(RIAUPOS.CO) — Hingga puasa Ramadan hari ke-19, aktivitas Pasar Kodim, Senapelan masih terlihat sepi. Pedagang mengaku saat ini aktivitas masih sama seperti puasa pertama.
Hal itu diutarakan pedagang pakaian bernama Inel. Ia sudah berjualan selama empat tahun. Menurutnya, tahun ini paling sepi pembeli dibanding tahun sebelumnya. Sehingga berpengaruh pada pendapatan yang menurun.
“Dulu saat puasa seharinya mencapai Rp7 juta kini hanya Rp2 juta. Harusnya mendekati Idulfitri sudah pada beli pakaian, namun sejak puasa pertama sampai sekarang masih seperti ini,†jelasnya.
Begitu juga disampaikan penjual pakaian bernama Andre. Katanya, omzet di Ramadan kali ini turun drastis, bahkan lebih dari 50 persen. Jika dulu pegawainya sampai 10 orang, kini hanya 5 orang.
Jika tahun lalu sebutnya dalam sehari bisa mencapai kisaran Rp 30 juta, kini omzet sangat jauh dari itu.
“Bukan rahasia umum lagi, sebab pembeli dan penjual saling bergantungan. Jika ekonomi loyo, pembeli pun lebih memikirkan untuk yang lebih krusial dibanding dengan membeli baju,†ungkapnya.
Seorang pembeli bernama Rina pun mengakui keperluan saat ini sangat banyak. Katanya, anak akan masuk sekolah dan juga kenaikan kelas. Sehingga harus bisa mengontrol pengeluaran.
“Jika tahun lalu bisa membeli hingga tiga stelan, kini mengusahakan dua saja. Intinya untuk anak-anak terlebih dahulu, supaya senang,†terangnya.(*3/ade)
Laporan MARIO KISAZ, Kota
(RIAUPOS.CO) — Hingga puasa Ramadan hari ke-19, aktivitas Pasar Kodim, Senapelan masih terlihat sepi. Pedagang mengaku saat ini aktivitas masih sama seperti puasa pertama.
Hal itu diutarakan pedagang pakaian bernama Inel. Ia sudah berjualan selama empat tahun. Menurutnya, tahun ini paling sepi pembeli dibanding tahun sebelumnya. Sehingga berpengaruh pada pendapatan yang menurun.
- Advertisement -
“Dulu saat puasa seharinya mencapai Rp7 juta kini hanya Rp2 juta. Harusnya mendekati Idulfitri sudah pada beli pakaian, namun sejak puasa pertama sampai sekarang masih seperti ini,†jelasnya.
Begitu juga disampaikan penjual pakaian bernama Andre. Katanya, omzet di Ramadan kali ini turun drastis, bahkan lebih dari 50 persen. Jika dulu pegawainya sampai 10 orang, kini hanya 5 orang.
- Advertisement -
Jika tahun lalu sebutnya dalam sehari bisa mencapai kisaran Rp 30 juta, kini omzet sangat jauh dari itu.
“Bukan rahasia umum lagi, sebab pembeli dan penjual saling bergantungan. Jika ekonomi loyo, pembeli pun lebih memikirkan untuk yang lebih krusial dibanding dengan membeli baju,†ungkapnya.
Seorang pembeli bernama Rina pun mengakui keperluan saat ini sangat banyak. Katanya, anak akan masuk sekolah dan juga kenaikan kelas. Sehingga harus bisa mengontrol pengeluaran.
“Jika tahun lalu bisa membeli hingga tiga stelan, kini mengusahakan dua saja. Intinya untuk anak-anak terlebih dahulu, supaya senang,†terangnya.(*3/ade)
Laporan MARIO KISAZ, Kota