PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Masyarakat Riau, terutama Pekanbaru dihadapkan dengan kondisi kesulitan mendapatkan jenis bahan bakar minyak tertentu (JBT) solar bersubsidi dan premium dalam beberapa pekan terakhir. Ini dikarena jatah premium dikurangi Pertamina. Hal ini diakui beberapa pengelola Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). Alhasil, antrean pun mengular.
Salah seorang pengelola SPBU di Kabupaten Inhu Oxy Maryuanda SE ketika dikonfirmasi membenarkan adanya pengurangan jatah BBM jenis premium sejak sekitar tiga pekan lalu. "Benar, ada pengurangan jatah BBM jenis premium di setiap SPBU," ujar Oxy Maryuanda SE, Ahad (13/10).
Menurutnya, sebelum ada pengurangan BBM jenis premium terdapat sekitar 24 hingga 32 kiloliter (KL) per hari. Namun saat ini, SPBU yang dikelolanya di Jalan Lintas Timur Kabupaten Inhu hanya ada 80 Kl per pekan. Memang jumlah BBM jenis premium yang ada saat ini, tidak seimbang dengan kebutuhan warga.
Hanya saja, ketika BBM jenis premium terjadi kelangkaan, warga beralih ke BBM jenis pertalite. "Makanya ketika terjadi antrean, BBM jenis pertalite ini yang dapat mengurai antrean tersebut," ungkapnya.
Lebih jauh disampaikannya, pihak SPBU yang sebelumnya juga menerima surat edaran BPH Migas tentang pembatasan BBM tertentu terutama untuk solar bersubsidi, telah dicabut. Sehingga untuk saat ini BBM jenis solar sudah berjalan normal. Sedangkan di Bangkinang, hampir dua pekan terakhir antrean panjang menjadi pemandangan lumrah di SPBU. Antrean mengular terjadi bahkan hingga pada malam hari. Antrean yang terjadi kerap mengakibatkan lalu lintas tersendat.
Penyebab utama antrean panjang ini adalah sering habisnya premium. Hingga semua kendaraan terpaksa memilih membeli pertalite. Kekosongan sejumlah SPBU yang berada di sepanjang jalan itu dari Pekanbaru juga menjadi pemicu.
Pantauan Riau Pos sepekan terakhir di Salo dan dua SPBU di Kuok kondisinya hampir serupa. Sejumlah pompa SPBU malah kerap tidak tersedia premium. Kondisi ini membuat beberapa warga, khususnya warga Salo dan Bangkinang berspekulasi akan adanya permainan. Andesman Putra, warga Salo menyebutkan antrean ini sedikit aneh.
"Saya rasa ini tidak terlepas dari permainan, memang susah membuktikannya. Tapi secara pribadi saya heran mengapa ini langka. Ada masyarakat mengisi pakai jeriken juga dibatasi. Kalau orang pakai sepeda motor yang tanki depan, pernah saya dapati isi minyak sampai Rp300 ribu," sebut pria yang akrab disapa Andes.
Namun pria yang mengaku lulusam SMK ini mengaku tidak mengetahui bahwa pemerintah sedang membatasi BBM bersubsidi. Terkait panjangnya antrean, kosongnya premium ini, beberapa petugas SPBU mengaku tidak tahu. Jawaban mereka hampir serupa, kehabisan atau minyak sedang dilansir. Di Kabupaten Kuantan Singingi juga terlihat warga kesulitan mendapatkan premium. Itu terlihat dari 7 SPBU yang ada di Kuansing. Meski begitu, tidak terlihat antrean yang cukup parah seperti yang terjadi di SPBU Sitorajo Kari. Di SPBU ini, masyarakat dan pengendara tidak mau menunggu di kawasan SPBU dengan cara mengantre.
"Kalau antre yang panjang, memang tidak terjadi. Sebab, rata-rata konsumen berada di kawasan sekitar Kuansing saja. Ketika pengendara melihat BBM (premium) tidak ada, mereka tidak mau menunggu," ujar salah seorang petugas bernama Dodi Damhudi kepada Riau Pos, Ahad (13/10).(riri/*1/end/fad/kas/wik/hsb/wir/yas/dof/das)
Laporan: TIM RIAU POS