(RIAUPOS.CO) — Langit di Riau, khususnya Pekanbaru tak lagi membiru. Bahkan, Sabtu (21/9), kondisi langit terlihat kelabu (abu abu). Tak ada, tanda-tanda musibah kabut asap di Riau akan berakhir. Bahkan, kualitas udara Riau masih dalam level berbahaya karena operasi TMC atau hujan buatan yang dilakukan belum juga berhasil.
Plh Kapusdatin dan Humas BNPB Agus Wibowo menyatakan, operasi TMC masih terus dilakukan. Di Riau, sebanyak 800 kilogram bahan penyemai disebar di udara wilayah Pelalawan, Indragiri Hulu, dan Kuantan Singingi. Sampai laporan ini ditulis belum ada laporan hujan.
Jumlah yang sama juga disebar di Kalimantan Barat meliputi wilayah wilayah Pontianak, Kuburaya dan Landak.
“Untuk Riau belum sukses menurunkan hujan. Namun Kepala BPBD Kalbar melaporkan terjadi hujan di Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau,” jelas Agus, kemarin.
Sementara itu, hingga Sabtu sore (21/9), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat pantauan titik api kategori sedang dan tinggi untuk berjumlah 2.288 titik untuk seluruh Indonesia. Sedang pantauan titik api untuk 6 provinsi prioritas pemadaman karhutla adalah Riau 114 titik, Jambi 408 titik, Sumatera Selatan 219 titik, Kalimantan Barat 266 titik, Kalimantan Tengah 810 titik dan Kalimantan Selatan 74 titik.
Kondisi 6 provinsi dalam keadaan berasap dengan kualitas udara berdasar konsentrasi PM10 adalah Riau 314 (berbahaya), Jambi 238 (sangat tidak sehat), Sumatera Selatan 155 (tidak sehat), Kalimantan Barat 324 (berbahaya), Kalimantan Tengah 409 (berbahaya) dan Kalimantan Selatan 22 (baik).
Agus Wibowo menyatakan, di Sumatera angin bertiup ke arah barat laut, dari Sumsel mengarah ke Jambi dan Riau. Sehingga asap dari Sumsel dan Jambi masuk ke Riau. Terdapat titik api yang sangat besar asap di Desa Bayung Lencir, Kabupaten Musi Bayu Asin, Sumsel yang berdekatan dengan perbatasan Provinsi Jambi.
Agus mengatakan, titik api ini sudah menyala sejak pertengahan Agustus 2019 belum bisa dipadamkan. Titik terbakar mengeluarkan asap sangat besar dan tertiup angin mengarah ke Jambi dan Riau. Untuk memadamkan titik api ini dikerahkan 400 personel yang terdiri dari TNI, Polri, BPBD, Manggala Agni, masyarakat serta mahasiswa. Helikopter dari Jambi dan Sumsel juga akan digeser mendekati lokasi kerhutla.
Untuk Kalimantan, angin bertiup ka arah barat laut dari Kalsel mengarah ke Kalteng dan Kalbar. ”Hal ini menyebakan kualitas udara di Kalsel lebih baik dibanding Kalteng dan Kalbar,” jelas Agus.
Sementara itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru mendeteksi ada dua titik panas (hot spot) di Kabupaten Indragiri Hulu dengan level konfiden di atas 50 persen. Padahal sebelumnya pada, Sabtu (21/9) pagi terpantau pencitraan satelit ada 198 titik tersebar di delapan kabupaten/kota se Riau. “Karena sebagian wilayah Provinsi Riau blank area,” kata Kasi Data dan Informasi Marjuki.
Sementara untuk level konfiden di atas 70 persen atau merupakan titik api (fire spot) terpantau hanya ada satu, yakni berada di Inhu. Dikatakan dia, jarak pandang Pekanbaru dan Rengat telah mengalami kenaikan dari sebelumnya menjadi dua km dengan kondisi berasap. “Dumai jarak pandang hanya 800 meter dan Pelalawan 600 meter pada pukul 16.00 WIB,” ucapnya.
Dilansir dari situs resmi bmkg.go.id diketahui tren per jam untuk kualitas udara (PM10) sejak pukul 11.00 WIB mengalami penurunan yang signifikan. Membuat PM10 yang merupakan partikel udara yang berukuran lebih kecil dari 10 mikron (mikrometer) dalam kategori baik, yakni berada di angka 0-50 ugram/m3.
Sedangkan PM10 Pekanbaru sekitar pukul 02.00 WIB pagi berada di atas 350 dengan kategori berbahaya. Hingga pukul 08.00 WIB, grafik menunjukan penurunan, meski masih berada diangka 363.25 ugram/m3. Pada pagi hari kabut asap kian tebal di wilayah Provinsi Riau. Imbasnya kualitas udara mulai terasa kurang sehat akibat adanya kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Jika dilihat keindahan Kota Pekanbaru kini pun sudah tidak nampak jelas. Gedung-gedung hingga jalanan sudah mulai kabur dipandangan karena tertutup kabut asap pekat. “Kondisi cerah berawan berlangsung hingga malam hari. Perlu diwaspadai pula adanya potensi jarak pandang yang menurun diakibatkan oleh kekaburan udara dari partikel kering seperti asap dan haze,” paparnya.
Disebutkan BMKG, kondisi jarak pandang saat ini kurang dari satu km di beberapa wilayah. Hanya Kota Dumai yang kondisinya mulai berangsur-angsur membaik dengan jarak pandang dua km. “Di Pelalawan 400 meter, Rengat 500 meter dan Pekanbaru 700 meter jarak pandangnya. Serta disertai asap,” kata Kasi Marjuki.
Kondisi udara Riau sendiri berkisar antara 23-33 derajat celcius dengan kelembapan udara 50-98 persen. “Di mana, arah angin bertiup dari Tenggara ke Selatan dengan kecepatan 10-20 km per jam,” ucapnya.
Sementara titik panas (hot spot) terpantau pada pukul 06.00 WIB sebanyak 1182 se-Sumatera dengan level konfiden diatas 50 persen. Yang mana, ada 198 di antaranya berada di Riau. Tersebar di Bengkalis 17 titik, dua di Meranti dan Kampar, Kuansing empat titik, Pelalawan 28 titik, Rohil 57 titik, Inhil 74 titik, dan Inhu 14 titik.
“Kemudian Riau dengan level konfiden di atas 70 persen atau diduga merupakan titik api (fire spot) ada 129 titik. Yakni, Bengkalis 13 titik, Meranti satu titik, Kuansing dua titik, Pelalawan 18 titik, Rohil 38 titik, Inhil 47 titik dan Inhu 10 titik,” ucapnya.
Sementara itu di Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu) hingga Sabtu (21/9), Kepala Kantor Penanggulangan Bencana Daerah (KPBD) Kabupaten Inhu R Agus Widodo menyatakan bahwa pihaknya masih melakukan upaya pemadaman di sejumlah titik hingga Sabtu (21/9). “Saat ini tim KPBD lebih fokus memadamkan titik api di Kecamatan Rengat, Rengat Barat dan Batang Gansal,” ujarnya Sabtu (21/9).