RIAUPOS.CO – Ahad (27/10) malam hingga pukul 21.00 WIB, suhu udara di Pekanbaru rerata 28°C. Namun pada siang hari, sempat menyentuh di angka 35°C. Tak kalah ekstrem, indeks UV (ultraviolet) angkanya mencapai level 11 atau sudah ekstrem dan berbahaya bagi kulit manusia.
Indeks sinar UV pada level 11 di Pekanbaru terjadi sekitar pukul 11.00 WIB-12.40 WIB. Pada waktu sinar UV di level 11 tersebut, suhu udara Pekanbaru tercatat 33°C-34°C hingga angka 35°C pada pukul 12.37 WIB.
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), jika angka indeks UV sudah 11 ke atas, sudah ekstrem untuk terpapar sinar matahari. Sebelumnya, pada Sabtu (26/10), indeks sinar UV levelnya di angka 9 atau di atas sangat tinggi, namun belum ekstrem.
Berdasarkan Indeks UV Organisasi Kesehatan Dunia (UVI) yang mengukur radiasi ultraviolet, semakin tinggi UVI, maka semakin besar potensi merusaknya dan semakin cepat kerusakan terjadi. Pengukuran radiasi UVI ini dapat membantu kapan saatnya harus melindungi diri dari matahari dan kapan saatnya menghindari aktivitas di luar rumah.
Organisasi kesehatan dunia (WHO) pun menganjurkan penggunaan kaca mata hitam, tabir surya, topi, dan pakaian yang melindungi ketika level UV berada pada angka 3 atau lebih.
BMKG menerangkan, Indeks UV adalah angka tanpa satuan untuk menjelaskan tingkat paparan radiasi sinar ultraviolet yang berkaitan dengan kesehatan manusia. Dengan mengetahui UV indeks maka kita bisa memantau tingkat sinar ultraviolet yang bermanfaat dan yang dapat membahayakan.
Setiap skala ada UV Indeks setara dengan 0.025 Wm2 radiasi sinar ultraviolet. Skala tersebut diperoleh berdasarkan fluks spektral radiasi UV dengan fungsi yang sesuai dengan efek fotobiologis pada kulit manusia, terintegrasi antara 250 dan 400 nm.
Dinas Kesehatan (Diskes) Kota Pekanbaru mengimbau kepada masyarakat untuk memperbanyak minum air dalam menghadapi cuaca panas yang melanda Kota Bertuah saat ini dan diminta waspadai dehidrasi. “Untuk menjaga masyarakat tetap sehat dan terhidrasi menghadapi cuaca panas, yang paling penting cukup minum air putih,” ujar Sekretaris Diskes Pekanbaru Fira, Ahad (27/10).
Dalam kondisi normal konsumsi minum air putih mencapai delapan gelas dalam sehari. Saat cuaca panas sekarang ini, konsumsi air putih dianjurkan bisa ditambah banyak lagi. Apalagi saat mengalami kehausan.
Dirinya juga menyarankan saat keluar ruangan memakai masker. “Jika tidak penting, jangan berada di luar rumah atau ruangan terlalu lama. Karena bisa terpapar sinar matahari yang panas,” tambahnya.
Terkait cuaca panas tersebut, Diskes Pekanbaru belum merekomendasikan untuk dihentikan kegiatan belajar mengajar karena masih dalam batas normal. “Belum (koordinasi dengan Disdik). Yang penting untuk banyak minum air putih dan kurang keluar ruangan,” terangnya.
Dirinya juga berharap kondisi cuaca saat ini tidak berdampak terhadap kesehatan. Cuaca panas bisa menyebabkan gangguan infeksi gangguan pernapasan akut (ISPA). “Jaga kesehatan, imunitas, dan jangan sampai berdampak terhadap kesehatan. Pakai masker saat keluar rumah,” tuturnya.
Sementara itu, Pelaksana Harian (Plh) Kepala Dinas Kesehatan Riau drg Wan Fajriatul Mamnunah SpKG mengeluarkan pesan kesehatan kepada masyarakat agar menjaga kondisi kesehatannya.
“Di tengah kondisi cuaca yang sangat panas seperti saat ini, kami mengimbau seluruh masyarakat, khususnya anak-anak sekolah untuk tetap menjaga kesehatan dan mencegah dehidrasi,” katanya.
Beberapa langkah penting yang harus dilakukan di antaranya, pastikan anak-anak membawa air minum yang cukup saat pergi ke sekolah dan mengonsumsinya secara teratur agar tetap terhidrasi sepanjang hari.
“Selanjutnya mengenakan pakaian yang nyaman, ringan, dan menyerap keringat untuk mengurangi rasa panas dan menjaga suhu tubuh,” sebutnya.
Kemudian juga dapat mengindari aktivitas berat atau berlebihan di luar ruangan pada jam-jam terik, terutama antara pukul 10.00 WIB hingga 15.00 WIB. Masyarakat diimbau menggunakan pelindung diri seperti memakai topi atau payung saat berada di luar ruangan untuk melindungi diri dari paparan sinar matahari langsung.
Konsumsi makanan yang banyak mengandung air seperti buah dan sayur yang baik untuk menjaga hidrasi tubuh. Serta biasakan mencuci tangan dan menjaga kebersihan diri setelah aktivitas di luar ruangan agar tubuh tetap segar dan sehat.
“Semoga dengan mengikuti anjuran ini, anak-anak kita tetap sehat dan bisa beraktivitas dengan aman meskipun dalam kondisi cuaca yang panas. Mari kita bersama-sama menjaga kesehatan diri dan keluarga,” ajaknya.
Persediaan Air Mulai Menipis
Cuaca panas dengan suhu rata-rata 35°C di Riau dalam sepekan terakhir juga mulai berdampak terhadap persediaan air bersih warga. Ini dirasakan masyarakat di Dumai, khususnya mereka yang bergantung dengan air hujan.
Hal ini dirasakan Rahmawati (54), salah seorang warga Kelurahan Ratu Sima, Kecamatan Dumai Selatan yang kesehariannya dipergunakan oleh Rahmawati baik untuk memasak dan mencuci berasal dari guyuran hujan.
Rahmawati sempat merasa gembira lantaran terlihat langit mendung, Ahad (27/10) pagi kemarin. ‘’Semoga saja hujan. Soalnya sudah lama hujan tidak turun,’’ ujarnya. ‘’Kalau dalam sepekan ini tidak hujan, alamat kita terpaksa beli air,’’ tambahnya.
Hanya saja menjelang tengah hari, harapan yang didambakan Rahmawati langsung buyar. Awan mendung yang terlihat hilang dan berubah menjadi panas secara cepat. ‘’Cuaca hari ini (kemarin, red) memang cukup panas,’’ ujarnya.
Hal senada juga diungkapkan Lena (52), warga Kelurahan Dumai Barat. Air bersih yang dimiliki Lena juga berasal dari guyuran hujan yang ditampung dalam drum maupun tong air. ‘’Persediaan air bersih kita sudah menipis. Paling-paling bisa bertahan seminggu saja,’’ ujarnya.
Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Dumai Irawan Sukma AP MSi melalui Kabid Logistik dan Kedaruratan Joko Susilo yang dihubungi Riau Pos mengatakan memang cuaca saat ini terasa panas.
Hasil pantauan, lanjut Joko, beberapa daerah rawan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) sudah benar-benar kering. Bahkan, beberapa kanal atau parit yang berada di daerah rawan karhutla kondisinya sudah tidak berair. ‘’Walaupun begitu, masih ada beberapa kanal maupun parit yang masih memiliki air,’’ kata Joko.
Sementara itu, BMKG Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Syarif Kasim SSK II Pekanbaru memprediksi muncul silkon tropis lainnya yang akan kembali berdampak pada cuaca di Riau. Namanya adalah Tropical Cyclone Kong Rey.
Forecaster On Duty BMKG Stasiun Meteorologi Kelas I Pekanbaru Bibin Sulianto mengatakan, diprediksi selama beberapa hari ke depan suhu udara di Riau ini masih tinggi dna ini terjadi karena adanya gangguan tekanan udara rendah di Perairan Filipina.
Hal inilah yang membuat terjadinya penarikan massa udara yang seharusnya berada di wilayah Indonesia, termasuk Riau. Gangguan tekanan udara rendah di Perairan Filipina tersebut membuat massa udara tertarik ke daerah yang saat ini mengalami Tropical Cyclone.
Tropical Cyclone merupakan badai dengan pergerakan angin memutar pada kecepatan yang tinggi yang berasal dari samudera di daerah tropis. Dari sisi intensitas atau kecepatan angin, fenomena pembentukan Tropical Cyclone ini terjadi secara bertahap. Mulai dari skala kecil kecepatan angin rendah, hingga berkembang menjadi Tropical Cyclone dengan intensitas yang besar (hurricane atau typhoon).
Dua bahan dasar dari Tropical Cyclone adalah air samudera yang hangat dan angin yang berhembus. Seperti yang telah diketahui secara umum, daerah di sekitar garis khatulistiwa adalah daerah yang bertemperatur lebih tinggi dibandingkan daerah lain di bumi.
Kini Tropical Cyclone Trami sudah terpantau memudar. Tapi, BMKG memprediksi terdapat potensi Tropical Cyclone Kong Rey muncul kembali di lautan Filipina sehingga kembali berdampak pada kondisi arah angin yang terpusat di sana.
Tropical Cyclone Kong Rey ini merupakan badai tropis yang terjadi di Laut Filipina, Ahad (27/10) sore waktu Jepang. Badai tropis ini memiliki kecepatan angin berkelanjutan 46 mil per jam. Dampak dari siklon ini diperkirakan akan berlangsung selama sepekan ke depan.
Hal ini membuat suhu panas di Riau masih berkisar 35°C. “Lamanya sekitar sepekan ke depan. Kalau tidak ada Tropical Cyclone Kong Rey, kami prakirakan hujan dalam pekan ini akan muncul. Karena muncul Tropical Cyclone Kong Rey maka hujan akan minim dalam sepekan ke depan,” tegasnya.
Karhutla di Lima Kabupaten/Kota
Cuaca panas dan belum adanya hujan membuat beberapa daerah di Riau kembali terjadi karhutla. Hingga saat ini, tercatat ada lima kabupaten/kota yang terjadi karhutla. Kalaksa BPBD Riau M Edy Afrizal mengatakan, lima daerah tersebut adalah Kabupaten Kampar, Bengkalis, Pelalawan, Indragiri Hulu (Inhu), dan Kota Dumai.
“Yang terbaru terjadi di Kampar yakni Kecamatan Tapung. Kemudian juga ada di Bengkalis, Pelalawan, Inhu, dan Dumai,” katanya.
Lebih lanjut dikatakannya, di Kampar sudah dilakukan upaya pemadaman baik oleh tim satgas darat dan udara menggunakan helikopter water bombing. Di lokasi ini sempat menimbulkan kepulan asap yang cukup tebal.
“Karena terjadi di lahan gambut, karhutla di Tapung sempat menimbulkan asap cukup tebal. Namun tidak sempat mengganggu aktivitas masyarakat sekitar,” sebutnya.
Sementara itu, untuk lokasi karhutla di empat daerah lainnya sudah bisa dikendalikan. “Untuk daerah lainnya sudah bisa dikendalikan, saat ini masih dilakukan pendinginan,” ujarnya.
Lahan di Rumbai Sempat Terbakar
Cuaca panas terik yang terjadi beberapa hari terakhir di Kota Pekanbaru menyebabkan lahan kosong di Kecamatan Rumbai Timur hangus terbakar, Jumat (25/10) lalu. Kasi Kedaruratan BPBD Kota Pekanbaru Suhendri menjelaskan, lahan di Jalan Pramuka Ujung, Kelurahan Lembah Sari, Kecamatan Rumbai Timur hangus terbakar.
Api yang menyala tersebut diketahui telah besar sekitar pukul 16.00 WIB dan melahap rerumputan yang sudah kering karena cuaca panas yang terjadi di Kota Pekanbaru selama beberapa hari terakhir hingga, Ahad (27/10).
Menanggulangi kebakaran tersebut, personel BPBD Kota Pekanbaru, bersama Bhabinkamtibmas, Babinsa, Damkar Pos Rumbai, serta Damkar dari Pertamina Rokan Hulu ikut berjibaku memadamkan api. Kebakaran terjadi sekitar pukul 16.00 WIB.
Pihaknya bersama TNI dan Polri setempat melakukan upaya pemadaman. “Dalam proses pemadaman, BPBD Pekanbaru menggunakan satu unit mobil Damkar, kemudian dibantu oleh Damkar Pos Rumbai dan Damkar dari PHR,” ujar Suhendri.
Ia menyebutkan, ada sekitar 1 hektare lahan yang terbakar di lokasi itu. Lahan yang terbakar merupakan lahan tidur alias kosong. Menurutnya, kebakaran terjadi diduga karena ulah manusia yang tidak bertanggung jawab. Saat ini pihak kepolisian pun sedang menyelidiki penyebab kebakaran tersebut.
Dia juga kembali mengimbau masyarakat agar tidak membakar lahan sembarangan. Jangan membuka lahan dengan cara membakar. “Apalagi akhir-akhir ini cuaca sangat panas, tentu api sangat mudah membakar lahan kosong yang ditumbuhi rumput,” jelasnya.
Sementara itu, Kalaksa BPBD Pekanbaru Zarman Candra menambahkan saat ini Kota Pekanbaru tengah mengalami kondisi cuaca ekstrem. Cuaca seperti ini disebabkan oleh masa transisi dari musim kemarau menuju musim hujan.
Suhu udara di siang tercatat mencapai hingga 35 °C. Namun, perubahan cuaca secara tiba-tiba terjadi pada malam hari dengan turunnya hujan deras. Bahkan BMKG melaporkan selama masa transisi ini, wilayah Pekanbaru akan sering diguyur hujan disertai petir dan angin kencang.
Meskipun demikian, BMKG menambahkan bahwa intensitas hujan di masa peralihan ini tidak akan terlalu tinggi. Masa transisi ini diperkirakan akan berlangsung hingga akhir Oktober. Oleh karena itu, masyarakat diimbau untuk tetap waspada terhadap kemungkinan bencana alam yang dapat terjadi, seperti banjir dan angin puting beliung.
“Kami juga mengingatkan warga untuk selalu siap siaga dalam menghadapi potensi cuaca ekstrem yang mungkin berdampak pada lingkungan sekitar,” tegasnya.
Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti mengimbau masyarakat waspada terhadap potensi karhutla. Imbauan tersebut menindaklanjuti cuaca pasnas ekstrim dengan suhu mencapai 35 °C.
“Makanya kami menghimbau masyarakat untuk waspada. Minimal dapat berhati-hati melakukan aktivitas di lahan yang kering,” demikian disampaikan Sekeretaris BPBD Kepulauan Meranti Eko Setiawan, Ahad (27/10) siang.
Selain itu mereka juga terus aktif menggalakkan langkah-langkah pencagahan karhutla dengan memperkuat kegiatan sosialisasi dan mengedepankan rutinitas koordinasi kepada pihak terkait serta masyarakat.
“Sosialisasi koordinasi yang kami kedepankan. Tidak terlepas juga sinergitas patroli bersama, pengecekan embung-embung dan sekat kanal, penyuluhan, menyebar maklumat, dan pemasangan sepanduk imbauan,” ujarnya.
Itu menjadi salah satu langkah pencegahan yang efektif dalam mendeteksi titik panas hingga penangangan potensi karhutla. Pasalnya dari data yang dihimpun, sejak Januari hingga saat ini telah mencapai 165,64 hektare, dengan kebakaran terluas terjadi di Desa Gemala Sari seluas 8 hektare dan Desa Tanjung Kedabu seluas 7 hektare.
Meskipun demikian hasilnya sejauh ini bencana tersebut dapat diatasi berkat kesiapsiagaan dan sinergisitas antara Polres, pemerintah, TNI serta stakeholder lainnya.
“Upaya pencegahan dan penanganan karhutla adalah tugas serta tanggung jawab kita bersama, maka perlu dukungan dari semua pihak. Untuk itu, kita perlu selalu siaga apabila sewaktu-waktu terjadi karhutla, sehingga bisa ditangani cepat,” ungkapnya.(sah/ayi/ilo/sol/wir/egp/das)
Laporan TIM RIAU POS, Pekanbaru