Minggu, 8 September 2024

Keniscayaan Regenerasi Petani

Pandemi virus covid-19 bukan hanya membawa dampak pada kesehatan manusia, namun juga membawa dampak pada roda perekonomian. Adanya pembatasan kegiatan masyarakat membuat beberapa kegiatan ekonomi tidak bisa berjalan secara optimal. Hal ini tercermin dari pertumbuhan ekonomi selama pandemi, Indonesia selama tahun 2020 mengalami kontraksi sebesar -2,07 persen, dan pada triwulan 1 tahun 2021 perekonomian tumbuh negatif sebesar -0,74 persen.

Yang menarik adalah bahwa selama kurun waktu pandemi sektor pertanian masih perkasa dengan tumbuh positif. Sebuah prestasi yang menggembirakan. Selama tahun 2020 sektor pertanian tumbuh 1,75 persen. Angka ini mempunyai makna bahwa selama tahun 2020, sektor pertanian mampu menghasilkan barang/komoditas yang lebih banyak dibandingkan pada tahun 2019. Selain tumbuh positif, kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian juga cukup besar yaitu 13,70 persen.

Dalam perhitungan pertumbuhan ekonomi, yang termasuk dalam sektor pertanian meliputi tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan. Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) Agustus 2020, sektor pertanian paling banyak menyerap tenaga kerja. Tercatat sekitar 29,76 persen penduduk bekerja dengan lapangan usaha utama di sektor pertanian.

Berdasarkan hasil Survei Pertanian Antar Sensus (SUTAS) 2018, jumlah petani Indonesia sekitar 33,49 juta orang. Dari jumlah tersebut mayoritas adalah laki-laki yaitu sekitar 76 persen. Apabila dilihat berdasarkan usia, mayoritas petani berusia 45-54 tahun yaitu 27,43 persen, usia 35-44 tahun 24,39 persen, dan petani usia 55-64 tahun sekitar 20,76 persen. Sedangkan usia kurang dari 25 tahun hanya 2,64 persen, jauh lebih kecil dari jumlah petani yang berusia di atas 65 tahun (12,51%). Dalam bahasa lain dapat dikatakan bahwa lebih dari 60 persen petani Indonesia berusia 45 tahun ke atas.

- Advertisement -
Baca Juga:  Otonomi Daerah, Wujud Desentralisasi Bagi Kewenangan Pusat dan Daerah

Dari beberapa kondisi tersebut, masih menarikkah usaha di sektor pertanian bagi kaum milenial? Berlumpur-lumpur di sawah yang kurang dari setengah hektar, dengan hasil yang ternyata belum dapat mencukupi kebutuhan hidup? Namun bila kaum muda tidak ada yang bersedia terjun ke dunia pertanian, lalu siapa yang akan melanjutkan estafet pembangunan pertanian di masa datang? Mungkin ini adalah salah satu tugas pemerintah selain meningkatkan produksi pertanian, bahwa keberlangsungan sektor pertanian terutama petani tetap terjaga.

Regenerasi petani sudah saatnya dilakukan. Berbagai strategi dan kebijakan perlu dilakukan untuk menarik minat generasi muda. Bagaimana membuat sektor pertanian tampak cantik di mata kaum milenial. Tentu harus ada daya tariknya, salah satunya adalah harga produksi pertanian. Jaminan kepastian harga produksi pertanian sangat diperlukan. Sering kita dengar berita tentang petani cabe atau bawang yang merugi besar karena harga jatuh. Kondisi-kondisi seperti ini tentu sedikit banyak berpengaruh pada lunturnya semangat bertani. Kata kuncinya adalah jaminan harga dari pemerintah. Ketika panen raya pemerintah harus siap untuk menyerap hasil panen agar harga tetap stabil.

- Advertisement -
Baca Juga:  Ekspansi Kredit di Riau

Penggunaan modernisasi pertanian yang berbasis teknologi dan informasi mungkin bisa menjadi salah satu sarana untuk menarik minat kaum muda. Apabila tersedia sarana yang membuat proses pertanian lebih efektif dan efisien melalui teknologi mungkin sedikit banyak mengubah image kaum muda tentang bertani.  

Pendidikan tentang pertanian perlu dikenalkan pada anak sekolah sejak dini. Walaupun tidak spesifik ke mata pelajaran pertanian namun kegiatan prakarya atau keterampilan porsinya perlu ditambah sebagai sarana untuk mengenalkan dunia pertanian, misal melalui tugas seperti menanam benih, mencangkok dan lain-lain.

Tangggal 21 Juni biasa diperingati sebagai Hari Krida Pertanian. Pada masa Orde Baru, banyak kegiatan digelar dalam rangka Hari Krida Tani seperti pentas seni rakyat, festifal dan lain-lain.

Saat ini ketika pandemi menyerang dunia, Bangsa Indonesia juga harus bersyukur karena sepak terjang sektor pertanian masih tumbuh positif. Semoga ini menjadi momentum bagi generasi muda untuk siap menjadi pelaku keberlanjutan pembangunan di sektor pertanian.***

 

 

Pandemi virus covid-19 bukan hanya membawa dampak pada kesehatan manusia, namun juga membawa dampak pada roda perekonomian. Adanya pembatasan kegiatan masyarakat membuat beberapa kegiatan ekonomi tidak bisa berjalan secara optimal. Hal ini tercermin dari pertumbuhan ekonomi selama pandemi, Indonesia selama tahun 2020 mengalami kontraksi sebesar -2,07 persen, dan pada triwulan 1 tahun 2021 perekonomian tumbuh negatif sebesar -0,74 persen.

Yang menarik adalah bahwa selama kurun waktu pandemi sektor pertanian masih perkasa dengan tumbuh positif. Sebuah prestasi yang menggembirakan. Selama tahun 2020 sektor pertanian tumbuh 1,75 persen. Angka ini mempunyai makna bahwa selama tahun 2020, sektor pertanian mampu menghasilkan barang/komoditas yang lebih banyak dibandingkan pada tahun 2019. Selain tumbuh positif, kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian juga cukup besar yaitu 13,70 persen.

Dalam perhitungan pertumbuhan ekonomi, yang termasuk dalam sektor pertanian meliputi tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan. Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) Agustus 2020, sektor pertanian paling banyak menyerap tenaga kerja. Tercatat sekitar 29,76 persen penduduk bekerja dengan lapangan usaha utama di sektor pertanian.

Berdasarkan hasil Survei Pertanian Antar Sensus (SUTAS) 2018, jumlah petani Indonesia sekitar 33,49 juta orang. Dari jumlah tersebut mayoritas adalah laki-laki yaitu sekitar 76 persen. Apabila dilihat berdasarkan usia, mayoritas petani berusia 45-54 tahun yaitu 27,43 persen, usia 35-44 tahun 24,39 persen, dan petani usia 55-64 tahun sekitar 20,76 persen. Sedangkan usia kurang dari 25 tahun hanya 2,64 persen, jauh lebih kecil dari jumlah petani yang berusia di atas 65 tahun (12,51%). Dalam bahasa lain dapat dikatakan bahwa lebih dari 60 persen petani Indonesia berusia 45 tahun ke atas.

Baca Juga:  Mungkinkah Just in Time Diterapkan di UMKM?

Dari beberapa kondisi tersebut, masih menarikkah usaha di sektor pertanian bagi kaum milenial? Berlumpur-lumpur di sawah yang kurang dari setengah hektar, dengan hasil yang ternyata belum dapat mencukupi kebutuhan hidup? Namun bila kaum muda tidak ada yang bersedia terjun ke dunia pertanian, lalu siapa yang akan melanjutkan estafet pembangunan pertanian di masa datang? Mungkin ini adalah salah satu tugas pemerintah selain meningkatkan produksi pertanian, bahwa keberlangsungan sektor pertanian terutama petani tetap terjaga.

Regenerasi petani sudah saatnya dilakukan. Berbagai strategi dan kebijakan perlu dilakukan untuk menarik minat generasi muda. Bagaimana membuat sektor pertanian tampak cantik di mata kaum milenial. Tentu harus ada daya tariknya, salah satunya adalah harga produksi pertanian. Jaminan kepastian harga produksi pertanian sangat diperlukan. Sering kita dengar berita tentang petani cabe atau bawang yang merugi besar karena harga jatuh. Kondisi-kondisi seperti ini tentu sedikit banyak berpengaruh pada lunturnya semangat bertani. Kata kuncinya adalah jaminan harga dari pemerintah. Ketika panen raya pemerintah harus siap untuk menyerap hasil panen agar harga tetap stabil.

Baca Juga:  Peran Guru Bimbingan Konseling Dalam Kurikulum Merdeka Belajar

Penggunaan modernisasi pertanian yang berbasis teknologi dan informasi mungkin bisa menjadi salah satu sarana untuk menarik minat kaum muda. Apabila tersedia sarana yang membuat proses pertanian lebih efektif dan efisien melalui teknologi mungkin sedikit banyak mengubah image kaum muda tentang bertani.  

Pendidikan tentang pertanian perlu dikenalkan pada anak sekolah sejak dini. Walaupun tidak spesifik ke mata pelajaran pertanian namun kegiatan prakarya atau keterampilan porsinya perlu ditambah sebagai sarana untuk mengenalkan dunia pertanian, misal melalui tugas seperti menanam benih, mencangkok dan lain-lain.

Tangggal 21 Juni biasa diperingati sebagai Hari Krida Pertanian. Pada masa Orde Baru, banyak kegiatan digelar dalam rangka Hari Krida Tani seperti pentas seni rakyat, festifal dan lain-lain.

Saat ini ketika pandemi menyerang dunia, Bangsa Indonesia juga harus bersyukur karena sepak terjang sektor pertanian masih tumbuh positif. Semoga ini menjadi momentum bagi generasi muda untuk siap menjadi pelaku keberlanjutan pembangunan di sektor pertanian.***

 

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari