“PLN Tingkatkan Perekonomian Kami”

E Gurning sibuk melayani pe­langgan yang datang berbelanja ke kedai hariannya. Tubuh­nya yang kecil begitu cekatan meracik minuman yang dipesan. Sesekali ia minta bantuan pada anaknya yang masih berusia 8 tahun.

(RIAUPOS.CO) — E Gurning merupakan salah satu warga Tegar, Duri. Ia bersama keluarganya sudah tinggal di sana lebih dari 30 tahun. Bapak 14 orang anak ini harus bekerja keras guna menghidupi keluarganya. Tidak hanya itu, anaknya yang lebih dari kesebelasan sepakbola ini juga harus bersekolah.

- Advertisement -

Sejak beberapa bulan lalu, E Gurning sangat terbantu dengan masuknya aliran listrik ke daerah Tegar tersebut. Rumah papan berukuran 5 meter x 9 meter beratapkan seng ini masih berlantaikan tanah di beberapa bagian rumah ini kini telah dialiri listrik. Di depan rumah samping kanan atas pintu rumah terpasang kwh meter prabayar (token) dengan daya 900 watt.

Sebagai buruh harian lepas yang bekerja di ladang orang, tentu saja Gurning dan istrinya harus saling bekerja sama. Guna menopang ekonomi keluarga, Gurning membuka kedai harian kecil-kecilan di depan rumahnya.

- Advertisement -

“Jujur, sejak PLN masuk ke daerah sini, dan rumah saya dialiri listrik, perekonomian keluarga kami sangat terbantu. Sangat besar peran PLN dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat terutama di daerah pelosok seperti ini,” ungkap E Gurning kepada Riau Pos, baru-baru ini.

Ia menjelaskan sebelum ada PLN, warga di sana memanfaatkan mesin genset. Tiap bulan E Gurning harus membayar Rp800 ribu kepada pemilik genset. Padahal listrik yang bisa dinikmati warga di sana hanya 5-6 jam setiap harinya. Dimana genset baru menyala mulai pukul 18.00 WIB hingga pukul 23-24.00 WIB. Listrik yang dinikmati warga ini hanyalah lampu saja untuk penerangan.

“Kalau gensetnya rusak, maka kami kembali ke kehidupan sebelumnya yakni pakai lampu semprong atau pelita. Pakai genset ini bayar mahal, dan hanya untuk lampu saja, tidak bisa untuk yang lain seperti tv, setrika, kulkas dan lainnya. Jadi warga di sini dulunya tidak memiliki peralatan elektronik yang bisa memanfaatkan aliran listrik,” sebut Gurning.

Namun sejak PLN masuk ke daerah tersebut, Gurning hanya mengeluarkan Rp250 ribu setiap bulannya. Karena tiap pekan Gurning mengisi token Rp50 ribu. “Kami sudah bisa menikmati listrik 24 jam. Sekarang kami sudah bisa menikmati listrik seperti warga kota lainnya.  Anak-anak bisa belajar dengan tenang tidak terganggu lagi penglihatan mereka karena harus belajar di suasana redup pelita. Sangat jauhlah perubahan yang kami rasakan sejak ada PLN. Terima kasih PLN sudah mau masuk ke daerah pelosok seperti ini,” sebut Gurning.

Pekan lalu, Riau Pos menyambangi daerah Tegar. Jarak yang ditempuh dari Kota Duri ke Tegar lebih kurang 35 kilometer dan memakan waktu perjalanan berkisar 40 menit hingga 1 jam. Hal ini dikarenakan jalan menuju Tegar masih jalan tanah. Bila hujan, jalan tersebut licin dan perlu kehati-hatian saat melintas di atasnya.

Selain jalan yang licin, Riau Pos pun harus menyewa sampan untuk sekali jalan Rp50 ribu, bila PP maka sampan dibayar menjadi Rp100 ribu. Transportasi ini dipakai warga karena tidak ada jalan darat yang bisa dilalui dengan kendaraan bermotor dan  bila berjalan kaki maka jarak yang ditempuh berkilo-kilo meter dari simpang Tegar.

