DUMAI (RIAUPOS.CO) — Nakhoda KM Hamisa Jaya GT 30 Samsudin (48) terlihat menahan air matanya. Pria asal Babel itu mengaku merupakan satu mukjizat bisa selamat dari tragedi tenggelamnya kapal yang dinakhodai di sekitar Selat Karimata, 35 milarah utara dari Belitung.
Dirinya dan lima ABK lainnya (Irwanto, 19), (Hariyadi, 33) (Abdul Luhung,(58), (Ferdiyanto, 40), (Ilyas, 33) diselamatkan kru Kapal Tangker Seroja yang sedang melintas di perairan tersebut dengan tujuan ke laut Dumai. Mereka ditemukan ABK Kapal Seroja pada, Senin (2/9) sekitar pukul 10.00 WIB.
Syamsuddin mengaku kapalnya mulai tenggelam pada Ahad (1/9) sekitar pukul 10.00 WIB. Ia menyebutkan mesin penyedot air tidak berfungsi, hal itulah membuat kapalnya mulai tenggelam karena air masuk ke lambung kapal.
"Kami mencoba meminta pertolongan dari kapal yang melintas, namun mereka tidak mau menolong," ujarnya.
Namun, lama ke lamaan air laut semakin memenuhi kapal. Hal itu membuat dirinya dan lima ABK lainnya hanya bisa pasrah. Hingga malam belum ada pertolongan lain, alat komunikasi tidak bisa digunakan lagi. Apalagi saat itu signal telepon selular hilang.
"Kami tetap bertahan, masih kapal belum tenggelam sepenuhnya, namun lama kelamaan kapal hanya tersisa sedikit," tuturnya.
Ia mengaku dirinya dan para ABK bertahan selama 24 jam di lautan dengan alat seadanya. "Saat itu kami hanya bisa pasrah dan berharap ada pertolongan datang," sebutnya.(hsb)
DUMAI (RIAUPOS.CO) — Nakhoda KM Hamisa Jaya GT 30 Samsudin (48) terlihat menahan air matanya. Pria asal Babel itu mengaku merupakan satu mukjizat bisa selamat dari tragedi tenggelamnya kapal yang dinakhodai di sekitar Selat Karimata, 35 milarah utara dari Belitung.
Dirinya dan lima ABK lainnya (Irwanto, 19), (Hariyadi, 33) (Abdul Luhung,(58), (Ferdiyanto, 40), (Ilyas, 33) diselamatkan kru Kapal Tangker Seroja yang sedang melintas di perairan tersebut dengan tujuan ke laut Dumai. Mereka ditemukan ABK Kapal Seroja pada, Senin (2/9) sekitar pukul 10.00 WIB.
- Advertisement -
Syamsuddin mengaku kapalnya mulai tenggelam pada Ahad (1/9) sekitar pukul 10.00 WIB. Ia menyebutkan mesin penyedot air tidak berfungsi, hal itulah membuat kapalnya mulai tenggelam karena air masuk ke lambung kapal.
"Kami mencoba meminta pertolongan dari kapal yang melintas, namun mereka tidak mau menolong," ujarnya.
- Advertisement -
Namun, lama ke lamaan air laut semakin memenuhi kapal. Hal itu membuat dirinya dan lima ABK lainnya hanya bisa pasrah. Hingga malam belum ada pertolongan lain, alat komunikasi tidak bisa digunakan lagi. Apalagi saat itu signal telepon selular hilang.
"Kami tetap bertahan, masih kapal belum tenggelam sepenuhnya, namun lama kelamaan kapal hanya tersisa sedikit," tuturnya.
Ia mengaku dirinya dan para ABK bertahan selama 24 jam di lautan dengan alat seadanya. "Saat itu kami hanya bisa pasrah dan berharap ada pertolongan datang," sebutnya.(hsb)