SIAK (RIAUPOS.CO) – Kelompok tani di Kampung Bekalar, Kecamatan Kandis, Kabupaten Siak, kini bisa tersenyum lega. Berkat inovasi dari tim dosen Sekolah Pascasarjana Universitas Lancang Kuning (Unilak), limbah kotoran hewan (kohe) yang sebelumnya menjadi masalah, kini diubah menjadi pupuk organik bernilai ekonomi tinggi.
Inovasi ini terwujud melalui program Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) yang didanai Hibah Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) tahun 2025.
​Sebelumnya, para petani harus mengandalkan cara manual untuk mengolah kotoran ternak. Proses ini tidak hanya memakan waktu dan tenaga, tetapi juga menghasilkan pupuk dengan mutu yang kurang konsisten. Namun, kehadiran mesin pengolah kohe modern mengubah segalanya.
​”Sebelum ada mesin ini, kami mengolah kotoran ternak secara manual. Butuh waktu dan tenaga yang banyak, hasilnya pun kadang tidak maksimal,” ujar Dadang, Sekretaris Kelompok Tani Kampung Bekalar, beberapa waktu lalu.
​Namun, lanjutnya, setelah menerima mesin pengolah kohe dari tim Unilak, proses produksi menjadi jauh lebih efisien. “Bantuan mesin ini sangat berarti. Pengolahan jauh lebih singkat, kualitas pupuknya juga lebih bagus. Tentu ini sangat membantu ekonomi keluarga kami karena hasilnya bisa dijual,” ungkapnya.
​Ketua Tim Pengabdian, Dr. Ir. Yuliana Susanti, S.P., M.Si., menjelaskan bahwa program ini bertujuan memberikan solusi nyata dan berkelanjutan bagi para petani. Menurutnya, mesin pengolah kohe tersebut bukan sekadar alat, melainkan sebuah inovasi untuk mentransformasi cara bertani dari tradisional menjadi lebih modern dan efisien.
​”Kami tidak hanya menyerahkan mesin, tetapi juga memberikan pendampingan dan pelatihan agar petani bisa mengoptimalkan penggunaannya,” jelas Yuliana.
​Selain teknologi, tim dosen Unilak juga membekali para petani dengan pengetahuan penting. Pelatihan intensif diberikan mengenai cara melakukan fermentasi kohe yang benar agar menjadi pupuk organik bermutu tinggi, hingga teknik pemasaran agar produk mereka mampu bersaing di pasar yang lebih luas.
​”Harapan kami, inovasi ini menjadi katalis pengembangan pertanian organik yang ramah lingkungan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” tambahnya.
​Program Hibah Dikti, kata Yuliana, telah menjadi jembatan penting yang menghubungkan dunia akademis dengan kebutuhan riil di masyarakat. Kisah sukses di Kampung Bekalar ini menjadi bukti konkret bahwa kolaborasi yang tepat dapat mempercepat transfer teknologi, menanamkan semangat inovasi, dan mendorong kemandirian ekonomi di tingkat desa.
​”Melalui program ini, tim Sekolah Pascasarjana Unilak bersama Hibah Dikti kembali menegaskan komitmen untuk menjadikan inovasi sebagai solusi nyata demi kesejahteraan masyarakat,” tutupnya.