5 kilometer dari rumah Gurning, Riau Pos bertemu dengan Mulyono. Pria paruh baya ini baru bisa menikmati listrik beberapa pekan lalu. “Itupun narik kabel dari depan. Beli tiang listriknya swadaya sama warga lain. Walaupun arus yang sampai tidak penuh tak apa yang penting kami tidak gelap gulita lagi. Yang paling penting ada penerangan dan bisa charge handphone anak-anak, mereka belajar sudah semangat sekarang,” katanya

Anak-anak Mulyono harus menempuh jarak 15 kilometer agar bisa sekolah. “Yahh..naik sampan dulu keluar dari sini. Baru jalan kaki nantinya. Kalau ada yang lewat bisa ditumpangi,” tutup ayah lima anak ini.

Tegar berada di wilayah kelurahan Pematang Pudu, Kecamatan Mandau. Daerah Tegar memiliki areal yang sangat luas, jaraknya menuju Kantor Lurah Pematang Pudu yang berada di jalan aman sekitar 20 kilometer. Menuju pusat Kota Duri sekitar 30 kilometer.

100 meter dari rumah Mulyono, Riau Pos bertemu dengan Karnel. Keluarga ini, walaupun sudah 15 tahun tinggal di sana namun belum menikmati.listrik. “Jaringan PLN ngak sampai ke sini. Kami sangat mendambakan adanya jaringan listrik biarlah arusnya ngak penuh, biarlah redup yang penting kami tak gelap gulita. Sedih sih melihat sebelah rumah sudah bisa menikmati listrik, tapi kami berharap program pemerintah selanjutnya bisa lebih diperluas sehingga kami dan belasan rumah lainnya juga bisa menikmati listrik 24 jam,” harapnya.

Manager Unit Layanan Pelanggan (ULP) Duri Aan Jefri kepada Riau Pos secara terpisah menjelaskan, untuk Kabupaten Bengkalis program listrik desa sudah 100 persen. “Saat ini kita sedang  giat-giatnya program dusun masuk listrik. Untuk dusun biasanya ada persyaratan yang harus dipenuhi dan kita lihat dusun ini masuk desa mana sehingga bisa kita petakan,” katanya.

Ada hal yang perlu diperhatikan dalam hal mengurus daerah tersebut agar dialiri listrik PLN yakni dari segi perizinan, pembebasan lahan harus dilengkapi izin dari pemilik lahan. “Soal jumlah KK itu tidak menjadi faktor utama. Penentu tetap jarak dan lokasi serta kelengkapan perizinan ini harus dipenuhi warga yang mengajukan permohonan.

Untuk  ULP Duri saat ini jumlah pelanggannya mencapai 140 ribu untuk Kabupaten Bengkalis, Kampar, Rohil dan Siak. Dari 140 ribu ini, 50 persen sudah memanfaatkan listrik pulsa.

“Saat ini kita sedang membangun jaringan di jalan lintas Pekanbaru- Duri. Kami sedang giatgiatnya membuka jaringan, karena adanya ketersediaan sumber daya listrik. Pelanggan terbanyak itu untuk kategori rumah tangga 70 persen.

Untuk dusun masuk listrik targetnya 100 persen,  sedangkan listrik masuk desa targetnya 2018 sudah dialiri listrik 100 persen.

Senior Manager SDM & Umum PT PLN (Persero) Unit Induk Wilayah Riau dan Kepulauan Riau Vick Nawan menjelaskan, pada 2018, total sebanyak 12 desa yang tersebar di 4 kabupaten di Provinsi Riau menikmati listrik PLN. Sebanyak 8 desa di Kabupaten Indragiri Hilir, sisanya 2 desa di Kabupaten Kepulauan Meranti, dan masing-masing 1 desa di Kota Dumai dan Kabupaten Bengkalis.

