PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — JUMLAH pasien positif Covid-19 di Riau terus bertambah. Senin (17/8), terdapat 23 penambahan kasus baru. 15 di antaranya dari Kota Pekanbaru. Menariknya dari 15 kasus positif di Pekanbaru itu, 11 adalah pegawai di Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kota Pekanbaru. Ini membuat total kasus positif di organisasi perangkat daerah (OPD) ini menjadi 12 kasus. Sekaligus munculnya klaster perkantoran di Kota Bertuah.
Awalnya, di instansi ini pegawai yang diumumkan positif pertama adalah L (46) pada 15 Agustus lalu. Kemudian, dilakukan swab test massal terhadap 80 orang pegawai di sana pada hari yang sama. Dari swab ini didapati 11 orang lainnya positif Covid-19. Penambahan ini membuat total kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Pekanbaru menjadi 343 kasus. Dengan rincian 157 dirawat, 180 sembuh, enam meninggal.
"Ada 15 pasien positif (Covid-19, red) hari ini (kemarin, red). Sebanyak 11 pasien di antaranya merupakan kontak erat tempat kerja dengan Tuan L," kata Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Pekanbaru dr Mulyadi SpBP.
Dirincikan, 11 orang ini DA (36), H (23), IDP (28), J (36), MFA (41), RA (35), RHN (25), RI (43), RY (51), YIW (35), dan YZ (24).
"Dari jumlah ini tujuh isolasi rumah sakit dan sisanya masih isolasi mandiri," imbuhnya.
Diungkapkannya saat diwawancarai Riau Pos, L adalah kontak erat dari pasien yang ada di Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang merupakan instansi vertikal. "L ini kotak erat dengan pasien positif yang di BPKP. Makanya melebar ke BPKAD. Duluan di BPKP," jelasnya.
Dengan penambahan ini, dia tak menampik sudah ada klaster perkantoran di Pekanbaru. Namun total kasus yang masuk dalam klaster ini belum bisa dirincikannya.
"Iya (klaster perkantoran, red). Tapi ini masih terbatas, bukan meluas (penularannya, red)," jelasnya.
Mengenai kebijakan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Pekanbaru dengan adanya 12 pegawai BPKAD yang positif Covid-19, pria yang juga merupakan Direktur Utama Rumah Sakit Daerah (RSD) Madani milik Pemko Pekanbaru ini mengatakan tidak perlu dilakukan penutupan kantor.
"Yang jelas kalau negatif tidak masalah. Kalau positif kita isolasi, yang hasilnya belum keluar hasilnya diistirahatkan dulu. Sekarang kalau jelas negatif kantor tidak usah ditutup. Yang penting disinfektan," paparnya.
Sementara itu, Pelaksana Harian (Plh) Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Kota Pekanbaru dr Zaini Rizaldy dikonfirmasi terpisah menyebut, hampir semua pegawai BPKAD Kota Pekanbaru sudah dilakukan swab test. "Kemarin ada yang tidak di tempat. Besok (hari ini, red) mau diperiksa lagi yang mana yang belum, masih diinventarisir," jelasnya.
Pria yang akrab disapa dr Bob ini kemudian menyampaikan imbauan, terutama terkait penerapan protokol kesehatan di perkantoran. ‘’Ini kan muncul lagi klaster baru. Perkantoran, di mana ini juga menyebabkan sampai 12 kasus. Jadi kami mengimbau pada seluruh pegawai kantor baik swasta maupun pemerintah, agar protokol kesehatan ini betul-betul diperhatikan,’’ tegasnya.
Penerapan protokol kesehatan dengan disiplin berarti juga mencegah terjadinya penularan Covid-19.
"Karena begitu ada kasus kita baru heboh. Padahal sebenarnya sejak awal sudah bisa kita prediksi. Ketika kita tidak menerapkan protokol kesehatan kemungkinan penularan akan tinggi. Terutama pemakaian masker, tidak ada kata lain, ini wajib dilakukan," imbaunya.
Segera Ajukan Lab Pemeriksaan Swab Sendiri
Dalam pada itu, angka penambahan kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Pekanbaru saat ini masih tinggi. Pemko Pekanbaru berencana mengajukan agar bisa memiliki laboratorium sendiri untuk melakukan pemeriksaan swab pasien Covid-19.
Dikatakan Wali Kota (Wako) Pekanbaru Dr H Firdaus ST MT, Senin (17/8) kemarin, tes swab yang saat ini dilakukan di Lab Biomolekuler RSUD Arifin Achmad tak cukup untuk menampung sampel dari seluruh Riau.
"Kita rencanakan pengadaan lab sendiri. Karena kalau lab dari provinsi saja tidak cukup," kata dia.
Di Pekanbaru, ungkap dia, penambahan kasus terkonfirmasi positif Covid-19 masih mengkhawatirkan dengan angka yang tinggi.
"Penularan Covid-19 tiga Minggu terakhir sangat tinggi. Mulai dari klaster tempat kerja hingga OTG (orang tanpa gejala, red) yang didapati dari swab mandiri. Ini seperti gejala gunung es dalam lautan. Gambaran di lapangan yang tertular itu lebih banyak," urainya.
Dari seluruh kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Pekanbaru saat ini 60 persen lebih adalah kasus asimtomatik atau OTG. "Dari kasus yang ada hanya sekitar 57 orang dirawat di RS. Sisanya isolasi mandiri karena OTG. Kita khawatir kalau rumahnya tidak bisa jadi tempat isolasi. Karena itu kita siapkan rumah sehat di Rusunawa Rejosari," imbuhnya.
Juga ditegaskannya Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Pekanbaru tetap menggencarkan rapid dan swab test di zona rawan.
"Saat ini banyak klaster tempat kerja. Bank BUMN, kantor pemerintah sektoral dan masuk ke kantor pemerintah daerah," bebernya.
Untuk rencana pengadaan lab pemeriksaan Covid-19 sendiri, orang nomor satu di Kota Pekanbaru ini menyebut itu adalah upaya untuk melacak keberadaan OTG.
"Karena banyak OTG tadi. Ini yang kita kejar untuk batasi pergerakannya, diputuskan mata rantainya," paparnya.
Mengenai kapan rencana ini direalisasikan, Firdaus menyebut secepatnya. Karena dana yang disiagakan untuk penanganan Covid-19 di Pekanbaru hingga kini juga belum digeser untuk alokasi lain. "Kita kan uangnya untuk Covid-19 sudah tersedia. Tinggal cara pengadaannya," tegasnya.(ted)
Laporan: M ALI NURMAN dan SOLEH SAPUTRA (Pekanbaru)