Presiden Prabowo Subianto kembali membuat terobosan baru. Masih menyangkut perekonomian negara. Senin kemarin, Presiden meluncurkan suatu badan yang akan mengelola dana superjumbo. Tujuan mulianya untuk meningkatkan perekonomian Indonesia. Semoga saja tujuan itu tidak dibelokkan ke arah yang lain.
Namanya Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara). Peresmiannya dilakukan di kompleks Istana Kepresidenan Jakarta. Peraturan yang memayungi badan baru ini juga sudah dikeluarkan Presiden.
Payung besarnya masih Undang-Undang (UU) Nomor 1 Tahun 2025 tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Kemudian didukung dengan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2025 tentang Organisasi dan Tata Kelola Badan Pengelola Investasi Danantara, serta Keputusan Presiden Nomor 30 Tahun 2025 tentang Pengangkatan Dewan Pengawas dan Badan Pelaksana Badan Pengelola Investasi Danantara.
Menteri Investasi Rosan Roeslani mendapat kepercayaan sebagai Kepala Danantara. Menteri BUMN Erick Thohir sebagai ketua dewan pengawas. Ada juga nama Ketua Umum Asosiasi Ekosistem Mobil Listrik (AEML) Pandu Sjahrir sebagai Chief Investment Officer (CIO) dan Doni Oskaria sebagai Chief Operating Officer (COO). Nama-nama tersebut tentu diharapkan bisa memaksimalkan pengelolaan dana yang dimiliki Danantara.
Tahun ini usia Indonesia memasuki 80 tahun. Namun Prabowo menilai setelah 80 tahun merdeka, masih banyak rakyat yang belum hidup layak. Ini sangat miris. Sebab Indonesia tidak kekurangan sumber daya alam. Prabowo menduga ada yang tidak tepat pada cara Indonesia mengelola dan memanfaatkan semua kekayaan itu. Itulah salah satu dasar yang menjadi motivasi lahirnya Danantara. Pengelolaan sumber daya dan aset-aset nasional secara maksimal akan memberikan kehidupan ekonomi yang lebih baik bagi seluruh rakyat Indonesia.
Danantara Indonesia bukan sekadar badan pengelola investasi. Ia harus menjadi instrumen pembangunan nasional yang akan mengoptimalkan cara mengelola kekayaan Indonesia. Total aset yang akan dikelola Danantara mencapai 900 miliar dolar AS. Jumlah itu setera dengan Rp14,5 ribu triliun. Angka yang tidak sedikit. Bahkan menjadikan Danantara sebagai salah satu sovereign wealth funds terbesar di dunia.
Karena baru, tentu banyak yang pesimis dengan langkah Presiden ini. Bukan hanya dari luar negeri, tapi dari dalam negeri juga muncul kritikan-kritikan yang bernada pesimis. Hal yang wajar. Tidak perlu ragu apalagi mundur. Sekali layar terkembang berpantang surut ke belakang. Karena sudah diluncurkan Danantara harus berlanjut. Berlari kencang. Mewujudkan tujuan utamanya, menyejahterakan rakyat Indonesia. Semoga bisa.
Kita rakyat Indonesia harus sama-sama mendukung program ini. Sama-sama mengawasi. Jangan sampai dana sebesar itu salah kelola. Kita semua berhak bersuara. Jangan sampai ada korupsi di dalamnya. Dana harus dikelola secara transparan. Syaratnya menempatkan orang-orang terbaik. Bukan hanya dari segi kemampuan mengelola badan ini, tapi moralnya juga harus baik. Tidak cukup hanya prestasi kerja, tapi harus dibarengi dengan akhlak yang baik.***