Kamis, 12 September 2024

Jangan Lupa Bahagia

MESKI menghadapi kr isis pandemi Covid-19 ternyata indeks kebahagiaan Indonesia justru mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2017. Mengapa perlu mengukur tingkat kebahagiaan? Secara umum, kita menggunakan indikator makro ekonomi untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat seperti produk domestik bruto, pertumbuhan ekonomi, indeks pembangunan manusia, pengangguran dan tingkat kemiskinan.

Namun indikator ini memiliki kelemahan antara lain tidak mampu menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat secara nyata dan tidak mampu menggambarkan pemerataan pendapatan penduduk sebuah negara. Tingkat kesejahteraan seharusnya tidak hanya mengukur kesejahteraan secara materi namun lebih kepada kesejahteraan personal atau kebahagiaan (OECD). Pada negara maju, pengukuran tingkat kebahagiaan dianggap penting untuk perumusan kebijakan pembangunan mereka.

Indeks kebahagiaan Indonesia 2021 sebesar 71,49 atau mengalami peningkatan 0,80 poin dibandingkan indeks kebahagiaan pada tahun 2017. Dari ketiga dimensi penyusun indeks kebahagiaan, hanya indeks dimensi perasaan yang mengalami penurunan.

Perasaan cemas dan khawatir menjadi indikator mempengaruhi dimensi perasaan. Indikator ini menggambarkan perasaan seseorang secara umum meliputi pekerjaan, ekonomi, sosial, kesejahteraan maupun terkait dampak Covid-19 di masa pandemi. Covid-19 tidak hanya berdampak pada kesehatan secara fisik, namun di tengah ketidakpastian selama pandemi, tidak jarang perasaan cemas dan khawatir ini mengganggu kesehatan mental seseorang. Menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes), tingkat prevalensi masalah kesehatan mental di Indonesia cukup tinggi dan meningkat akibat pandemi atau sekitar 20 persen populasi berpotensi mengalami masalah gangguan kesehatan mental.

- Advertisement -
Baca Juga:  Korupsi sebagai Kejahatan Terorganisir

DKI Jakarta sebagai ibu-kota negara mengalami penurunan indeks kebahagiaan selama pandemi Covid-19, kondisi ini lebih disebabkan karena di-mensi perasaan meskipun dimensi lainnya mengalami peningkatan. Perasaan khawatir/cemas ini terkait kondisi pandemi yang melanda ibukota sebagai epicentrum pandemi Covid-19 di Indonesia dengan adanya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Banten yang bertetangga dengan DKI Jakarta merupakan provinsi paling tidak bahagia di Indonesia dengan kondisi didominasi oleh dimensi perasaan khawatir/cemas.

Provinsi Maluku Utara menjadi provinsi dengan indeks tertinggi di Indonesia atau provinsi paling bahagia, sedangkan Provinsi Jambi merupakan provinsi paling bahagia yang mewakili Sumatera.

- Advertisement -

Bagaimana kondisi penduduk Riau?

Baca Juga:  Akhir Hayat Visi Riau 2020

Riau termasuk provinsi yang mengalami penurunan Indeks Kebahagiaan jika dibandingkan dengan kondisi pada tahun 2017 meskipun tidak terlalu signifikan (71,89 pada tahun 2017 menjadi 71,80 pada tahun 2021). Namun indeks kebahagiaan Provinsi Riau masih lebih tinggi dari angka nasional.

Berkaca dari Provinsi Jambi yang bertetangga dengan Riau, indeks perasaan mengalami peningkatan di saat provinsi lainnya mengalami penurunan dibandingkan tahun 2017. Menurut Gubernur Jambi Dr H Al Haris MH masyarakat di Jambi merasa bahagia karena merasa aman dan nyaman tinggal di Jambi selain faktor lainnya seperti infrastruktur dan ekonomi yang turut memberikan kebahagiaan. Disinyalir fasilitas Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan penataan kota cukup berdampak meningkat-kan perasaan masyarakat sehingga menambah kebahagiaan masyarakat. Jangan lupa bahagia. Sederhana kali-matnya namun penuh makna.***

 

YUHESTIA ROSALIN (Statistisi di BPS Provinsi Riau)

MESKI menghadapi kr isis pandemi Covid-19 ternyata indeks kebahagiaan Indonesia justru mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2017. Mengapa perlu mengukur tingkat kebahagiaan? Secara umum, kita menggunakan indikator makro ekonomi untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat seperti produk domestik bruto, pertumbuhan ekonomi, indeks pembangunan manusia, pengangguran dan tingkat kemiskinan.

Namun indikator ini memiliki kelemahan antara lain tidak mampu menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat secara nyata dan tidak mampu menggambarkan pemerataan pendapatan penduduk sebuah negara. Tingkat kesejahteraan seharusnya tidak hanya mengukur kesejahteraan secara materi namun lebih kepada kesejahteraan personal atau kebahagiaan (OECD). Pada negara maju, pengukuran tingkat kebahagiaan dianggap penting untuk perumusan kebijakan pembangunan mereka.

Indeks kebahagiaan Indonesia 2021 sebesar 71,49 atau mengalami peningkatan 0,80 poin dibandingkan indeks kebahagiaan pada tahun 2017. Dari ketiga dimensi penyusun indeks kebahagiaan, hanya indeks dimensi perasaan yang mengalami penurunan.

Perasaan cemas dan khawatir menjadi indikator mempengaruhi dimensi perasaan. Indikator ini menggambarkan perasaan seseorang secara umum meliputi pekerjaan, ekonomi, sosial, kesejahteraan maupun terkait dampak Covid-19 di masa pandemi. Covid-19 tidak hanya berdampak pada kesehatan secara fisik, namun di tengah ketidakpastian selama pandemi, tidak jarang perasaan cemas dan khawatir ini mengganggu kesehatan mental seseorang. Menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes), tingkat prevalensi masalah kesehatan mental di Indonesia cukup tinggi dan meningkat akibat pandemi atau sekitar 20 persen populasi berpotensi mengalami masalah gangguan kesehatan mental.

Baca Juga:  Haji di Masa Covid-19

DKI Jakarta sebagai ibu-kota negara mengalami penurunan indeks kebahagiaan selama pandemi Covid-19, kondisi ini lebih disebabkan karena di-mensi perasaan meskipun dimensi lainnya mengalami peningkatan. Perasaan khawatir/cemas ini terkait kondisi pandemi yang melanda ibukota sebagai epicentrum pandemi Covid-19 di Indonesia dengan adanya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Banten yang bertetangga dengan DKI Jakarta merupakan provinsi paling tidak bahagia di Indonesia dengan kondisi didominasi oleh dimensi perasaan khawatir/cemas.

Provinsi Maluku Utara menjadi provinsi dengan indeks tertinggi di Indonesia atau provinsi paling bahagia, sedangkan Provinsi Jambi merupakan provinsi paling bahagia yang mewakili Sumatera.

Bagaimana kondisi penduduk Riau?

Baca Juga:  Anggaran Sehat, Pembangunan Akurat

Riau termasuk provinsi yang mengalami penurunan Indeks Kebahagiaan jika dibandingkan dengan kondisi pada tahun 2017 meskipun tidak terlalu signifikan (71,89 pada tahun 2017 menjadi 71,80 pada tahun 2021). Namun indeks kebahagiaan Provinsi Riau masih lebih tinggi dari angka nasional.

Berkaca dari Provinsi Jambi yang bertetangga dengan Riau, indeks perasaan mengalami peningkatan di saat provinsi lainnya mengalami penurunan dibandingkan tahun 2017. Menurut Gubernur Jambi Dr H Al Haris MH masyarakat di Jambi merasa bahagia karena merasa aman dan nyaman tinggal di Jambi selain faktor lainnya seperti infrastruktur dan ekonomi yang turut memberikan kebahagiaan. Disinyalir fasilitas Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan penataan kota cukup berdampak meningkat-kan perasaan masyarakat sehingga menambah kebahagiaan masyarakat. Jangan lupa bahagia. Sederhana kali-matnya namun penuh makna.***

 

YUHESTIA ROSALIN (Statistisi di BPS Provinsi Riau)

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari