Rabu, 9 April 2025
spot_img

Ahli Sejarah dari Washington DC Kunjungi Perguruan Thawalib

PADANG PANJANG (RIAUPOS.CO) – Tertarik terhadap informasi perkembangan Perguruan Thawalib Padang Panjang, ahli sejarah dari Washington DC, Amerika Serikat Dr Yahya Luqman dan dosen di  KSU Georgia USA, Dr Chairul Bahri sengaja datang ke Perguruan Thawalib, Rabu (27/7/2022).

Kedatangan kedua tamu tersebut diterima Wakil Sekretaris Yayasan Thawalib Fahmi.

"Alhamdulillah tamu dari Washington DC tersebut ingin mengetahui langsung tentang Perguruan Thawalib, " kata Fahmi.

Latar belakang kunjungan Dr Yahya Luqman dan Dr Chairul Bahri setelah mengikuti berbagai informasi tentang Perguruan Thawalib di berbagai media massa.

Setelah membaca berbagai informasi tersebut, terutama terkait dengan pembaharuan pemikiran Islam di Indonesia, maka Dr Yahya Luqman dan Dr Chairul Bahri langsung memutuskan datang ke kampus Perguruan Thawalib di Padang Panjang.

Baca Juga:  Gubri dan Wagubri Dinilai Sosok yang Konsen Pendidikan

Menurut Fahmi, dalam kunjungan tersebut dijelaskan tentang bagaimana sejarah berdirinya Perguruan Thawalib yang dulunya bernama Sumatera Thawalib yang didirikan oleh Syekh Abdullah Ahmad dan dilanjutkan oleh Syekh Daud Rasjidi, Syekh Abdul Karim Amrullah, Tuanku Mudo Abdul Hamid Hakim sampai kepada Buya Mawardi Muhammad.

Kemudian dijelaskan bagaimana Syekh Abdul Karim Amrullah atau ayah dari Buya Hamka yang meletakan sistim pendidikan secara klasikal pada tahun 1917 yakni sistem pendidikan dengan menggunakan kurikulum, jenjang kelas dan penggunaan meja dan kursi.

"Sistim pendidikan secara klasikal tersebut yang diterapkan oleh Syekh Abdul Karim Amrullah merupakan tonggak sejarah pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dan dikenal dengan sebutan sebagai sekolah Islam modern pertama di zaman Hindia Belanda, " jelas Fahmi.

Baca Juga:  Yudisiawan Magister Kesmas UHTP Diminta Jaga Nama Baik

Sumatera Thawalib yang berawal dengan sistem pendidikan halaqah di surau Jembatan Besi, Padang Panjang berubah menjadi sistem pendidikan klasikal.

Dalam pertemuan tersebut Dr Yahya Luqman dan Dr Chairul Bahri lebih banyak mendengarkan paparan tentang sejarah berdirinya pesantren tertua di Sumatera Barat tersebut dan perkembangannya sampai saat ini.

Usai mendengarkan berbagai informasi sejarah dan perkembangan Perguruan Thawalib, para tamu tersebut melihat langsung gedung asrama dan gedung sekolah serta melihat aktivitas santri yang tinggal di asrama.

Usai mengelilingi kampus Perguruan Thawalib, pengurus Yayasan Thawalib memberikan cenderamata berupa buku Sejarah Perguruan Thawalib Padang Panjang.

 

Editor: Edwar Yaman

 

PADANG PANJANG (RIAUPOS.CO) – Tertarik terhadap informasi perkembangan Perguruan Thawalib Padang Panjang, ahli sejarah dari Washington DC, Amerika Serikat Dr Yahya Luqman dan dosen di  KSU Georgia USA, Dr Chairul Bahri sengaja datang ke Perguruan Thawalib, Rabu (27/7/2022).

Kedatangan kedua tamu tersebut diterima Wakil Sekretaris Yayasan Thawalib Fahmi.

"Alhamdulillah tamu dari Washington DC tersebut ingin mengetahui langsung tentang Perguruan Thawalib, " kata Fahmi.

Latar belakang kunjungan Dr Yahya Luqman dan Dr Chairul Bahri setelah mengikuti berbagai informasi tentang Perguruan Thawalib di berbagai media massa.

Setelah membaca berbagai informasi tersebut, terutama terkait dengan pembaharuan pemikiran Islam di Indonesia, maka Dr Yahya Luqman dan Dr Chairul Bahri langsung memutuskan datang ke kampus Perguruan Thawalib di Padang Panjang.

Baca Juga:  Wisuda Ke-69, Komitmen Unilak sebagai Kampus Multikultural

Menurut Fahmi, dalam kunjungan tersebut dijelaskan tentang bagaimana sejarah berdirinya Perguruan Thawalib yang dulunya bernama Sumatera Thawalib yang didirikan oleh Syekh Abdullah Ahmad dan dilanjutkan oleh Syekh Daud Rasjidi, Syekh Abdul Karim Amrullah, Tuanku Mudo Abdul Hamid Hakim sampai kepada Buya Mawardi Muhammad.

Kemudian dijelaskan bagaimana Syekh Abdul Karim Amrullah atau ayah dari Buya Hamka yang meletakan sistim pendidikan secara klasikal pada tahun 1917 yakni sistem pendidikan dengan menggunakan kurikulum, jenjang kelas dan penggunaan meja dan kursi.

"Sistim pendidikan secara klasikal tersebut yang diterapkan oleh Syekh Abdul Karim Amrullah merupakan tonggak sejarah pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dan dikenal dengan sebutan sebagai sekolah Islam modern pertama di zaman Hindia Belanda, " jelas Fahmi.

Baca Juga:  PKM Dosen Prodi S2 Ilmu Hukum Unri, Masyarakat Dikenalkan Peraturan Kepariwisataan Berbasis Pelestarian

Sumatera Thawalib yang berawal dengan sistem pendidikan halaqah di surau Jembatan Besi, Padang Panjang berubah menjadi sistem pendidikan klasikal.

Dalam pertemuan tersebut Dr Yahya Luqman dan Dr Chairul Bahri lebih banyak mendengarkan paparan tentang sejarah berdirinya pesantren tertua di Sumatera Barat tersebut dan perkembangannya sampai saat ini.

Usai mendengarkan berbagai informasi sejarah dan perkembangan Perguruan Thawalib, para tamu tersebut melihat langsung gedung asrama dan gedung sekolah serta melihat aktivitas santri yang tinggal di asrama.

Usai mengelilingi kampus Perguruan Thawalib, pengurus Yayasan Thawalib memberikan cenderamata berupa buku Sejarah Perguruan Thawalib Padang Panjang.

 

Editor: Edwar Yaman

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos
spot_img

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari

spot_img

Ahli Sejarah dari Washington DC Kunjungi Perguruan Thawalib

PADANG PANJANG (RIAUPOS.CO) – Tertarik terhadap informasi perkembangan Perguruan Thawalib Padang Panjang, ahli sejarah dari Washington DC, Amerika Serikat Dr Yahya Luqman dan dosen di  KSU Georgia USA, Dr Chairul Bahri sengaja datang ke Perguruan Thawalib, Rabu (27/7/2022).

Kedatangan kedua tamu tersebut diterima Wakil Sekretaris Yayasan Thawalib Fahmi.

"Alhamdulillah tamu dari Washington DC tersebut ingin mengetahui langsung tentang Perguruan Thawalib, " kata Fahmi.

Latar belakang kunjungan Dr Yahya Luqman dan Dr Chairul Bahri setelah mengikuti berbagai informasi tentang Perguruan Thawalib di berbagai media massa.

Setelah membaca berbagai informasi tersebut, terutama terkait dengan pembaharuan pemikiran Islam di Indonesia, maka Dr Yahya Luqman dan Dr Chairul Bahri langsung memutuskan datang ke kampus Perguruan Thawalib di Padang Panjang.

Baca Juga:  SMKS Teknologi YPL Sambut Kegiatan Go Green Hulu Migas-Riau Pos

Menurut Fahmi, dalam kunjungan tersebut dijelaskan tentang bagaimana sejarah berdirinya Perguruan Thawalib yang dulunya bernama Sumatera Thawalib yang didirikan oleh Syekh Abdullah Ahmad dan dilanjutkan oleh Syekh Daud Rasjidi, Syekh Abdul Karim Amrullah, Tuanku Mudo Abdul Hamid Hakim sampai kepada Buya Mawardi Muhammad.

Kemudian dijelaskan bagaimana Syekh Abdul Karim Amrullah atau ayah dari Buya Hamka yang meletakan sistim pendidikan secara klasikal pada tahun 1917 yakni sistem pendidikan dengan menggunakan kurikulum, jenjang kelas dan penggunaan meja dan kursi.

"Sistim pendidikan secara klasikal tersebut yang diterapkan oleh Syekh Abdul Karim Amrullah merupakan tonggak sejarah pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dan dikenal dengan sebutan sebagai sekolah Islam modern pertama di zaman Hindia Belanda, " jelas Fahmi.

Baca Juga:  Dosen FP UIR PKM di Desa Pematang Duku Bengkalis

Sumatera Thawalib yang berawal dengan sistem pendidikan halaqah di surau Jembatan Besi, Padang Panjang berubah menjadi sistem pendidikan klasikal.

Dalam pertemuan tersebut Dr Yahya Luqman dan Dr Chairul Bahri lebih banyak mendengarkan paparan tentang sejarah berdirinya pesantren tertua di Sumatera Barat tersebut dan perkembangannya sampai saat ini.

Usai mendengarkan berbagai informasi sejarah dan perkembangan Perguruan Thawalib, para tamu tersebut melihat langsung gedung asrama dan gedung sekolah serta melihat aktivitas santri yang tinggal di asrama.

Usai mengelilingi kampus Perguruan Thawalib, pengurus Yayasan Thawalib memberikan cenderamata berupa buku Sejarah Perguruan Thawalib Padang Panjang.

 

Editor: Edwar Yaman

 

PADANG PANJANG (RIAUPOS.CO) – Tertarik terhadap informasi perkembangan Perguruan Thawalib Padang Panjang, ahli sejarah dari Washington DC, Amerika Serikat Dr Yahya Luqman dan dosen di  KSU Georgia USA, Dr Chairul Bahri sengaja datang ke Perguruan Thawalib, Rabu (27/7/2022).

Kedatangan kedua tamu tersebut diterima Wakil Sekretaris Yayasan Thawalib Fahmi.

"Alhamdulillah tamu dari Washington DC tersebut ingin mengetahui langsung tentang Perguruan Thawalib, " kata Fahmi.

Latar belakang kunjungan Dr Yahya Luqman dan Dr Chairul Bahri setelah mengikuti berbagai informasi tentang Perguruan Thawalib di berbagai media massa.

Setelah membaca berbagai informasi tersebut, terutama terkait dengan pembaharuan pemikiran Islam di Indonesia, maka Dr Yahya Luqman dan Dr Chairul Bahri langsung memutuskan datang ke kampus Perguruan Thawalib di Padang Panjang.

Baca Juga:  PKM Dosen Prodi S2 Ilmu Hukum Unri, Masyarakat Dikenalkan Peraturan Kepariwisataan Berbasis Pelestarian

Menurut Fahmi, dalam kunjungan tersebut dijelaskan tentang bagaimana sejarah berdirinya Perguruan Thawalib yang dulunya bernama Sumatera Thawalib yang didirikan oleh Syekh Abdullah Ahmad dan dilanjutkan oleh Syekh Daud Rasjidi, Syekh Abdul Karim Amrullah, Tuanku Mudo Abdul Hamid Hakim sampai kepada Buya Mawardi Muhammad.

Kemudian dijelaskan bagaimana Syekh Abdul Karim Amrullah atau ayah dari Buya Hamka yang meletakan sistim pendidikan secara klasikal pada tahun 1917 yakni sistem pendidikan dengan menggunakan kurikulum, jenjang kelas dan penggunaan meja dan kursi.

"Sistim pendidikan secara klasikal tersebut yang diterapkan oleh Syekh Abdul Karim Amrullah merupakan tonggak sejarah pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dan dikenal dengan sebutan sebagai sekolah Islam modern pertama di zaman Hindia Belanda, " jelas Fahmi.

Baca Juga:  Yudisiawan Magister Kesmas UHTP Diminta Jaga Nama Baik

Sumatera Thawalib yang berawal dengan sistem pendidikan halaqah di surau Jembatan Besi, Padang Panjang berubah menjadi sistem pendidikan klasikal.

Dalam pertemuan tersebut Dr Yahya Luqman dan Dr Chairul Bahri lebih banyak mendengarkan paparan tentang sejarah berdirinya pesantren tertua di Sumatera Barat tersebut dan perkembangannya sampai saat ini.

Usai mendengarkan berbagai informasi sejarah dan perkembangan Perguruan Thawalib, para tamu tersebut melihat langsung gedung asrama dan gedung sekolah serta melihat aktivitas santri yang tinggal di asrama.

Usai mengelilingi kampus Perguruan Thawalib, pengurus Yayasan Thawalib memberikan cenderamata berupa buku Sejarah Perguruan Thawalib Padang Panjang.

 

Editor: Edwar Yaman

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari