Selasa, 2 Juli 2024

Malam Imlek, Warga Berswafoto di Bawah Lampion

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Meski pun Imlek 2572/2021 ini tidak dirayakan seperti tahun-tahun sebelumnya, namun warga Pekanbaru tetap memadati kampung Tionghoa guna berswafoto di bawah cahaya 551 lampion yang dipasang. Pantauan Riau Pos, malam tadi (11/2), sejumlah warga memadati kawasan pecinaan di Jalan Karet bersama keluarga.

Mereka asyik berfoto bersama di bawah kerlap-kerlip cahaya lampoin berwarna merah yang dipasang hingga perayaan Cap Go Meh mendatang. Lania, salah seorang warga mengaku sengaja datang ke lokasi untuk menikmati malam pergantian tahun Imlek seperti tahun-tahun sebelumnya. Namun, melihat di lokasi tak ada acara dan kegiatan apa pun ia mengaku kecewa.

- Advertisement -

“Padahal dulu selalu ramai di sini. Kami sengaja datang jauh-jauh dari Rimbo Panjang untuk melihat pesta kembang api seperti dulu. Sekarang malah nggak ada,” ucapnya.

Meski kesal, namun dia memaklumi karena saat ini Pekanbaru masih berusaha terbebas dari pandemi Covid-19.

“Mungkin karena Covid-19 ini makanya nggak ada acara. Ya, nggak apa lah. Setidaknya masih bisa foto-foto di bawah cahaya lampoin ini,” tuturnya.

- Advertisement -

Hal serupa dirasakan Aldo, salah seorang pengunjung yang juga ikut berfoto di kawasan pecinaan tersebut.

“Saya memang sudah tahu dari media kalau tidak ada kegiatan. Tapi, karena banyak teman yang berfoto di lokasi ini, saya jadi ke mari dengan teman-teman,” ucapnya pula.

Ia berharap, ke depan pandemi Covid-19 dapat segera selesai dan di tahun depan dapat kembali melihat festival kembang api saat pergantian tahun Imlek.

Sementara itu Ketua Panitia Imlek Bersama 2572/2021 Marga Zhang Robert Iwan Doyok diwakili Wakil Ketua Marga Xu/Kho Peter Junaidi mengatakan, karena pandemi Covid-19, maka semua kegiatan seperti bazar, panggung hiburan, detik-detik penyambutan Tahun Baru Imlek 2572, acara perayaan Imlek bersama Chue Sa di hotel dan Cap Go Meh bersama untuk tahun 2021 ditiadakan. Panitia perayaan yang terdiri dari berbagai ormas Tionghoa, lembaga keagamaan, dan lembaga pendidikan mengimbau agar Imlek tahun ini dirayakan dengan sederhana tanpa mengurangi maknanya dengan tetap mematuhi protokol kesehatan. Yaitu memakai masker, memcuci tangan dengan sabun, menjaga jarak, menghindari kerumunan dan membatasi mobilitas dan interaksi.

“Demi memelihara semangat Imlek, semua warga yang melaksanakannya diimbau selalu bersemangat dan optimis menyongsong hari depan. Kami juga mengadakan perayaan Imlek secara virtual melalui kanal zoom meetting yang akan berlangsung Jumat,” kata dia.

Ritual Pawai Para Dewa Ditiadakan
Tahun Baru Imlek yang segala sesuatunya selalu berwarna merah. Mulai dari baju, lampu, setiap sudut rumah hingga kelenteng selalu dihiasi warna itu. Ciri khas ketika bertepatan dengan hari tersebut juga cukup identik oleh keriuhan suara petasan yang dibakar secara mandiri hingga kelompok masyarakat setempat.

Baca Juga:  APBD-P Bertambah Rp271 Miliar 

Tidak lupa lampion atau lentera terpasang di setiap rumah warga Tionghoa. Bahkan ribuan bola lampion yang difasilitasi oleh paguyuban terkait hampir mengelilingi pusat Kota Selatpanjang. Jalan yang dipasangi lampion sepanjang Jalan Rintis, Ahmad Yani, Imam Bonjol, Diponegoro, dan Jalan Kartini dengan jumlah sebanyak 12 ribu bola lampion.

Bahkan cukup meriah ketika masuk momen pawai para dewa dan event perang air yang menjadi daya tarik tersendiri. Setidaknya dengan sejumlah helat itu rutin setiap tahun, perayaan Imlek berhasil memikat dan menarik minimal 15 ribu wisatawan domestik dan asing datang ke daerah setempat. Itu semua diawali oleh kepercayaan yang berkaitan dengan leluhur warga Tionghoa.

Tahun ini, kemeriahan itu tampak pudar tergerus oleh pandemi Covid-19 dengan pembatasan yang telah diatur pemerintah. Tak ada lampion, petasan, perang air dan harus tetap di rumah untuk memutus mata rantai Covid-19. Pasalnya Paguyuban Tionghoa Kepulauan Meranti bersama unsur terkait telah sepakat untuk meniadakan sejumlah helat rutin. Keputusan itu disampaikan oleh Ketua PSMTI Kepulauan Meranti Wanandi Salim.

“Persiapan dari kesepakatan telah dilakukan. Tentunya harus benar-benar menjadi rumusan agar tidak memperburuk situasi. Kita harus menahan diri agar wabah ini segera berlalu. Untuk itu Imlek kali ini tentu tidak semeriah tahun lalu, karena ada pembatasan dan ada juga event yang ditiadakan,” ujarnya.

Adapun kebiasaan perayaan Imlek yang ditiadakan meliputi event perang air atau cian cui, arak-arakan barongsai,  kembang api dan helat yang paling rutin dilaksanakan ketika Imlek di daerah setempat adalah pawai Dewa Co She Kong keliling kelenteng juga ditiadakan.

Sekretaris Yayasan Sosial Umat Beragama Budha (YSUBB), Tjuan An SH kepada Riau Pos mengatakan setiap tahun dia juga rutin ditunjuk sebagai ketua panitia helat ini.

“Ini tradisi dari Tiongkok (daratan Cina) yang dibawa nenek moyang ke Selatpanjang sekitar lebih dari 100 tahun yang lalu,” katanya.

Sementara itu, untuk pelaksanaan ibadah tetap dilakukan di masing-masing klenteng, namun harus menerapkan protokol kesehatan (prokes). Mulai menyediakan alat ukur suhu tubuh, cuci tangan, mengenakan masker dan jaga jarak.

Baca Juga:  SMA sederajat di Riau Hanya Mampu Tampung 72 Persen Lulusan SMP

“Harus menjaga prokes. Agar itu berjalan baik, nantinya setiap klenteng diwajibkan membentuk panitia internal agar dapat mengatur setiap pelaksanaan ibadah,” ungkapnya.

Terhadap keputusan bersama itu, Kapolres Kepulauan Meranti Eko Wimpiyanto berharap dukungan dari seluruh pihak. Hendaknya keputusan ini tidak menjadi isu negatif di tengah masyarakat.

“Untuk itu kami sangat berharap masyarakat Tionghoa dapat mengurangi rangkaian kegiatan hiburan, dan hanya mengutamakan kegiatan ibadah ketika Imlek berlangsung di tengah pandemi Covid-19 mendatang,” ujarnya.

Arus Mudik Menurun hingga 80 Persen
Peniadaan sejumlah kegiatan rutin perayaan tahun baru Imlek di Kepulauan Meranti tidak lagi semeriah dulu. Bahkan berimbas terhadap tingkat kunjungan mudik pra perayaan berlangsung. Dari data yang dirangkum Riau Pos melalui petugas lalu lintas Angkutan Laut dan Usaha Kepelabuhanan, KSOP Kelas II Selatpanjang, Ade Kurniawan.  “Perbandingan ya menurun cukup signifikan. Ini sudah bisa dihitung. Karena besok hari H (hari ini, red). Penurunan hampir 80 persen dari tahun lalu,” ujarnya.

Seperti hasil kalkulasi jelang perayaan Imlek 2020 lalu, tingkat kunjungan arus mudik H-7 hingga H-1 di Kepulauan Meranti tidak kurang dari 11.457 orang. Bahkan tren kunjungan Meranti terus stagnan pascapuncak Imlek yang terdata sejak H+1 hingga H+8 dengan jumlah 10.470 orang. Sehingga total kunjungan sejak H-2 hingga H+8 Perayaan Imlek 2020 mencapai 21.937 orang.

Sementara untuk tahun ini, tingkat kunjungan mudik Tahun Baru Imlek tidak sebanyak tahun lalu. Setelah dikalkulasi, tingkat kunjungan sejak H-7 hingga H-1 hasil pendataan KSOP Selatpanjang berjumlah 2.783 orang saja. Sehingga penurunan terjadi hampir 8.692 sebelum hari H dari tahun lalu.

Tingkat Hunian Hotel Terpuruk
Penurunan tingkat kunjungan berdampak kepada seluruh sektor ekonomi daerah setempat. Termasuk turunnya pendapatan tingkat hunian kamar perhotelan. Padahal perayaan Imlek kali ini sempat menjadi harapan bagi seluruh pengusaha perhotelan untuk menutupi kekosongan penghasilan sejak Covid-19 melanda daerah setempat.

Kondisi itu dibeberkan Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kepulauan Meranti Raden Uyung Putra Salis kepada Riau Pos. Gambaran ambruknya omzet perhotelan dan restoran di lingkungannya cukup memprihatinkan. Bahkan beberapa dari seluruh hotel yang tersebar saat ini, belum satu kamar pun menerima order sewa sambut Imlek tahun ini.  Miris, diakuinya kondisi tersebut terjadi sehari jelang perayaan Imlek. Karena, tahun lalu dua hari sebelum hari H tidak ada kamar hotel yang tidak terjual.(ayi/wir)

 

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Meski pun Imlek 2572/2021 ini tidak dirayakan seperti tahun-tahun sebelumnya, namun warga Pekanbaru tetap memadati kampung Tionghoa guna berswafoto di bawah cahaya 551 lampion yang dipasang. Pantauan Riau Pos, malam tadi (11/2), sejumlah warga memadati kawasan pecinaan di Jalan Karet bersama keluarga.

Mereka asyik berfoto bersama di bawah kerlap-kerlip cahaya lampoin berwarna merah yang dipasang hingga perayaan Cap Go Meh mendatang. Lania, salah seorang warga mengaku sengaja datang ke lokasi untuk menikmati malam pergantian tahun Imlek seperti tahun-tahun sebelumnya. Namun, melihat di lokasi tak ada acara dan kegiatan apa pun ia mengaku kecewa.

“Padahal dulu selalu ramai di sini. Kami sengaja datang jauh-jauh dari Rimbo Panjang untuk melihat pesta kembang api seperti dulu. Sekarang malah nggak ada,” ucapnya.

Meski kesal, namun dia memaklumi karena saat ini Pekanbaru masih berusaha terbebas dari pandemi Covid-19.

“Mungkin karena Covid-19 ini makanya nggak ada acara. Ya, nggak apa lah. Setidaknya masih bisa foto-foto di bawah cahaya lampoin ini,” tuturnya.

Hal serupa dirasakan Aldo, salah seorang pengunjung yang juga ikut berfoto di kawasan pecinaan tersebut.

“Saya memang sudah tahu dari media kalau tidak ada kegiatan. Tapi, karena banyak teman yang berfoto di lokasi ini, saya jadi ke mari dengan teman-teman,” ucapnya pula.

Ia berharap, ke depan pandemi Covid-19 dapat segera selesai dan di tahun depan dapat kembali melihat festival kembang api saat pergantian tahun Imlek.

Sementara itu Ketua Panitia Imlek Bersama 2572/2021 Marga Zhang Robert Iwan Doyok diwakili Wakil Ketua Marga Xu/Kho Peter Junaidi mengatakan, karena pandemi Covid-19, maka semua kegiatan seperti bazar, panggung hiburan, detik-detik penyambutan Tahun Baru Imlek 2572, acara perayaan Imlek bersama Chue Sa di hotel dan Cap Go Meh bersama untuk tahun 2021 ditiadakan. Panitia perayaan yang terdiri dari berbagai ormas Tionghoa, lembaga keagamaan, dan lembaga pendidikan mengimbau agar Imlek tahun ini dirayakan dengan sederhana tanpa mengurangi maknanya dengan tetap mematuhi protokol kesehatan. Yaitu memakai masker, memcuci tangan dengan sabun, menjaga jarak, menghindari kerumunan dan membatasi mobilitas dan interaksi.

“Demi memelihara semangat Imlek, semua warga yang melaksanakannya diimbau selalu bersemangat dan optimis menyongsong hari depan. Kami juga mengadakan perayaan Imlek secara virtual melalui kanal zoom meetting yang akan berlangsung Jumat,” kata dia.

Ritual Pawai Para Dewa Ditiadakan
Tahun Baru Imlek yang segala sesuatunya selalu berwarna merah. Mulai dari baju, lampu, setiap sudut rumah hingga kelenteng selalu dihiasi warna itu. Ciri khas ketika bertepatan dengan hari tersebut juga cukup identik oleh keriuhan suara petasan yang dibakar secara mandiri hingga kelompok masyarakat setempat.

Baca Juga:  Resahkan Warga, Sejumlah Anak Punk Ditertibkan

Tidak lupa lampion atau lentera terpasang di setiap rumah warga Tionghoa. Bahkan ribuan bola lampion yang difasilitasi oleh paguyuban terkait hampir mengelilingi pusat Kota Selatpanjang. Jalan yang dipasangi lampion sepanjang Jalan Rintis, Ahmad Yani, Imam Bonjol, Diponegoro, dan Jalan Kartini dengan jumlah sebanyak 12 ribu bola lampion.

Bahkan cukup meriah ketika masuk momen pawai para dewa dan event perang air yang menjadi daya tarik tersendiri. Setidaknya dengan sejumlah helat itu rutin setiap tahun, perayaan Imlek berhasil memikat dan menarik minimal 15 ribu wisatawan domestik dan asing datang ke daerah setempat. Itu semua diawali oleh kepercayaan yang berkaitan dengan leluhur warga Tionghoa.

Tahun ini, kemeriahan itu tampak pudar tergerus oleh pandemi Covid-19 dengan pembatasan yang telah diatur pemerintah. Tak ada lampion, petasan, perang air dan harus tetap di rumah untuk memutus mata rantai Covid-19. Pasalnya Paguyuban Tionghoa Kepulauan Meranti bersama unsur terkait telah sepakat untuk meniadakan sejumlah helat rutin. Keputusan itu disampaikan oleh Ketua PSMTI Kepulauan Meranti Wanandi Salim.

“Persiapan dari kesepakatan telah dilakukan. Tentunya harus benar-benar menjadi rumusan agar tidak memperburuk situasi. Kita harus menahan diri agar wabah ini segera berlalu. Untuk itu Imlek kali ini tentu tidak semeriah tahun lalu, karena ada pembatasan dan ada juga event yang ditiadakan,” ujarnya.

Adapun kebiasaan perayaan Imlek yang ditiadakan meliputi event perang air atau cian cui, arak-arakan barongsai,  kembang api dan helat yang paling rutin dilaksanakan ketika Imlek di daerah setempat adalah pawai Dewa Co She Kong keliling kelenteng juga ditiadakan.

Sekretaris Yayasan Sosial Umat Beragama Budha (YSUBB), Tjuan An SH kepada Riau Pos mengatakan setiap tahun dia juga rutin ditunjuk sebagai ketua panitia helat ini.

“Ini tradisi dari Tiongkok (daratan Cina) yang dibawa nenek moyang ke Selatpanjang sekitar lebih dari 100 tahun yang lalu,” katanya.

Sementara itu, untuk pelaksanaan ibadah tetap dilakukan di masing-masing klenteng, namun harus menerapkan protokol kesehatan (prokes). Mulai menyediakan alat ukur suhu tubuh, cuci tangan, mengenakan masker dan jaga jarak.

Baca Juga:  RSUD Arifin Achmad Sediakan Ruangan Isolasi Khusus

“Harus menjaga prokes. Agar itu berjalan baik, nantinya setiap klenteng diwajibkan membentuk panitia internal agar dapat mengatur setiap pelaksanaan ibadah,” ungkapnya.

Terhadap keputusan bersama itu, Kapolres Kepulauan Meranti Eko Wimpiyanto berharap dukungan dari seluruh pihak. Hendaknya keputusan ini tidak menjadi isu negatif di tengah masyarakat.

“Untuk itu kami sangat berharap masyarakat Tionghoa dapat mengurangi rangkaian kegiatan hiburan, dan hanya mengutamakan kegiatan ibadah ketika Imlek berlangsung di tengah pandemi Covid-19 mendatang,” ujarnya.

Arus Mudik Menurun hingga 80 Persen
Peniadaan sejumlah kegiatan rutin perayaan tahun baru Imlek di Kepulauan Meranti tidak lagi semeriah dulu. Bahkan berimbas terhadap tingkat kunjungan mudik pra perayaan berlangsung. Dari data yang dirangkum Riau Pos melalui petugas lalu lintas Angkutan Laut dan Usaha Kepelabuhanan, KSOP Kelas II Selatpanjang, Ade Kurniawan.  “Perbandingan ya menurun cukup signifikan. Ini sudah bisa dihitung. Karena besok hari H (hari ini, red). Penurunan hampir 80 persen dari tahun lalu,” ujarnya.

Seperti hasil kalkulasi jelang perayaan Imlek 2020 lalu, tingkat kunjungan arus mudik H-7 hingga H-1 di Kepulauan Meranti tidak kurang dari 11.457 orang. Bahkan tren kunjungan Meranti terus stagnan pascapuncak Imlek yang terdata sejak H+1 hingga H+8 dengan jumlah 10.470 orang. Sehingga total kunjungan sejak H-2 hingga H+8 Perayaan Imlek 2020 mencapai 21.937 orang.

Sementara untuk tahun ini, tingkat kunjungan mudik Tahun Baru Imlek tidak sebanyak tahun lalu. Setelah dikalkulasi, tingkat kunjungan sejak H-7 hingga H-1 hasil pendataan KSOP Selatpanjang berjumlah 2.783 orang saja. Sehingga penurunan terjadi hampir 8.692 sebelum hari H dari tahun lalu.

Tingkat Hunian Hotel Terpuruk
Penurunan tingkat kunjungan berdampak kepada seluruh sektor ekonomi daerah setempat. Termasuk turunnya pendapatan tingkat hunian kamar perhotelan. Padahal perayaan Imlek kali ini sempat menjadi harapan bagi seluruh pengusaha perhotelan untuk menutupi kekosongan penghasilan sejak Covid-19 melanda daerah setempat.

Kondisi itu dibeberkan Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kepulauan Meranti Raden Uyung Putra Salis kepada Riau Pos. Gambaran ambruknya omzet perhotelan dan restoran di lingkungannya cukup memprihatinkan. Bahkan beberapa dari seluruh hotel yang tersebar saat ini, belum satu kamar pun menerima order sewa sambut Imlek tahun ini.  Miris, diakuinya kondisi tersebut terjadi sehari jelang perayaan Imlek. Karena, tahun lalu dua hari sebelum hari H tidak ada kamar hotel yang tidak terjual.(ayi/wir)

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari