Kamis, 19 September 2024

Gerhana Bulan Spesial, Bisa Diamati dari Indonesia

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Gerhana bulan total (GBT) malam tadi terasa spesial. Karena merupakan satu-satunya gerhana bulan yang bisa diamati dari hampir seluruh wilayah Indonesia. Pada 19 November nanti juga terjadi gerhana bulan, tetapi tidak bisa diamati masyarakat Indonesia.

Masyarakat bisa mengamati GBT secara langsung maupun melalui streaming. Di antara lembaga yang melakukan streaming adalah Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). BMKG menyediakan streaming GBT dari 25 lokasi. Di antaranya dari Ancol, Malang, Jayapura, Sorong, dan Jogjakarta.

Data dari Observatorium Bosscha menyebutkan GBT kali ini terjadi saat kondisi Bulan Super atau Supermoon. Yaitu posisi bulan berada di jarak terdekat dengan bumi. Istilah lainnya disebut perigee. Dengan demikian GBT malam tadi juga dikenal dengan sebutan Super Blood Moon Eclipse atau Gerhana Bulan Super Merah.

Ketika terjadi Bulan Super ukuran bulan terlihat lebih besar 14 persen dari biasanya. Kemudian lebih terang 30 persen dari umumnya. Untuk diketahui jarak terjauh bulan dengan bumi adalah 406.700 km. Sedangkan jarak terdekatnya adalah 356.400 km. 

- Advertisement -

Pada saat GBT malam tadi, waktu terjadinya puncak gerhana atau fase total cukup lama. Yaitu mulai 18.11 WIB sampai 18.25 WIB. Proses GBT diawali dari masuknya bulan ke bayangan umbra bumi pada pukul 16.44 WIB. Kemudian fase GBT benar-benar selesai pada pukul 20.49 WIB.

Peneliti Observatorium Bosscha Yatny Yulianty menjelaskan gerhana bulan terjadi ketika matahari, bumi, dan bulan berada pada posisi sejajar. Bumi berada di tengah. Sehingga sinar matahari ke bulan terhalang bumi.  "Peristiwa gerhana bulan itu merupakan peristiwa yang sebetulnya bersiklus atau berulang," katanya, kemarin (26/5).

- Advertisement -

Dari kondisi tersebut terjadinya gerhana bulan bisa diprediksi. Baik itu kapan waktu terjadinya gerhana bulan maupun jenisnya. Seperti diketahui gerhana bulan ada tiga jenis. Yaitu gerhana bulan total, sebagian, dan penumbra. Selain itu juga bisa diketahui dari titik mana saja gerhana bulan bisa diamati. Untuk gerhana bulan 19 November nanti tidak bisa diamati dari Indonesia.

Sementara itu di sejumlah tempat umat Islam menggelar salat sunah gerhana atau salat Khusuful Qamar. Dirjen Bimas Islam Kemenag Kamaruddin Amin berharap masyarakat saat melakukan salat gerhana tetap menerapkan protokol kesehatan. Dia menjelaskan sesuai dengan tuntunan Rasulullah Muhammad SAW, umat Islam dianjurkan menjalankan ibadah salat sunah gerhana. Selain itu umat Islam dianjurkan banyak berzikir, istighfar, serta mengagungkan kebesaran Allah.

Kemenag juga mengeluarkan khutbah Salat Gerhana yang disusun oleh Tim Hisab Rukyat dan Syariah Ditjen Bimas Islam. Isi utama khutbahnya adalah gerhana bulan yang terjadi adalah tanda kebesaran Allah. Gerhana bukan sebagaimana diyakini sebagian masyarakat zaman dahulu. Yaitu gerhana bulan diyakini sebagai peristiwa ditelannya bulan oleh sesosok makhluk. Selain itu pada masa lampau gerhana bulan diyakini sebagai pertanda bencana bagi petani, peternak, dan lainnya. Keyakinan seperti itu tidak benar.

Baca Juga:  Sebelum Berangkat, JCH Riau Dapat Living Cost Rp5 Juta

Selain GBT juga terjadi fenomena alam berupa matahari melintas persis di atas ka’bah. Fenomena ini terjadi pada 27 dan 28 Mei pada pukul 16.18 WIB. Melintasnya matahari persis di atas Kakbah ini bisa digunakan untuk meluruskan posisi kiblat. Sebab pada saat matahari berada di atas Kakbah, maka semua bayangan tegak lurus mengarah lurus ke Kakbah. 

Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syari’ah Kemenag Agus Salim mengatakan fenomena matahari melintas persis di atas Kakbah juga dikenal dengan sebutan Istiwa A’zham atau Rashdul Qiblah. Dia mengatakan fenomena ini isa digunakan untuk memverifikasi arah kiblat.

Tertutup Awan, Tak Terlihat Jelas di Pekanbaru

Akibat tertutup awan peristiwa langka gerhana bulan penuh tak terlihat jelas oleh warga di Kota Bertuah, malam tadi. Padahal, warga terlihat antusias menunggu terjadinya peristiwa alam yang langka tersebut. 

Menurut salah seorang warga Jalan Tengku Bey Sugeng, penampakan gerhana bulan diperkirakan mulai terjadi pukul 18.00 WIB tersebut belum terlihat di Pekanbaru, akibat langit Kota Pekanbaru yang tertutup awan. 

"Sudah dari sore nunggu sampai jam 19.30 WIB, tapi tak terlihat jelas. Malah hanya terlihat langit Kota Pekanbaru berubah gelap tanpa adanya cahaya bulan sama sekali," ucapnya. 

Hal yang sama juga diungkapkan Erna, warga Jalan Khairuddin Nasution ini mengaku sengaja naik ke lantai tiga rumahnya hanya untuk melihat gerhana bulan yang tengah viral dibicarakan warga di sosial media. 

Namun, harapannya untuk menjadi saksi dalam peristiwa bersejarah tersebut pupus karena gerhana bulan tak terlihat akibat tertutup awan. 

"Nggak nampak bulannya tertutup awan. Padahal sudah nunggu," kata dia. 

Berdasarkan pantauan Riau Pos disalah satu lapangan bola di Jalan Tengku Bey 2 Kelurahan Air Dingin Kecamatan Bukit Raya,  menjelang pukul 19.40 atau menjelang Isya cahaya bulan mulai sedikit tampak normal, walaupun masih sedikit diselimuti awan. 

Tanda Kebesaran Allah

Majelis Ulama Indonesia(MUI) Provinsi Riau, mengimbau masyarakat menggelar salat gerhana bulan di rumah masing-masing. Upaya itu untuk menghindari penularan virus corona di Provinsi Riau khususnya di Kota Pekanbaru.

Baca Juga:  Air Zam-Zam JCH Sudah Tiba di Pekanbaru

Ketua MUI Riau Prof Dr H Ilyas Husti MA kepada Riau Pos, mengatakan, secara resmi pihaknya tidak mengeluarkan surat imbauan. Meski begitu, pihaknya mengimbau masyarakat khususnya umat melalui pengurus masjid dan musala, ketua lembaga dakwah, dan ormas islam.

"Saya sudah sampaikan kepada ketua lembaga dakwa agar melaksanakan Salat Gerhana Bulan di rumah masing-masing bersama keluarga. Mengingat saat ini masih dalam situasi pandemi Covid-19," kata Ilyas Husti.

Dijelaskannya, gerhana bulan ini merupakan suatu fenomena alam yang menjadi tanda kebesaran Allah. Untuk itu, pelaksanaan Salat Gerhana Bulan dalam rangka untuk mengingatkan, khususnya umat muslim akan kekuasaan Allah dan juga mendekatkan diri kepada Allah.

Ia menuturkan, mungkin di rumah masing-masing belum pernah dilaksanakan Salat Sunat Gerhana Bulan. Untuk itu diimbau agar bisa dilaksanakan di rumah masing-masing bersama keluarga. Kemudian, kalau pun ingin melaksanakannya di masjid atau di musala tentu harus menerapkan prokes yang ketat dan juga melihat zona daerahnya. 

"Kami mengimbau agar memperbanyak zikir, doa, istighfar, tobat, sedekah, dan amal-amal kebajikan lainnya. Salah satu doanya adalah agar kita bisa terlepas dari pandemi Covid-19," tuturnya. 

Salat Gerhana di Masjid Istiqomah

Meskipun tak ada imbauan resmi dari MUI Bengkalis untuk melaksanakan Salat Gerhana, namun sebagian besar masjid-masjid di Bengkalis tetap melaksanakan. Salah satunya Masjid Agung Istiqomah Bengkalis usai Salat Magrib, Rabu (26/5). Ratusan jamaah mengikuti Salat Gerhana dengan khusyuk. 

"Gerhana bulan ini menunjukkan kekuasaan dan keagungan Allah SWT. Dengan gerhana bulan ini mari kita kuatkan keimanan kita kepada Allah SWT," pesan khatib.
Usai melaksanakan salat sebagian jamaah langsung keluar ruangan untuk menyaksikan gerhana bulan. Namun tak ada kerumunan atau titik kumpul khusus dari warga untuk menyaksikan fenomena alam ini. Tampak hanya sebagian jamaah mengabadikan gerhana bulan di telepon gengam mereka masing-masing. Dikatakan salah seorang warga Boy Sandi, ini momen langka.  "Alhamdulillah, walaupun tak jelas betul, adalah bukti foto gerhana bulan di tahun 2021 ini," jelas Boy Sandi.

Bahkan dirinya juga menyempatkan mengambil video gerhana bulan terhitung singkat di Bengkalis. Pasalnya jelang pelaksanaan Salat Isya, bulan kembali normal seperti biasa.

Ketua MUI Bengkalis H Amrizal mengatakan tak ada imbauan secara tertulis dari MUI untuk pelaksanaan Salat Gerhana.

‘’Tapi kami secara lisan berharap masyarakat dan umat Islam melaksanakan Salat Gerhana. Momen gerhana langka. Waktunya lebih cepat antara Magrib dan Isya," jelas Amrizal.(wan/jpg/ayi/dof/esi)
 

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Gerhana bulan total (GBT) malam tadi terasa spesial. Karena merupakan satu-satunya gerhana bulan yang bisa diamati dari hampir seluruh wilayah Indonesia. Pada 19 November nanti juga terjadi gerhana bulan, tetapi tidak bisa diamati masyarakat Indonesia.

Masyarakat bisa mengamati GBT secara langsung maupun melalui streaming. Di antara lembaga yang melakukan streaming adalah Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). BMKG menyediakan streaming GBT dari 25 lokasi. Di antaranya dari Ancol, Malang, Jayapura, Sorong, dan Jogjakarta.

Data dari Observatorium Bosscha menyebutkan GBT kali ini terjadi saat kondisi Bulan Super atau Supermoon. Yaitu posisi bulan berada di jarak terdekat dengan bumi. Istilah lainnya disebut perigee. Dengan demikian GBT malam tadi juga dikenal dengan sebutan Super Blood Moon Eclipse atau Gerhana Bulan Super Merah.

Ketika terjadi Bulan Super ukuran bulan terlihat lebih besar 14 persen dari biasanya. Kemudian lebih terang 30 persen dari umumnya. Untuk diketahui jarak terjauh bulan dengan bumi adalah 406.700 km. Sedangkan jarak terdekatnya adalah 356.400 km. 

Pada saat GBT malam tadi, waktu terjadinya puncak gerhana atau fase total cukup lama. Yaitu mulai 18.11 WIB sampai 18.25 WIB. Proses GBT diawali dari masuknya bulan ke bayangan umbra bumi pada pukul 16.44 WIB. Kemudian fase GBT benar-benar selesai pada pukul 20.49 WIB.

Peneliti Observatorium Bosscha Yatny Yulianty menjelaskan gerhana bulan terjadi ketika matahari, bumi, dan bulan berada pada posisi sejajar. Bumi berada di tengah. Sehingga sinar matahari ke bulan terhalang bumi.  "Peristiwa gerhana bulan itu merupakan peristiwa yang sebetulnya bersiklus atau berulang," katanya, kemarin (26/5).

Dari kondisi tersebut terjadinya gerhana bulan bisa diprediksi. Baik itu kapan waktu terjadinya gerhana bulan maupun jenisnya. Seperti diketahui gerhana bulan ada tiga jenis. Yaitu gerhana bulan total, sebagian, dan penumbra. Selain itu juga bisa diketahui dari titik mana saja gerhana bulan bisa diamati. Untuk gerhana bulan 19 November nanti tidak bisa diamati dari Indonesia.

Sementara itu di sejumlah tempat umat Islam menggelar salat sunah gerhana atau salat Khusuful Qamar. Dirjen Bimas Islam Kemenag Kamaruddin Amin berharap masyarakat saat melakukan salat gerhana tetap menerapkan protokol kesehatan. Dia menjelaskan sesuai dengan tuntunan Rasulullah Muhammad SAW, umat Islam dianjurkan menjalankan ibadah salat sunah gerhana. Selain itu umat Islam dianjurkan banyak berzikir, istighfar, serta mengagungkan kebesaran Allah.

Kemenag juga mengeluarkan khutbah Salat Gerhana yang disusun oleh Tim Hisab Rukyat dan Syariah Ditjen Bimas Islam. Isi utama khutbahnya adalah gerhana bulan yang terjadi adalah tanda kebesaran Allah. Gerhana bukan sebagaimana diyakini sebagian masyarakat zaman dahulu. Yaitu gerhana bulan diyakini sebagai peristiwa ditelannya bulan oleh sesosok makhluk. Selain itu pada masa lampau gerhana bulan diyakini sebagai pertanda bencana bagi petani, peternak, dan lainnya. Keyakinan seperti itu tidak benar.

Baca Juga:  Amankan Tujuh Pembalak Liar

Selain GBT juga terjadi fenomena alam berupa matahari melintas persis di atas ka’bah. Fenomena ini terjadi pada 27 dan 28 Mei pada pukul 16.18 WIB. Melintasnya matahari persis di atas Kakbah ini bisa digunakan untuk meluruskan posisi kiblat. Sebab pada saat matahari berada di atas Kakbah, maka semua bayangan tegak lurus mengarah lurus ke Kakbah. 

Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syari’ah Kemenag Agus Salim mengatakan fenomena matahari melintas persis di atas Kakbah juga dikenal dengan sebutan Istiwa A’zham atau Rashdul Qiblah. Dia mengatakan fenomena ini isa digunakan untuk memverifikasi arah kiblat.

Tertutup Awan, Tak Terlihat Jelas di Pekanbaru

Akibat tertutup awan peristiwa langka gerhana bulan penuh tak terlihat jelas oleh warga di Kota Bertuah, malam tadi. Padahal, warga terlihat antusias menunggu terjadinya peristiwa alam yang langka tersebut. 

Menurut salah seorang warga Jalan Tengku Bey Sugeng, penampakan gerhana bulan diperkirakan mulai terjadi pukul 18.00 WIB tersebut belum terlihat di Pekanbaru, akibat langit Kota Pekanbaru yang tertutup awan. 

"Sudah dari sore nunggu sampai jam 19.30 WIB, tapi tak terlihat jelas. Malah hanya terlihat langit Kota Pekanbaru berubah gelap tanpa adanya cahaya bulan sama sekali," ucapnya. 

Hal yang sama juga diungkapkan Erna, warga Jalan Khairuddin Nasution ini mengaku sengaja naik ke lantai tiga rumahnya hanya untuk melihat gerhana bulan yang tengah viral dibicarakan warga di sosial media. 

Namun, harapannya untuk menjadi saksi dalam peristiwa bersejarah tersebut pupus karena gerhana bulan tak terlihat akibat tertutup awan. 

"Nggak nampak bulannya tertutup awan. Padahal sudah nunggu," kata dia. 

Berdasarkan pantauan Riau Pos disalah satu lapangan bola di Jalan Tengku Bey 2 Kelurahan Air Dingin Kecamatan Bukit Raya,  menjelang pukul 19.40 atau menjelang Isya cahaya bulan mulai sedikit tampak normal, walaupun masih sedikit diselimuti awan. 

Tanda Kebesaran Allah

Majelis Ulama Indonesia(MUI) Provinsi Riau, mengimbau masyarakat menggelar salat gerhana bulan di rumah masing-masing. Upaya itu untuk menghindari penularan virus corona di Provinsi Riau khususnya di Kota Pekanbaru.

Baca Juga:  Februari, Vaksinasi Corona di Sembilan Daerah

Ketua MUI Riau Prof Dr H Ilyas Husti MA kepada Riau Pos, mengatakan, secara resmi pihaknya tidak mengeluarkan surat imbauan. Meski begitu, pihaknya mengimbau masyarakat khususnya umat melalui pengurus masjid dan musala, ketua lembaga dakwah, dan ormas islam.

"Saya sudah sampaikan kepada ketua lembaga dakwa agar melaksanakan Salat Gerhana Bulan di rumah masing-masing bersama keluarga. Mengingat saat ini masih dalam situasi pandemi Covid-19," kata Ilyas Husti.

Dijelaskannya, gerhana bulan ini merupakan suatu fenomena alam yang menjadi tanda kebesaran Allah. Untuk itu, pelaksanaan Salat Gerhana Bulan dalam rangka untuk mengingatkan, khususnya umat muslim akan kekuasaan Allah dan juga mendekatkan diri kepada Allah.

Ia menuturkan, mungkin di rumah masing-masing belum pernah dilaksanakan Salat Sunat Gerhana Bulan. Untuk itu diimbau agar bisa dilaksanakan di rumah masing-masing bersama keluarga. Kemudian, kalau pun ingin melaksanakannya di masjid atau di musala tentu harus menerapkan prokes yang ketat dan juga melihat zona daerahnya. 

"Kami mengimbau agar memperbanyak zikir, doa, istighfar, tobat, sedekah, dan amal-amal kebajikan lainnya. Salah satu doanya adalah agar kita bisa terlepas dari pandemi Covid-19," tuturnya. 

Salat Gerhana di Masjid Istiqomah

Meskipun tak ada imbauan resmi dari MUI Bengkalis untuk melaksanakan Salat Gerhana, namun sebagian besar masjid-masjid di Bengkalis tetap melaksanakan. Salah satunya Masjid Agung Istiqomah Bengkalis usai Salat Magrib, Rabu (26/5). Ratusan jamaah mengikuti Salat Gerhana dengan khusyuk. 

"Gerhana bulan ini menunjukkan kekuasaan dan keagungan Allah SWT. Dengan gerhana bulan ini mari kita kuatkan keimanan kita kepada Allah SWT," pesan khatib.
Usai melaksanakan salat sebagian jamaah langsung keluar ruangan untuk menyaksikan gerhana bulan. Namun tak ada kerumunan atau titik kumpul khusus dari warga untuk menyaksikan fenomena alam ini. Tampak hanya sebagian jamaah mengabadikan gerhana bulan di telepon gengam mereka masing-masing. Dikatakan salah seorang warga Boy Sandi, ini momen langka.  "Alhamdulillah, walaupun tak jelas betul, adalah bukti foto gerhana bulan di tahun 2021 ini," jelas Boy Sandi.

Bahkan dirinya juga menyempatkan mengambil video gerhana bulan terhitung singkat di Bengkalis. Pasalnya jelang pelaksanaan Salat Isya, bulan kembali normal seperti biasa.

Ketua MUI Bengkalis H Amrizal mengatakan tak ada imbauan secara tertulis dari MUI untuk pelaksanaan Salat Gerhana.

‘’Tapi kami secara lisan berharap masyarakat dan umat Islam melaksanakan Salat Gerhana. Momen gerhana langka. Waktunya lebih cepat antara Magrib dan Isya," jelas Amrizal.(wan/jpg/ayi/dof/esi)
 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari