantu keluarga nelayan yang ditahan.

“Nanti perlu kehati-hatian kita soal tapal batas negara, supaya tidak terjadi lagi. Ini adalah masalah dua negara, ada mekanisme dan sistem administrasi yang harus dipenuhi. Dalam keadaan seperti ini rasa empati kita, rasa kebersamaan kita harus semakin kuat,” ujarnya.(gem)

Laporan ABU KASIM, Bengkalis






Reporter: Abu Kasim
Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Siswa Diingatkan Bahaya Gadget

Angkat Kaki