Dengan adanya tambahan 12 desa tersebut, hingga akhir 2018 PLN telah mengaliri 1.761 desa dari 1.859 desa yang ada di Provinsi Riau.

“Rasio desa berlistrik kini telah meningkat menjadi 94,73 persen dan masih ada 98 desa lagi yang masih harus kita listriki. Tahun ini, program dusun dialiri listrik yang menjadi target kita. Makanya semua lini kita giatkan untuk memasang jaringan sehingga tidak ada lagi daerah yang gelap gulita, pemerataan listrik bisa dilakukan,” katanya.

Semangat PLN ke depannya, bahwa seluruh desa-desa yang belum berlistrik harus bisa dilistriki,” tegasnya.

Sementara itu Bupati Bengkalis Amril Mukminin mengucapkan terima kasih kepada PT PLN (Persero) yang telah berkontribusi sehingga seluruh desa di kabupaten dengan 11 kecamatan ini telah berlistrik semua.

“Tanpa adanya dukungan dari semua pihak, baik legislatif, eksekutif dan masyarakat, tidak mungkin di akhir 2018 ini 100 persen desa di Kabupaten  Bengkalis berlistrik. Untuk itu, kami ucapkan terima kasih. Tinggal lagi, mulai tahun ini dusun yang harus dialiri listrik,” tuturnya.

Kepada masyarakat, selain hemat dalam menggunakan energi listrik, bupati berharap dengan telah 100 persen desa di daerah ini berlistrik, hal itu diharapkan benar-benar dapat bermanfaat untuk meningkatkan perekonomian.

“Listrik ibarat pembuluh darah di tubuh. Fungsinya sangat vital dan sangat diperlukan manusia. Karena itu gunakan sehemat mungkin dan manfaatkan keberadaannya untuk aktivitas yang dapat mendongkrak industri dan ekonomi masyarakat,” ujar bupati.***

Laporan HENNY ELYATI, Duri

 

E Gurning sibuk melayani pe­langgan yang datang berbelanja ke kedai hariannya. Tubuh­nya yang kecil begitu cekatan meracik minuman yang dipesan. Sesekali ia minta bantuan pada anaknya yang masih berusia 8 tahun.

(RIAUPOS.CO) — E Gurning merupakan salah satu warga Tegar, Duri. Ia bersama keluarganya sudah tinggal di sana lebih dari 30 tahun. Bapak 14 orang anak ini harus bekerja keras guna menghidupi keluarganya. Tidak hanya itu, anaknya yang lebih dari kesebelasan sepakbola ini juga harus bersekolah.

Sejak beberapa bulan lalu, E Gurning sangat terbantu dengan masuknya aliran listrik ke daerah Tegar tersebut. Rumah papan berukuran 5 meter x 9 meter beratapkan seng ini masih berlantaikan tanah di beberapa bagian rumah ini kini telah dialiri listrik. Di depan rumah samping kanan atas pintu rumah terpasang kwh meter prabayar (token) dengan daya 900 watt.

Sebagai buruh harian lepas yang bekerja di ladang orang, tentu saja Gurning dan istrinya harus saling bekerja sama. Guna menopang ekonomi keluarga, Gurning membuka kedai harian kecil-kecilan di depan rumahnya.

“Jujur, sejak PLN masuk ke daerah sini, dan rumah saya dialiri listrik, perekonomian keluarga kami sangat terbantu. Sangat besar peran PLN dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat terutama di daerah pelosok seperti ini,” ungkap E Gurning kepada Riau Pos, baru-baru ini.

Ia menjelaskan sebelum ada PLN, warga di sana memanfaatkan mesin genset. Tiap bulan E Gurning harus membayar Rp800 ribu kepada pemilik genset. Padahal listrik yang bisa dinikmati warga di sana hanya 5-6 jam setiap harinya. Dimana genset baru menyala mulai pukul 18.00 WIB hingga pukul 23-24.00 WIB. Listrik yang dinikmati warga ini hanyalah lampu saja untuk penerangan.

“Kalau gensetnya rusak, maka kami kembali ke kehidupan sebelumnya yakni pakai lampu semprong atau pelita. Pakai genset ini bayar mahal, dan hanya untuk lampu saja, tidak bisa untuk yang lain seperti tv, setrika, kulkas dan lainnya. Jadi warga di sini dulunya tidak memiliki peralatan elektronik yang bisa memanfaatkan aliran listrik,” sebut Gurning.

Namun sejak PLN masuk ke daerah tersebut, Gurning hanya mengeluarkan Rp250 ribu setiap bulannya. Karena tiap pekan Gurning mengisi token Rp50 ribu. “Kami sudah bisa menikmati listrik 24 jam. Sekarang kami sudah bisa menikmati listrik seperti warga kota lainnya.  Anak-anak bisa belajar dengan tenang tidak terganggu lagi penglihatan mereka karena harus belajar di suasana redup pelita. Sangat jauhlah perubahan yang kami rasakan sejak ada PLN. Terima kasih PLN sudah mau masuk ke daerah pelosok seperti ini,” sebut Gurning.

Pekan lalu, Riau Pos menyambangi daerah Tegar. Jarak yang ditempuh dari Kota Duri ke Tegar lebih kurang 35 kilometer dan memakan waktu perjalanan berkisar 40 menit hingga 1 jam. Hal ini dikarenakan jalan menuju Tegar masih jalan tanah. Bila hujan, jalan tersebut licin dan perlu kehati-hatian saat melintas di atasnya.

Selain jalan yang licin, Riau Pos pun harus menyewa sampan untuk sekali jalan Rp50 ribu, bila PP maka sampan dibayar menjadi Rp100 ribu. Transportasi ini dipakai warga karena tidak ada jalan darat yang bisa dilalui dengan kendaraan bermotor dan  bila berjalan kaki maka jarak yang ditempuh berkilo-kilo meter dari simpang Tegar.

5 kilometer dari rumah Gurning, Riau Pos bertemu dengan Mulyono. Pria paruh baya ini baru bisa menikmati listrik beberapa pekan lalu. “Itupun narik kabel dari depan. Beli tiang listriknya swadaya sama warga lain. Walaupun arus yang sampai tidak penuh tak apa yang penting kami tidak gelap gulita lagi. Yang paling penting ada penerangan dan bisa charge handphone anak-anak, mereka belajar sudah semangat sekarang,” katanya

Anak-anak Mulyono harus menempuh jarak 15 kilometer agar bisa sekolah. “Yahh..naik sampan dulu keluar dari sini. Baru jalan kaki nantinya. Kalau ada yang lewat bisa ditumpangi,” tutup ayah lima anak ini.

Tegar berada di wilayah kelurahan Pematang Pudu, Kecamatan Mandau. Daerah Tegar memiliki areal yang sangat luas, jaraknya menuju Kantor Lurah Pematang Pudu yang berada di jalan aman sekitar 20 kilometer. Menuju pusat Kota Duri sekitar 30 kilometer.

100 meter dari rumah Mulyono, Riau Pos bertemu dengan Karnel. Keluarga ini, walaupun sudah 15 tahun tinggal di sana namun belum menikmati.listrik. “Jaringan PLN ngak sampai ke sini. Kami sangat mendambakan adanya jaringan listrik biarlah arusnya ngak penuh, biarlah redup yang penting kami tak gelap gulita. Sedih sih melihat sebelah rumah sudah bisa menikmati listrik, tapi kami berharap program pemerintah selanjutnya bisa lebih diperluas sehingga kami dan belasan rumah lainnya juga bisa menikmati listrik 24 jam,” harapnya.

Manager Unit Layanan Pelanggan (ULP) Duri Aan Jefri kepada Riau Pos secara terpisah menjelaskan, untuk Kabupaten Bengkalis program listrik desa sudah 100 persen. “Saat ini kita sedang  giat-giatnya program dusun masuk listrik. Untuk dusun biasanya ada persyaratan yang harus dipenuhi dan kita lihat dusun ini masuk desa mana sehingga bisa kita petakan,” katanya.

Ada hal yang perlu diperhatikan dalam hal mengurus daerah tersebut agar dialiri listrik PLN yakni dari segi perizinan, pembebasan lahan harus dilengkapi izin dari pemilik lahan. “Soal jumlah KK itu tidak menjadi faktor utama. Penentu tetap jarak dan lokasi serta kelengkapan perizinan ini harus dipenuhi warga yang mengajukan permohonan.

Untuk  ULP Duri saat ini jumlah pelanggannya mencapai 140 ribu untuk Kabupaten Bengkalis, Kampar, Rohil dan Siak. Dari 140 ribu ini, 50 persen sudah memanfaatkan listrik pulsa.

“Saat ini kita sedang membangun jaringan di jalan lintas Pekanbaru- Duri. Kami sedang giatgiatnya membuka jaringan, karena adanya ketersediaan sumber daya listrik. Pelanggan terbanyak itu untuk kategori rumah tangga 70 persen.

Untuk dusun masuk listrik targetnya 100 persen,  sedangkan listrik masuk desa targetnya 2018 sudah dialiri listrik 100 persen.

Senior Manager SDM & Umum PT PLN (Persero) Unit Induk Wilayah Riau dan Kepulauan Riau Vick Nawan menjelaskan, pada 2018, total sebanyak 12 desa yang tersebar di 4 kabupaten di Provinsi Riau menikmati listrik PLN. Sebanyak 8 desa di Kabupaten Indragiri Hilir, sisanya 2 desa di Kabupaten Kepulauan Meranti, dan masing-masing 1 desa di Kota Dumai dan Kabupaten Bengkalis.

Dengan adanya tambahan 12 desa tersebut, hingga akhir 2018 PLN telah mengaliri 1.761 desa dari 1.859 desa yang ada di Provinsi Riau.

“Rasio desa berlistrik kini telah meningkat menjadi 94,73 persen dan masih ada 98 desa lagi yang masih harus kita listriki. Tahun ini, program dusun dialiri listrik yang menjadi target kita. Makanya semua lini kita giatkan untuk memasang jaringan sehingga tidak ada lagi daerah yang gelap gulita, pemerataan listrik bisa dilakukan,” katanya.

Semangat PLN ke depannya, bahwa seluruh desa-desa yang belum berlistrik harus bisa dilistriki,” tegasnya.

Sementara itu Bupati Bengkalis Amril Mukminin mengucapkan terima kasih kepada PT PLN (Persero) yang telah berkontribusi sehingga seluruh desa di kabupaten dengan 11 kecamatan ini telah berlistrik semua.

“Tanpa adanya dukungan dari semua pihak, baik legislatif, eksekutif dan masyarakat, tidak mungkin di akhir 2018 ini 100 persen desa di Kabupaten  Bengkalis berlistrik. Untuk itu, kami ucapkan terima kasih. Tinggal lagi, mulai tahun ini dusun yang harus dialiri listrik,” tuturnya.

Kepada masyarakat, selain hemat dalam menggunakan energi listrik, bupati berharap dengan telah 100 persen desa di daerah ini berlistrik, hal itu diharapkan benar-benar dapat bermanfaat untuk meningkatkan perekonomian.

“Listrik ibarat pembuluh darah di tubuh. Fungsinya sangat vital dan sangat diperlukan manusia. Karena itu gunakan sehemat mungkin dan manfaatkan keberadaannya untuk aktivitas yang dapat mendongkrak industri dan ekonomi masyarakat,” ujar bupati.***

Laporan HENNY ELYATI, Duri

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya