Senin, 19 Agustus 2024

Urgensi Kesehatan Rohani Pemimpin

PEMIMPIN yang memiliki naluri pelayanan sepenuh hati dan sepenuh jiwa dapat menciptakan iklim yang kondusif, serta  hubungan yang akrab antara yang melayani dan yang dilayani. Pemimpin seperti ini selalu memantau kepuasan dari semua pihak yang dilayaninya secara serius, baik langsung maupun tidak langsung.
Di sinilah sebenarnya arti dari perlunya setiap pemimpin organisasi untuk melakukan evaluasi diri melalui survei indek kepuasan masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan oleh organisasi tersebut. Jika tidak ada evaluasi terhadap indek kepuasan masyarakat, akan melahirkan pemimpin yang bersifat tamak, rakus dan sombong serta lupa diri bahwa kekuasaan yang melekat pada dirinya merupakan amanah yang akan dipertanggungjawabkan dunia akhirat.

Sudahkah pembaca yang budiman, yang saat ini sedang memegang tampuk kepemimpinan melakukan evaluasi diri? bahwa memimpin diri sendiri dan mengetahui keunggulan serta kelemahan dirinya sendiri merupakan modal dasar untuk bisa memimpin orang lain. Apabila tingkat emosional yang dimilikinya  tidak terkontrol dan tidak disadarinya bahwa pengendalian diri itu merupakan aspek terpenting dalam memimpin, maka ia akan  bertindak mengikuti dinamika nafsu  emosinya,  kemarahan dan emosional yang tak terkendali, yang akhirnya akan menciptakan mis komunikasi pada organisasi yang dipimpinnya. Tindakan dan keputusan yang diambil selalu menimbulkan permasalahan dan selalu mendapat perlawanan dari anggota yang dipimpinnya baik secara terang-terangan maupun secara tersembunyi.

Seorang pemimpin bukanlah raja yang meraja tetapi pelayan yang melayani. Sehingga aspek terpenting yang harus dijaga dan dikedepankan oleh pemimpin yang berhati mulia adalah  ketulusan untuk membantu kesulitan orang lain atau bawahan yang dipimpin sesuai dengan kemampuannya dan memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya.  Pemimpin yang lupa diri atau pura-pura lupa, selalu  ingin mempertahankan kekuasaan selama-lamanya dan berjuang untuk berkonspirasi dengan orang-orang yang sepaham dengannya yang bisa menciptakan kondisi kepemimpinan ABS (asal bapak senang). Pemimpin ABS akan melahirkan generasi yang tuli, bisu dan buta, yang hasilnya adalah lahirnya perilaku pemimpin yang : menyimpang, perilaku yang kontra produktif, kolutif dan propokatif.

Baca Juga:  Tren Hoaks, Ada Apa?

Perilaku menyimpang yang dilakukan oleh sebagian besar pemimpin dan karyawan baik dalam bentuk kolusi, manipulasi, dan profokasi, lebih disebabkan karena tidak seimbangnya antara kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional, ditambah lagi lemahnya kecerdasan spiritual. Pemimpin yang dapat mengelola kemampuan emosionalnya akan selalu bijaksana dalam mengambil keputusan, matang dalam menganalisis suatu masalah,  dan selalu berfikir konseptual, untuk menempatkan dirinya di depan pintu kepemimpinan yang adaptif dan responsif.  Seorang pemimpinyang hanya berbekalkan intelektualitas saja tidak akan berhasil menjadi pemimpin yang berhati suci.

Kesehatan Rohani Pemimpin
Kesehatan rohani memegang peranan penting dalam kehidup pemimpin terutama yang berkaitan  dengan  tugas dan tanggung jawabnya dalam melaksanakan kepemimpinan. Bagaimana pun, kesehatan rohani pemimpin yang terpelihara  dengan  baik akan berdampak positif terhadap kesehatan organisasi. Tanda-tanda pemimpin yang menjunjung tinggi kesehatan rohani dapat dilihat dari beberapa aspek berikut. Pertama, pemimpin selalu memegang teguh komitmen sehingga loyalitasnya tidak diragukan lagi. kesehatan rohani  yang buruk menyebabkan pemimpin mudah mengabaikan tanggung jawabnya. Pemimpin  yang sering melalaikan tugas dan tanggung jawab, pastilah pemimpin  tersebut kesehatan rohaninya tidak terpelihara  dengan  baik. hal tersebut ditandai dengan sikap dan perilaku pemimpin yang selalu membenarkan kebiasaan yang telah dijalani secara rutin padahal kebiasaan yang dimaksud salah. seharusnya seorang pemimpin yang menjunjung tinggi nilai kesehatan rohani akan selalu memegang prinsip membiasakan yang benar.

- Advertisement -

Kedua, pemipin yang tindakannya dan keputusannya sesuai dengan suara hati, dan cocok dengan martabat kehormatan manusia, menjunjung tinggi hati dan pikiran manusia, sekaligus membersihkan belenggu yang senantiasa membuat orang terkena penyakit nurani. Apabila seorang pemimpin selalu mempelajari kepribadiannya, ajaran dan nasehatnya, maka terasa semua begitu alami dan menjunjung tinggi harkat manusia. Di sinilah perlunya seorang pemimpin menciptakan internalisasi budaya kerja bagi semua anggota organisasinya.

Ketiga, pemimpin memiliki program dalam hal kesadaran sosial, dimana kesadaran sosial ini akan mengalir dari seberapa mampu seorang pemimpin mengendalikan emosinya dan mengatur dirinya sendiri. Selalu ingin mendengar pendapat dari lingkungan dan kesadaran berorganisasinya cukup tinggi akan berdampak pada meningkatnya kesehatan rohani seorang pemimpin. Pemimpin tersebut memiliki sense of humor dan senang belajar, senang menerima kritikan dan umpan balik yang konstruktif dari siapapun sehingga dapat menciptakan lahirnya pemimpin yang tahu kapan untuk meminta pertolongan dan bagiamana dia membangun kekuatan kepemimpinanya yang baru.

- Advertisement -
Baca Juga:  Jangan Lupa Bahagia

Keempat, pemimpin yang mampu mengaplikasikan fungsi perencanaan, pengorganisasian dan pengendalian secara efektif dan efisian. ia memahami peran yang harus dilakukan sebagai seorang pengendali organisasi, ia sebagai leader yang mampu memberikan teladan pada anggota yang dipimpinnya. ia sebagai pemikir atau konseptor yang  mampu menggunakan otaknya untuk dapat mengoptimalkan konsep-konsep yang sedang disusunnya, serta selalu dinamis terhadap kondisi dan situasi yang berkembang.

Kelima, pemimpin memahami betul keterbatasan dan kelemahan, keunggulan atau kekuatan dirinya. ia memiliki rasa percaya diri yang cukup mantap tetapi tetap memberikan peluang dan ruang untuk berdiskusi dan berdialog dengan bawahan dalam rangka memantapkan kepercayaan tersebut. Ia menyadari dan dapat mengendalikan emosinya dengan baik yang akan memancarkan sinyal positif dari dalam dirinya yang akan mempengaruhi penampilan sebagai seorang sosok pemimpin dan sekaligus mempengaruhi kinerja dalam kepemimpinannya.

Sebagai kesimpulan, program pendidikan idealnya tidak hanya berpusat pada kecerdasan intelektual saja, tetapi harus ditopang bagaimana mengembangkan kecerdasan hati, seperti ketangguhan, inisiatif, optimisme, kemampuan beradaptasi. semua hal tersebut kini telah menjadi dasar penilaian baru yang mampu melahirkan pemimpin yang memiliki kesehatan rohani. selamat dan sukses bagi pemimpin yang memiliki kesehatan rohani. Di dalam tubuh yang kuat terdapat jiwa yang sehat. Semoga Anda semua yang saat ini menjadi pemimpin termasuk katagori pemimpin yang memiliki kesehatan rohani yang prima.***

PEMIMPIN yang memiliki naluri pelayanan sepenuh hati dan sepenuh jiwa dapat menciptakan iklim yang kondusif, serta  hubungan yang akrab antara yang melayani dan yang dilayani. Pemimpin seperti ini selalu memantau kepuasan dari semua pihak yang dilayaninya secara serius, baik langsung maupun tidak langsung.
Di sinilah sebenarnya arti dari perlunya setiap pemimpin organisasi untuk melakukan evaluasi diri melalui survei indek kepuasan masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan oleh organisasi tersebut. Jika tidak ada evaluasi terhadap indek kepuasan masyarakat, akan melahirkan pemimpin yang bersifat tamak, rakus dan sombong serta lupa diri bahwa kekuasaan yang melekat pada dirinya merupakan amanah yang akan dipertanggungjawabkan dunia akhirat.

Sudahkah pembaca yang budiman, yang saat ini sedang memegang tampuk kepemimpinan melakukan evaluasi diri? bahwa memimpin diri sendiri dan mengetahui keunggulan serta kelemahan dirinya sendiri merupakan modal dasar untuk bisa memimpin orang lain. Apabila tingkat emosional yang dimilikinya  tidak terkontrol dan tidak disadarinya bahwa pengendalian diri itu merupakan aspek terpenting dalam memimpin, maka ia akan  bertindak mengikuti dinamika nafsu  emosinya,  kemarahan dan emosional yang tak terkendali, yang akhirnya akan menciptakan mis komunikasi pada organisasi yang dipimpinnya. Tindakan dan keputusan yang diambil selalu menimbulkan permasalahan dan selalu mendapat perlawanan dari anggota yang dipimpinnya baik secara terang-terangan maupun secara tersembunyi.

Seorang pemimpin bukanlah raja yang meraja tetapi pelayan yang melayani. Sehingga aspek terpenting yang harus dijaga dan dikedepankan oleh pemimpin yang berhati mulia adalah  ketulusan untuk membantu kesulitan orang lain atau bawahan yang dipimpin sesuai dengan kemampuannya dan memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya.  Pemimpin yang lupa diri atau pura-pura lupa, selalu  ingin mempertahankan kekuasaan selama-lamanya dan berjuang untuk berkonspirasi dengan orang-orang yang sepaham dengannya yang bisa menciptakan kondisi kepemimpinan ABS (asal bapak senang). Pemimpin ABS akan melahirkan generasi yang tuli, bisu dan buta, yang hasilnya adalah lahirnya perilaku pemimpin yang : menyimpang, perilaku yang kontra produktif, kolutif dan propokatif.

Baca Juga:  UMKM Menghadapi Resolusi Industri 4.0

Perilaku menyimpang yang dilakukan oleh sebagian besar pemimpin dan karyawan baik dalam bentuk kolusi, manipulasi, dan profokasi, lebih disebabkan karena tidak seimbangnya antara kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional, ditambah lagi lemahnya kecerdasan spiritual. Pemimpin yang dapat mengelola kemampuan emosionalnya akan selalu bijaksana dalam mengambil keputusan, matang dalam menganalisis suatu masalah,  dan selalu berfikir konseptual, untuk menempatkan dirinya di depan pintu kepemimpinan yang adaptif dan responsif.  Seorang pemimpinyang hanya berbekalkan intelektualitas saja tidak akan berhasil menjadi pemimpin yang berhati suci.

Kesehatan Rohani Pemimpin
Kesehatan rohani memegang peranan penting dalam kehidup pemimpin terutama yang berkaitan  dengan  tugas dan tanggung jawabnya dalam melaksanakan kepemimpinan. Bagaimana pun, kesehatan rohani pemimpin yang terpelihara  dengan  baik akan berdampak positif terhadap kesehatan organisasi. Tanda-tanda pemimpin yang menjunjung tinggi kesehatan rohani dapat dilihat dari beberapa aspek berikut. Pertama, pemimpin selalu memegang teguh komitmen sehingga loyalitasnya tidak diragukan lagi. kesehatan rohani  yang buruk menyebabkan pemimpin mudah mengabaikan tanggung jawabnya. Pemimpin  yang sering melalaikan tugas dan tanggung jawab, pastilah pemimpin  tersebut kesehatan rohaninya tidak terpelihara  dengan  baik. hal tersebut ditandai dengan sikap dan perilaku pemimpin yang selalu membenarkan kebiasaan yang telah dijalani secara rutin padahal kebiasaan yang dimaksud salah. seharusnya seorang pemimpin yang menjunjung tinggi nilai kesehatan rohani akan selalu memegang prinsip membiasakan yang benar.

Kedua, pemipin yang tindakannya dan keputusannya sesuai dengan suara hati, dan cocok dengan martabat kehormatan manusia, menjunjung tinggi hati dan pikiran manusia, sekaligus membersihkan belenggu yang senantiasa membuat orang terkena penyakit nurani. Apabila seorang pemimpin selalu mempelajari kepribadiannya, ajaran dan nasehatnya, maka terasa semua begitu alami dan menjunjung tinggi harkat manusia. Di sinilah perlunya seorang pemimpin menciptakan internalisasi budaya kerja bagi semua anggota organisasinya.

Ketiga, pemimpin memiliki program dalam hal kesadaran sosial, dimana kesadaran sosial ini akan mengalir dari seberapa mampu seorang pemimpin mengendalikan emosinya dan mengatur dirinya sendiri. Selalu ingin mendengar pendapat dari lingkungan dan kesadaran berorganisasinya cukup tinggi akan berdampak pada meningkatnya kesehatan rohani seorang pemimpin. Pemimpin tersebut memiliki sense of humor dan senang belajar, senang menerima kritikan dan umpan balik yang konstruktif dari siapapun sehingga dapat menciptakan lahirnya pemimpin yang tahu kapan untuk meminta pertolongan dan bagiamana dia membangun kekuatan kepemimpinanya yang baru.

Baca Juga:  Fenomena Pejabat Transaksional

Keempat, pemimpin yang mampu mengaplikasikan fungsi perencanaan, pengorganisasian dan pengendalian secara efektif dan efisian. ia memahami peran yang harus dilakukan sebagai seorang pengendali organisasi, ia sebagai leader yang mampu memberikan teladan pada anggota yang dipimpinnya. ia sebagai pemikir atau konseptor yang  mampu menggunakan otaknya untuk dapat mengoptimalkan konsep-konsep yang sedang disusunnya, serta selalu dinamis terhadap kondisi dan situasi yang berkembang.

Kelima, pemimpin memahami betul keterbatasan dan kelemahan, keunggulan atau kekuatan dirinya. ia memiliki rasa percaya diri yang cukup mantap tetapi tetap memberikan peluang dan ruang untuk berdiskusi dan berdialog dengan bawahan dalam rangka memantapkan kepercayaan tersebut. Ia menyadari dan dapat mengendalikan emosinya dengan baik yang akan memancarkan sinyal positif dari dalam dirinya yang akan mempengaruhi penampilan sebagai seorang sosok pemimpin dan sekaligus mempengaruhi kinerja dalam kepemimpinannya.

Sebagai kesimpulan, program pendidikan idealnya tidak hanya berpusat pada kecerdasan intelektual saja, tetapi harus ditopang bagaimana mengembangkan kecerdasan hati, seperti ketangguhan, inisiatif, optimisme, kemampuan beradaptasi. semua hal tersebut kini telah menjadi dasar penilaian baru yang mampu melahirkan pemimpin yang memiliki kesehatan rohani. selamat dan sukses bagi pemimpin yang memiliki kesehatan rohani. Di dalam tubuh yang kuat terdapat jiwa yang sehat. Semoga Anda semua yang saat ini menjadi pemimpin termasuk katagori pemimpin yang memiliki kesehatan rohani yang prima.***

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari