Jumat, 5 Juli 2024

Solusi Islam Terhadap Masalah Ekonomi

Masalah ekonomi, merupakan masalah yang terjadi karena keinginan dan kebutuhan meningkat sedangkan sumber daya terbatas. Para ahli ekonomi menyebut hal ini sebagai masalah kelangkaan. Masalah ini terjadi karena ketidak seimbangan keinginan dengan kebutuhan terhadap faktor-faktor yang tersedia.

Tak terelakan, masalah-masalah ekonomi akan selalu terjadi pada setiap individu, masyarakat, negara, bahkan dunia. Mulai dari urgensi kenaikan mutu pertumbuhan ekonomi yang tidak stabil, daya beli stagnan pada situasi inflasi, kekalahan daya saing, impor menghambat pertumbuhan ekonomi, tingkat kemiskinan cukup tinggi, terjadi inflasi berkepanjangan, dan masalah-masalah ekonomi lainnya.

- Advertisement -

Dilansir media nasional indikator yang menjadi cerminan kondisi ekonomi makro Indonesia saat ini mengalami krisis. Mulai pertumbuhan ekonomi, inflasi, konsumsi rumah tangga, pengangguran, kemiskinan, sampai pada Purchasing Managers Index (PMI) industri yang sedang mengalami penurunan. Hal ini, membuat seolah-olah ekonomi Indonesia ditampar habis-habisan.

Penyebab masalah ekonomi ini tak lain karena sumber daya manusia terbatas, pengelolaan sumber daya alam yang kurang maksimal, modal kerja kurang, proses distribusi lambat, dan tingkat konsumsi tinggi. Selain itu, masyarakat kita masih dihadapkan dengan tuntutan dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka dengan baik. Entah itu dari segi pangan, sandang, hingga tempat tinggal.

Apalagi saat ini tengah menghadapi pandemi corona yang masih menjajah Indonesia. Sudah 20 bulan lamanya, Indonesia menghadapi pandemi yang sampai detik ini juga belum usai. Lantas, setelah melihat kondisi perekonomian Indonesia tersebut, bagaimana Islam memberikan solusi?

- Advertisement -

Solusi

Ekonomi Islam, merupakan sistem yang menerapkan prinsip ekonomi sesuai dengan ajaran Islam. Prinsip ekonomi ini berlaku bagi setiap kegiatan ekonomi yang memiliki tujuan untuk menciptakan barang maupun jasa guna memenuhi kebutuhan manusia.

Terdiri dari lima nilai dasar, yaitu Tauhid, Adl, Nubuwwah, Khilafah, dan Ma’ad. Kelima nilai dasar ini dijadikan sebagai acuan dalam membentuk proposisi dan teori ekonomi Islam.

Baca Juga:  Please, Jangan Ngeyel Menantang Corona!

Pertama, Tauhid (Keesaan Allah). Semua aktivitas yang berkaitan dengan sumber daya maupun manusia memiliki hubungan yang erat dengan Allah. Dengan begitu, terbentuklah tanggung jawab atas semua perbuatan kita, termasuk aktivitas ekonomi maupun bisnis. Kedua, Adl (Keadilan). Masing-masing pelaku dari kegiatan ekonomi, tak diperbolehkan mengejar untung secara pribadi. Apalagi, jika hal tersebut bisa membuat kerugian untuk orang lain, bahkan merusak ekosistem serta kondisi lingkungan. Dengan prinsip keadilan inilah akan menghentikan kezaliman sesama manusia.

Ketiga, Nubuwwah (Kenabian). Segala kegiatan ekonomi maupun bisnis harus mengacu pada prinsip-prinsip yang Nabi dan Rasul ajarkan. Dimana Nabi dan Rasul memiliki sifat yang harus diteladani, seperti benar, jujur, bertanggung jawab, cerdas, bijaksana, komunikatif, terbuka, dan ahli marketing.

Keempat, Khilafah (Pemerintahan). Dalam Islam, pemerintah memiliki peran yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi. Peran utamanya adalah menjamin kegiatan ekonomi berjalan sesuai dengan Syariah. Sehingga, pelanggaran hak-hak manusia dipastikan tidak akan terjadi.

Kelima, Ma’ad (Hasil). Islam mengatur secara detail tentang apa itu keuntungan. Perbuatan baik akan mendapatkan kebaikan berlipat, dan perbuatan jahat akan mendapatkan hukuman setimpal. Keuntungan tidak hanya di dunia tetapi juga di akhirat.***

 Selain itu, Islam sendiri telah merumuskan tujuan ekonomi antara lain untuk kesejahteraan ekonomi yang tercapai dari kerangka norma moral Islam dan tercapainya distribusi pendapatan dan kekayaan secara adil dan merata.

Ada tiga solusi yang dapat diberikan untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi.

Pertama,  Pro-Poor Growth. Islam, memberikan dorongan bagi pertumbuhan ekonomi yang memberikan manfaat luas bagi seluruh masyarakat. Untuk dapat mencapai tujuan ini terdapat dua upaya yang bisa dilakukan. Dua hal tersebut adalah mendukung aktivitas dalam sektor riil serta pelanggaran riba. Pelarangan riba, dapat mengendalikan inflasi secara efektif.

Baca Juga:  Ihwal Laporan Balik Dekan Fisip Unri

Dengan begitu, daya beli masyarakat dapat terjaga dan terciptanya stabilitas perekonomian.

Didukung pula dengan penggunaan modal kegiatan ekonomi yang produktif dengan kerjasama ekonomi maupun bisnis. Misalnya seperti muzara’ah, mudharabah, dan musaqah. Sehingga, terciptalah keselarasan antara sektor riil dan moneter. Pertumbuhan ekonomi pun berlangsung secara berkesinambungan.

Kedua, Pro-Poor Budgeting. Islam mendorong perencanaan anggaran negara yang memihak pada kepentingan semua kalangan masyarakat.  Selain itu, di dalam Islam, anggaran negara merupakan harta publik. Sehingga, anggaran menjadi sangat responsif bagi kepentingan orang miskin.

Ketiga, Pro-Poor Public Services. Islam mendorong penyediaan pelayanan publik yang berpihak terhadap kepentingan masyarakat luas. Terdapat tiga layanan publik yang harus mendapatkan perhatian secara seriu yakni birokrasi, pendidikan, dan kesehatan. Birokrasi merupakan sebuah amanah untuk memberikan pelayanan kepada publik. Birokrasi tidak dibentuk untuk kepentingan diri sendiri ataupun golongan. Misalnya saja yang pernah dilakukan oleh Khalifah Usman dan Ali.

Khalifah Usman tidak mengambil gaji dari kantornya, sedangkan Khalifah Ali membersihkan birokrasi dengan cara memberhentikan pejabat-pejabat publik yang terbukti korupsi. Tak hanya itu, Islam juga mendorong kemajuan pendidikan maupun kesehatan sebagai sumber produktivitas. Mengingat, pandemi corona tidak hanya berdampak pada kesehatan melainkan juga pendidikan dan ekonomi, ada baiknya jika pro-poor public services ini mendapatkan perhatian besar.

Tak terlepas dari ketiga solusi tersebut, Islam juga mendorong kebijakan pemerataan maupun distribusi pendapatan yang berpihak pada rakyat miskin. Soal distribusi pendapatan ini, terdapat tiga instrumen utama yang Islam ajarkan, yakni kepemilikan tanah, penerapan zakat, menganjurkan qardhul hasan, infak, serta wakaf.

Ekonomi Islam lebih berfokus pada sebuah konsep serta usaha untuk bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan begitu dapat kita simpulkan ekonomi Islam merupakan jawaban dari tantangan peradaban dunia.

Wiwik Ismayati, Mahasiswa STIE Syariah Bengkalis

Masalah ekonomi, merupakan masalah yang terjadi karena keinginan dan kebutuhan meningkat sedangkan sumber daya terbatas. Para ahli ekonomi menyebut hal ini sebagai masalah kelangkaan. Masalah ini terjadi karena ketidak seimbangan keinginan dengan kebutuhan terhadap faktor-faktor yang tersedia.

Tak terelakan, masalah-masalah ekonomi akan selalu terjadi pada setiap individu, masyarakat, negara, bahkan dunia. Mulai dari urgensi kenaikan mutu pertumbuhan ekonomi yang tidak stabil, daya beli stagnan pada situasi inflasi, kekalahan daya saing, impor menghambat pertumbuhan ekonomi, tingkat kemiskinan cukup tinggi, terjadi inflasi berkepanjangan, dan masalah-masalah ekonomi lainnya.

Dilansir media nasional indikator yang menjadi cerminan kondisi ekonomi makro Indonesia saat ini mengalami krisis. Mulai pertumbuhan ekonomi, inflasi, konsumsi rumah tangga, pengangguran, kemiskinan, sampai pada Purchasing Managers Index (PMI) industri yang sedang mengalami penurunan. Hal ini, membuat seolah-olah ekonomi Indonesia ditampar habis-habisan.

Penyebab masalah ekonomi ini tak lain karena sumber daya manusia terbatas, pengelolaan sumber daya alam yang kurang maksimal, modal kerja kurang, proses distribusi lambat, dan tingkat konsumsi tinggi. Selain itu, masyarakat kita masih dihadapkan dengan tuntutan dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka dengan baik. Entah itu dari segi pangan, sandang, hingga tempat tinggal.

Apalagi saat ini tengah menghadapi pandemi corona yang masih menjajah Indonesia. Sudah 20 bulan lamanya, Indonesia menghadapi pandemi yang sampai detik ini juga belum usai. Lantas, setelah melihat kondisi perekonomian Indonesia tersebut, bagaimana Islam memberikan solusi?

Solusi

Ekonomi Islam, merupakan sistem yang menerapkan prinsip ekonomi sesuai dengan ajaran Islam. Prinsip ekonomi ini berlaku bagi setiap kegiatan ekonomi yang memiliki tujuan untuk menciptakan barang maupun jasa guna memenuhi kebutuhan manusia.

Terdiri dari lima nilai dasar, yaitu Tauhid, Adl, Nubuwwah, Khilafah, dan Ma’ad. Kelima nilai dasar ini dijadikan sebagai acuan dalam membentuk proposisi dan teori ekonomi Islam.

Baca Juga:  Please, Jangan Ngeyel Menantang Corona!

Pertama, Tauhid (Keesaan Allah). Semua aktivitas yang berkaitan dengan sumber daya maupun manusia memiliki hubungan yang erat dengan Allah. Dengan begitu, terbentuklah tanggung jawab atas semua perbuatan kita, termasuk aktivitas ekonomi maupun bisnis. Kedua, Adl (Keadilan). Masing-masing pelaku dari kegiatan ekonomi, tak diperbolehkan mengejar untung secara pribadi. Apalagi, jika hal tersebut bisa membuat kerugian untuk orang lain, bahkan merusak ekosistem serta kondisi lingkungan. Dengan prinsip keadilan inilah akan menghentikan kezaliman sesama manusia.

Ketiga, Nubuwwah (Kenabian). Segala kegiatan ekonomi maupun bisnis harus mengacu pada prinsip-prinsip yang Nabi dan Rasul ajarkan. Dimana Nabi dan Rasul memiliki sifat yang harus diteladani, seperti benar, jujur, bertanggung jawab, cerdas, bijaksana, komunikatif, terbuka, dan ahli marketing.

Keempat, Khilafah (Pemerintahan). Dalam Islam, pemerintah memiliki peran yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi. Peran utamanya adalah menjamin kegiatan ekonomi berjalan sesuai dengan Syariah. Sehingga, pelanggaran hak-hak manusia dipastikan tidak akan terjadi.

Kelima, Ma’ad (Hasil). Islam mengatur secara detail tentang apa itu keuntungan. Perbuatan baik akan mendapatkan kebaikan berlipat, dan perbuatan jahat akan mendapatkan hukuman setimpal. Keuntungan tidak hanya di dunia tetapi juga di akhirat.***

 Selain itu, Islam sendiri telah merumuskan tujuan ekonomi antara lain untuk kesejahteraan ekonomi yang tercapai dari kerangka norma moral Islam dan tercapainya distribusi pendapatan dan kekayaan secara adil dan merata.

Ada tiga solusi yang dapat diberikan untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi.

Pertama,  Pro-Poor Growth. Islam, memberikan dorongan bagi pertumbuhan ekonomi yang memberikan manfaat luas bagi seluruh masyarakat. Untuk dapat mencapai tujuan ini terdapat dua upaya yang bisa dilakukan. Dua hal tersebut adalah mendukung aktivitas dalam sektor riil serta pelanggaran riba. Pelarangan riba, dapat mengendalikan inflasi secara efektif.

Baca Juga:  Ramadan Berlalu, Syawal Tiba

Dengan begitu, daya beli masyarakat dapat terjaga dan terciptanya stabilitas perekonomian.

Didukung pula dengan penggunaan modal kegiatan ekonomi yang produktif dengan kerjasama ekonomi maupun bisnis. Misalnya seperti muzara’ah, mudharabah, dan musaqah. Sehingga, terciptalah keselarasan antara sektor riil dan moneter. Pertumbuhan ekonomi pun berlangsung secara berkesinambungan.

Kedua, Pro-Poor Budgeting. Islam mendorong perencanaan anggaran negara yang memihak pada kepentingan semua kalangan masyarakat.  Selain itu, di dalam Islam, anggaran negara merupakan harta publik. Sehingga, anggaran menjadi sangat responsif bagi kepentingan orang miskin.

Ketiga, Pro-Poor Public Services. Islam mendorong penyediaan pelayanan publik yang berpihak terhadap kepentingan masyarakat luas. Terdapat tiga layanan publik yang harus mendapatkan perhatian secara seriu yakni birokrasi, pendidikan, dan kesehatan. Birokrasi merupakan sebuah amanah untuk memberikan pelayanan kepada publik. Birokrasi tidak dibentuk untuk kepentingan diri sendiri ataupun golongan. Misalnya saja yang pernah dilakukan oleh Khalifah Usman dan Ali.

Khalifah Usman tidak mengambil gaji dari kantornya, sedangkan Khalifah Ali membersihkan birokrasi dengan cara memberhentikan pejabat-pejabat publik yang terbukti korupsi. Tak hanya itu, Islam juga mendorong kemajuan pendidikan maupun kesehatan sebagai sumber produktivitas. Mengingat, pandemi corona tidak hanya berdampak pada kesehatan melainkan juga pendidikan dan ekonomi, ada baiknya jika pro-poor public services ini mendapatkan perhatian besar.

Tak terlepas dari ketiga solusi tersebut, Islam juga mendorong kebijakan pemerataan maupun distribusi pendapatan yang berpihak pada rakyat miskin. Soal distribusi pendapatan ini, terdapat tiga instrumen utama yang Islam ajarkan, yakni kepemilikan tanah, penerapan zakat, menganjurkan qardhul hasan, infak, serta wakaf.

Ekonomi Islam lebih berfokus pada sebuah konsep serta usaha untuk bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan begitu dapat kita simpulkan ekonomi Islam merupakan jawaban dari tantangan peradaban dunia.

Wiwik Ismayati, Mahasiswa STIE Syariah Bengkalis

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari