Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Bekerja Melebihi Batas untuk Pengabdian

PEKANBARU, (RIAUPOS.CO) – DENGAN memanfaatkan laboratorium yang dimiliki, 17 staf bekerja silih berganti menganilisa sampel yang masuk. Bahkan tidak peduli waktu berganti malam. Yang terpenting masyarakat tahu, apakah tengah tertular Covid-19 atau tidak?

Beberapa petugas di Laboratorium Biomedik Lontar, FK Unri sempat pulang hingga larut malam. Padahal jam kerja hanya sampai 15.00 WIB. Namun banyaknya sampel yang masuk, membuat mereka rela harus bekerja lebih. Syukur-syukur mendapat bayaran lebih. Yang penting, data sampel Covid-19 tidak menumpuk. Apalagi rentang waktu sepekan hingga dua pekan lalu, bisa di bilang, seluruh laboratorium di Pekanbaru mengalami kelebihan kapasitas pemeriksaan sampel.

Hal itu sebagaimana diceritakan Kepala Laboratorium Biomedik Lontar FK Unri, Dr dr Maya Savira MKes saat berbincang dengan Riau Pos, Kamis (5/8). Dikatakan dia, laboratorium tersebut merupakan salah satu tempat dosen FK Unri berkreasi. Meneliti berbagai jenis penyakit, membuat kesimpulan, dan menemukan cara pengobatannya. Labor tersebut juga memiliki peran penting dalam menunjang ilmu kedokteran di Bumi Lancang Kuning.

Meski tidak terlalu besar, kegigihan para dosen yang mengabdi membuat labor tersebut termanfaatkan dengan baik. Bahkan di tengah situasi pandemi saat ini, para dosen yang bersikeras ingin mendedikasikan diri, akhirnya bersepakat menerima sampel Covid-19 untuk diteliti. Kemudian dikeluarkan hasilnya.
"Rata-rata di sini staf juga memiliki jabatan struktural di luar. Misal, salah satu staf juga bekerja di RSUD. Karena mereka merupakan ASN," ujar dr Maya.

Diakui dia, persoalan kesehatan memang sudah menjadi sumpah dirinya bersama sejawat lain untuk memprioritaskan di atas segalanya. Alasan itulah yang membuat dia, bersama rekan lainnya tetap bersemangat meski disibukkan dengan aktivitas lain. Bahkan ada juga staf yang bekerja sebagai dokter di luar, tapi tetap menyempatkan bertugas di labor untuk menyelesaikan sampel yang masuk. Karena dari situlah data masyarakat positif atau negatifnya diketahui. Dari hasil itu pula masyarakat menjadi tahu harus berbuat apa. Apakah harus isolasi atau menjalani perawatan Covid-19.

Baca Juga:  Ombudsman RI Siapkan RCO untuk Layanan Pengaduan Warga

Lebih jauh diceritakan dia, Labor FK Unri mendapatkan izin operasional dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan pada 21 Mei 2021. Dengan Nomor surat SR.01.07/II/3283/2021). Laboratorium dengan kode C.773 itu saat ini telah melakukan pemeriksaan sebanyak 1.800 spesimen Covid-19. Adapun sampel yang diperiksa berasal dari civitas akademika Unri yang memiliki gejala (suspect) atau termasuk kontak erat dari pasien terkonfirmasi Covid-19.

 "Termasuk juga RS Unri dan hampir seluruh puskesmas yang ada di Kota Pekanbaru. Itu gratis. Untuk operasionalnya, laboratorium lontar mendapat dukungan penuh dari rektor sehingga sebagian besar operasionalnya dibiayai dana DIPA Unri, sebagai bentuk sumbangsih Unri dalam penanganan Covid-19 di Provinsi Riau," pungkasnya.

Karena berasal dari DIPA Unri, pihaknya tentu tidak bisa mengharapkan uang lebih semisal insentif tenaga kesehatan. Itu bagi Maya dkk bukan persoalan. Sebab, mereka sudah menerima gaji sebagai ASN. Itu saja sudah cukup.

Saat ditanya, apa yang diharapkan dari hasil kerja lebih ini, Maya menjawab singkat.

"Pengabdian," ujarnya sambil sedikit tertawa.

Lebih lanjut ia bercerita, Laboratorium Biomedik Lontar FK Unri memiliki kapasitas pemeriksaan sebanyak 180 spesimen per hari. Walaupun tergolong baru, Lab Lontar telah melakukan uji Pemantapan Mutu Eksternal (PME) dengan hasil sama 100 persen dengan labor rujukan nasional Balitbangkes. Bagi masyarakat umum, pihaknya juga menyediakan jasa pemeriksaan swab PCR mandiri untuk pelaku perjalanan dengan biaya Rp700 ribu. Adapun hasilnya juga telah terintegasi dengan sistem pelaporan NewAll-Record (NAR) sehingga diakui bandara seluruh Indonesia.

Baca Juga:  Anggarkan Rp12,2 Miliar Perbaiki Venue Eks PON 2012

Usai berbincang-bincang, Riau Pos kemudian berkesempatan melihat langsung bagaimana proses pemeriksaan sampel di laboratorium. Dengan mengenakan pakaian standar laboratorium, seorang staf labor, Nabila Sonia Sahara turut mendampingi dan memberi penjelasan. Awal mula sampel masuk dari luar setelah dilakukan swab oleh petugas. Dari dalam boks, sampel tersebut kemudian diberi penomoran untuk memudahkan proses administrasi.

 "Agar tidak tertukar. Karena kalau diberi nama, kan kemungkinan nama sama itu ada," tuturnya.

Setelah sampel diberi nomor, kemudian dimasukkan ke dalam mesin ekstraksi. Setelah itu diteliti di meja Bio Safety Cabinet (BSC). Setelah itu barulah dijalankan pada mesin realtim (RT) PCR. Dari awal masuk sampel, hingga hasil keluar dari sebuah piranti lunak komputer memerlukan waktu hingga 3 jam. Hasil itulah yang kemudian diserahkan kembali kepada puskesmas, rumah sakit maupun peserta yang melaksanakan pemeriksaan secara mandiri.

 "Pernah pulang larut, pada pekan lalu. Dua pekan sebelumnya juga," sebutnya.

Ia juga tidak merasa takut apabila tertular dari sampel yang masuk. Kata dia, selagi pemeriksaan dilakukan melalui prosedur yang benar, maka tingkat penularan sangat minim. Meski risiko itu ada dan menghantui, ia tidak pernah surut untuk melaksanakan tugas tersebut.

"Iya, memang setiap pekerjaan pasti ada risikonya. Tapi ini yang kita pikirkan bagaimana hasil swab ini bisa segera diketahui, masyarakat bisa terselamatkan. Karena kan bergantung dari hasil swab ini," imbuhya.***

Laporan : Afiat Ananda (Pekanbaru)

PEKANBARU, (RIAUPOS.CO) – DENGAN memanfaatkan laboratorium yang dimiliki, 17 staf bekerja silih berganti menganilisa sampel yang masuk. Bahkan tidak peduli waktu berganti malam. Yang terpenting masyarakat tahu, apakah tengah tertular Covid-19 atau tidak?

Beberapa petugas di Laboratorium Biomedik Lontar, FK Unri sempat pulang hingga larut malam. Padahal jam kerja hanya sampai 15.00 WIB. Namun banyaknya sampel yang masuk, membuat mereka rela harus bekerja lebih. Syukur-syukur mendapat bayaran lebih. Yang penting, data sampel Covid-19 tidak menumpuk. Apalagi rentang waktu sepekan hingga dua pekan lalu, bisa di bilang, seluruh laboratorium di Pekanbaru mengalami kelebihan kapasitas pemeriksaan sampel.

- Advertisement -

Hal itu sebagaimana diceritakan Kepala Laboratorium Biomedik Lontar FK Unri, Dr dr Maya Savira MKes saat berbincang dengan Riau Pos, Kamis (5/8). Dikatakan dia, laboratorium tersebut merupakan salah satu tempat dosen FK Unri berkreasi. Meneliti berbagai jenis penyakit, membuat kesimpulan, dan menemukan cara pengobatannya. Labor tersebut juga memiliki peran penting dalam menunjang ilmu kedokteran di Bumi Lancang Kuning.

Meski tidak terlalu besar, kegigihan para dosen yang mengabdi membuat labor tersebut termanfaatkan dengan baik. Bahkan di tengah situasi pandemi saat ini, para dosen yang bersikeras ingin mendedikasikan diri, akhirnya bersepakat menerima sampel Covid-19 untuk diteliti. Kemudian dikeluarkan hasilnya.
"Rata-rata di sini staf juga memiliki jabatan struktural di luar. Misal, salah satu staf juga bekerja di RSUD. Karena mereka merupakan ASN," ujar dr Maya.

- Advertisement -

Diakui dia, persoalan kesehatan memang sudah menjadi sumpah dirinya bersama sejawat lain untuk memprioritaskan di atas segalanya. Alasan itulah yang membuat dia, bersama rekan lainnya tetap bersemangat meski disibukkan dengan aktivitas lain. Bahkan ada juga staf yang bekerja sebagai dokter di luar, tapi tetap menyempatkan bertugas di labor untuk menyelesaikan sampel yang masuk. Karena dari situlah data masyarakat positif atau negatifnya diketahui. Dari hasil itu pula masyarakat menjadi tahu harus berbuat apa. Apakah harus isolasi atau menjalani perawatan Covid-19.

Baca Juga:  Ombudsman RI Siapkan RCO untuk Layanan Pengaduan Warga

Lebih jauh diceritakan dia, Labor FK Unri mendapatkan izin operasional dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan pada 21 Mei 2021. Dengan Nomor surat SR.01.07/II/3283/2021). Laboratorium dengan kode C.773 itu saat ini telah melakukan pemeriksaan sebanyak 1.800 spesimen Covid-19. Adapun sampel yang diperiksa berasal dari civitas akademika Unri yang memiliki gejala (suspect) atau termasuk kontak erat dari pasien terkonfirmasi Covid-19.

 "Termasuk juga RS Unri dan hampir seluruh puskesmas yang ada di Kota Pekanbaru. Itu gratis. Untuk operasionalnya, laboratorium lontar mendapat dukungan penuh dari rektor sehingga sebagian besar operasionalnya dibiayai dana DIPA Unri, sebagai bentuk sumbangsih Unri dalam penanganan Covid-19 di Provinsi Riau," pungkasnya.

Karena berasal dari DIPA Unri, pihaknya tentu tidak bisa mengharapkan uang lebih semisal insentif tenaga kesehatan. Itu bagi Maya dkk bukan persoalan. Sebab, mereka sudah menerima gaji sebagai ASN. Itu saja sudah cukup.

Saat ditanya, apa yang diharapkan dari hasil kerja lebih ini, Maya menjawab singkat.

"Pengabdian," ujarnya sambil sedikit tertawa.

Lebih lanjut ia bercerita, Laboratorium Biomedik Lontar FK Unri memiliki kapasitas pemeriksaan sebanyak 180 spesimen per hari. Walaupun tergolong baru, Lab Lontar telah melakukan uji Pemantapan Mutu Eksternal (PME) dengan hasil sama 100 persen dengan labor rujukan nasional Balitbangkes. Bagi masyarakat umum, pihaknya juga menyediakan jasa pemeriksaan swab PCR mandiri untuk pelaku perjalanan dengan biaya Rp700 ribu. Adapun hasilnya juga telah terintegasi dengan sistem pelaporan NewAll-Record (NAR) sehingga diakui bandara seluruh Indonesia.

Baca Juga:  Lusa, Presiden Jokowi Kunker ke Riau

Usai berbincang-bincang, Riau Pos kemudian berkesempatan melihat langsung bagaimana proses pemeriksaan sampel di laboratorium. Dengan mengenakan pakaian standar laboratorium, seorang staf labor, Nabila Sonia Sahara turut mendampingi dan memberi penjelasan. Awal mula sampel masuk dari luar setelah dilakukan swab oleh petugas. Dari dalam boks, sampel tersebut kemudian diberi penomoran untuk memudahkan proses administrasi.

 "Agar tidak tertukar. Karena kalau diberi nama, kan kemungkinan nama sama itu ada," tuturnya.

Setelah sampel diberi nomor, kemudian dimasukkan ke dalam mesin ekstraksi. Setelah itu diteliti di meja Bio Safety Cabinet (BSC). Setelah itu barulah dijalankan pada mesin realtim (RT) PCR. Dari awal masuk sampel, hingga hasil keluar dari sebuah piranti lunak komputer memerlukan waktu hingga 3 jam. Hasil itulah yang kemudian diserahkan kembali kepada puskesmas, rumah sakit maupun peserta yang melaksanakan pemeriksaan secara mandiri.

 "Pernah pulang larut, pada pekan lalu. Dua pekan sebelumnya juga," sebutnya.

Ia juga tidak merasa takut apabila tertular dari sampel yang masuk. Kata dia, selagi pemeriksaan dilakukan melalui prosedur yang benar, maka tingkat penularan sangat minim. Meski risiko itu ada dan menghantui, ia tidak pernah surut untuk melaksanakan tugas tersebut.

"Iya, memang setiap pekerjaan pasti ada risikonya. Tapi ini yang kita pikirkan bagaimana hasil swab ini bisa segera diketahui, masyarakat bisa terselamatkan. Karena kan bergantung dari hasil swab ini," imbuhya.***

Laporan : Afiat Ananda (Pekanbaru)

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari