PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Gubernur Riau Drs H Syamsuar pada Ramadan tahun ini meniadakan kegiatan safari Ramadan. Kegiatan yang setiap tahun dilakukan gubernur sekaligus memberikan bantuan ke masjid tersebut ditiadakan karena untuk menghindari kerumunan yang bisa menyebabkan penularan Covid-19.
"Tahun ini tidak laksanakan safari Ramadan, karena dikhawatirkan bisa menimbulkan kerumunan,"kata Gubernur Syamsuar.
Selain khawatir terjadi kerumunan, pada kegiatan safari Ramadan juga biasanya diawali dengan kegiatan buka puasa bersama. Hal tersebut juga berbahaya jika dilaksanakan saat pandemi Covid-19 karena peserta membuka masker.
"Buka puasa bersama saat kondisi pandemi sangat berbahaya. Karena orang berkumpul dan membuka masker, risiko untuk tertular Covid-19 sangat tinggi,"ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, gubernur juga mengatakan, bahwasanya pemerintah pusat melalui Kementerian Agama sudah memperbolehkan pelaksanaan ibadah selama Ramadan di masjid atau mushalla. Namun demikian, tetap harus mengacu pada status zona wilayahnya masing-masing.
"Untuk zona kuning dan hijau boleh melaksanakan ibadah di masjid atau musala, tapi hanya boleh diisi 50 persen saja dan tetap menerapkan protokol kesehatan. Sedangkan zona merah, sebaiknya beribadah dirumah saja,"katanya.
Untuk itu, gubernur mengajak para tokoh agama dan tokoh masyarakat untuk ikut mensosialisasikan hal tersebut. Jangan sampai masyarakat tidak tahu dan justru dikhawatirkan bisa meningkatkan penyebaran Covid-19.
"Jadi batasan-batasan itu harus diketahui, jangan sampai masyarakat beranggapan sudah boleh beribadah di masjid, nantinya masjid diisi penuh. Tentunya ini harus dihindari agar penyebaran Covid-19 tidak meningkat,"ujarnya.(sol)
PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Gubernur Riau Drs H Syamsuar pada Ramadan tahun ini meniadakan kegiatan safari Ramadan. Kegiatan yang setiap tahun dilakukan gubernur sekaligus memberikan bantuan ke masjid tersebut ditiadakan karena untuk menghindari kerumunan yang bisa menyebabkan penularan Covid-19.
"Tahun ini tidak laksanakan safari Ramadan, karena dikhawatirkan bisa menimbulkan kerumunan,"kata Gubernur Syamsuar.
- Advertisement -
Selain khawatir terjadi kerumunan, pada kegiatan safari Ramadan juga biasanya diawali dengan kegiatan buka puasa bersama. Hal tersebut juga berbahaya jika dilaksanakan saat pandemi Covid-19 karena peserta membuka masker.
"Buka puasa bersama saat kondisi pandemi sangat berbahaya. Karena orang berkumpul dan membuka masker, risiko untuk tertular Covid-19 sangat tinggi,"ujarnya.
- Advertisement -
Dalam kesempatan tersebut, gubernur juga mengatakan, bahwasanya pemerintah pusat melalui Kementerian Agama sudah memperbolehkan pelaksanaan ibadah selama Ramadan di masjid atau mushalla. Namun demikian, tetap harus mengacu pada status zona wilayahnya masing-masing.
"Untuk zona kuning dan hijau boleh melaksanakan ibadah di masjid atau musala, tapi hanya boleh diisi 50 persen saja dan tetap menerapkan protokol kesehatan. Sedangkan zona merah, sebaiknya beribadah dirumah saja,"katanya.
Untuk itu, gubernur mengajak para tokoh agama dan tokoh masyarakat untuk ikut mensosialisasikan hal tersebut. Jangan sampai masyarakat tidak tahu dan justru dikhawatirkan bisa meningkatkan penyebaran Covid-19.
"Jadi batasan-batasan itu harus diketahui, jangan sampai masyarakat beranggapan sudah boleh beribadah di masjid, nantinya masjid diisi penuh. Tentunya ini harus dihindari agar penyebaran Covid-19 tidak meningkat,"ujarnya.(sol)