DUMAI (RIAUPOS.CO) – Jalur Ro-Ro Dumai–Melaka disebut-sebut bakal menjadi koridor ekonomi baru di Sumatera. Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau memastikan dukungan penuh terhadap pengembangan rute ini, mulai dari kesiapan infrastruktur hingga perizinan yang dibutuhkan.
Hal itu disampaikan Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Riau, SF Hariyanto, saat membuka kegiatan Business Matching antara Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Dumai dengan Indonesia–Malaysia–Thailand Growth Triangle (IMT-GT) di The Zuri Hotel and Convention Dumai, Sabtu (15/11).
Melalui pertemuan tersebut, ia berharap hubungan antarpelaku usaha semakin kuat dan mampu mempercepat pembangunan transportasi yang menghubungkan Indonesia dan Malaysia.
“Pemprov Riau secara langsung mendukung pembangunan jalur Ro-Ro ini. Kami memastikan rute Dumai–Melaka bukan hanya proyek transportasi, tapi koridor ekonomi yang memberi nilai tambah bagi masyarakat,” ujarnya.
Ia menyebut forum ini akan memperkuat peran Riau dan Sumatera dalam dinamika ekonomi kawasan. Karena itu, ia ingin memastikan jalur Ro-Ro Dumai–Melaka dapat beroperasi dengan kesiapan yang matang.
SF Hariyanto menegaskan bahwa ketika jalur tersebut rampung, Pelabuhan Dumai berpotensi menjadi pusat industri dan pelabuhan utama di Pantai Timur Sumatera. Ia menekankan pentingnya menindaklanjuti pertemuan Business Matching ini karena memiliki sejumlah tujuan strategis.
“Tiga tujuan utama kegiatan ini adalah mempertemukan pelaku usaha dari Sumatera, Malaysia Semenanjung, dan Thailand Selatan untuk membuka peluang kemitraan; mempromosikan jalur Ro-Ro sebagai koridor transportasi yang efisien; serta mengidentifikasi berbagai potensi kerja sama untuk menindaklanjuti pembangunan rute tersebut,” jelasnya.
Sementara itu, Direktur Centre for IMT-GT Subregional Cooperation (CIMT), Amri Bukhari Bakhtiar, mengatakan IMT-GT bukan hanya wadah kerja sama antarwilayah, tetapi juga bentuk kolaborasi yang memadukan potensi lokal dengan peluang regional di tiga negara.
Ia menegaskan bahwa rute Ro-Ro ini menjadi simbol upaya menekan biaya logistik dan membuka pasar baru bagi kawasan. “Ini lebih dari sekadar transportasi. Ini adalah cara kita menciptakan nilai tambah dan efisiensi di kawasan,” ujarnya.



