TAPUNG (RIAUPOS.CO) – Langkah antisipasi dan pencegahan kebakaran hutan dan lahan terus menjadi perhatian. Seperti yang diterapkan PT Arara Abadi sebagai unit usaha APP (Asia Pulp & Paper) Sinar Mas beserta mitra pemasok PT PSPI Distrik Petapahan Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar, selama lima tahun sejak tahun 2016 menerapkan program Pembukaan Lahan Tanpa Bakar (PLTB).
Langkah proaktif tersebut diwujudkan dengan memotivasi masyarakat Desa Batu Gajah Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar Provinsi Riau agar dalam membersihkan (membuka) lahan pertanian maupun perkebunan dengan tidak membakar. Upaya ini dinilai dapat meningkatkan perekonomian masyarakat melalui Program DMPA (Desa Makmur Peduli Api) APP Sinar Mas.
Menurut Wagyo (59 Thn), masyarakat yang sudah 15 Tahun berdomisili di Desa Batu gajah sangat terbantu dengan program tersebut. Sebagai salah satu peserta penerima bantuan sekaligus juga ketua peternakan sapi program DMPA dapat mendukung perekonomian rumah tangganya terbantu dari berbagai usaha seperti pertanian tanaman cabe, sayur-sayuran dan buah-buahan serta perternakan sapi dan perikanan.
“Saya sejak tahun 2006 sudah tinggal di Desa Batu Gajah ini, sehari-hari saya pekerjaan saya selain berkebun, saat ini juga beternak sapi, kegiatan beternak sapi ini sudah saya lakukan selama 5 tahun ini sejak 2016. Saat ini saya ada mempunyai 4 ekor sapi, yang awalnya saya mendapatkan 1 ekor sapi dari program DMPA,” paparnya.
Ia menambahkan, saat ini sapi tersebut berkembang sudah menjadi 47 Ekor untuk 13 Kepala Keluarga, karena ada keluarga yang mempunyai 3 sampai 4 ekor sapi. Kalau diambil rata-rata harga sapi saat ini sekitar Rp15 juta/ekor, maka nilai asetnya sudah mencapai sekitar lebih kurang Rp 700 jutaan.
Sementara itu dalam kesempatan terpisah salah satu penerima program DMPA bidang holtikulura pertanian cabai, Agus (48 thn), membenarkan bahwa dari hasil program DMPA selain bercocok tanam dengan membersihkan lahan tanpa membakar. Kehidupan ekonomi nya merasa sangat terbantu, karena dari 0,25 hektar lahan yang dikembangkam untuk pertanian cabe, dia bisa mendapatkan penghasilan tambahan rata-rata Rp110 jt pertahun.
“Tentunya sangat terbantu. Dengan modal 4000-4500 batang bibit senilai Rp15 juta, dimasa 4 bulan saya bertani cabe, saya bisa mendapatkan Rp80-Rp100 juta untuk sekali panen. Alhamdulillah setelah 5 tahun saya ikut program DMPA dari PT PSPI yang awalnya saya mengambil paket Pertanian Cabe dengan cara Penggunaan (Pembukaan) Lahan Tanpa Bakar (PLTB). Ini tentunya sangat positif baik kami petani,” paparnya bersemangat.
Dalam sempatan terpisah, Nurul Huda, selaku Juru bicara/Humas PT Arara Abadi-APP Sinar Mas Regional Riau didampingi SSD Head Perusahaan Partner Pemasok APP Sinar Mas, Jos Rinaldi kepada media menjelaskan program DMPA PT Arara Abadi-APP Sinar Mas bersama salah satu mitra pemasoknya yaitu PT PSPI Distrik Petapahan bertujuan memberikan pengetahuan kepada masyarakat terutama yang berada disekitar operasional perusahaan. Wujud sosilasasi dilakukan dengan mengajak untuk tidak melakukan pembukaan lahan dengan cara dibakar/PLTB, karena selain berdampak kepada kerusakan lingkungan juga akan berdampak kepada kesehatan masyarakat serta berdampak kepada perekonomian.
PT Arara Abadi bersama mitra pemasok APP Sinar Mas selain memberikan pengetahuan kepada masyarakat juga mendukung masyarakat dalam mengelola lahan milik mereka dengan metode agroforestry. Yakni bercocok tanam tumpangsari hortikultura (sayur dan buah), tanaman pangan, peternakan, perikanan dan alat tangkap, serta membuat tanaman industri kecil untuk olahan pangan.
Selain itu DMPA juga memberikan pelatihan kewirausahaan dan pelestarian tanaman herbal kepada masyarakat lokal disekitar areal konsesi APP Sinar Mas dan mitra di Regional Riau, khususnya untuk perempuan dapat memanfaatkan berbagi tanaman herbal. “Untuk program DMPA APP Sinar Mas ini terbagi menjadi 6 pilar utama yakni pemberdayaan ekonomi masyarakat, pemetaan sumber daya secara partisipatif, transfer teknologi, perlindungan dan pengawasan kawasan hutan, serta pencegahan maupun penyelesaian konflik,” imbuh Nurul yang juga berprofesi sebagai akademisi itu.(c/rio)