Minggu, 7 Juli 2024

Mencari Solusi Dampak Over Populasi

Pernahkah kita bertanya, berapa daya tampung maksimal planet ini terhadap populasi manusia yang semakin meningkat? Sampai kapan planet ini dapat menyediakan sumber daya yang dibutuhkan?

Pertambahan jumlah manusia dengan sangat cepat di muka bumi sementara kapasitas daya dukung dan daya tampung lahan sudah tidak lagi mendukung disebut dengan istilah over populasi. Semakin banyak manusia yang hidup di muka bumi, maka semakin banyak juga hal yang dibutuhkan. Seperti sandang, pangan, tempat tinggal dan hal lainnya yang menjadi bahan pokok untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Tentu kebutuhan manusia tersebut sangat bergantung kepada Sumber Daya Alam yang terbatas pula.

- Advertisement -

Butuh waktu hingga tahun 1961 untuk mencapai jumlah penduduk Indonesia 97,02 juta jiwa. Akan tetapi sangat menakjubkan hanya butuh waktu kurang dari 60 tahun, jumlah penduduk Indonesia sudah meningkat hampir 3 kali lipatnya. Hasil sensus penduduk 2020 menunjukkan bahwa tahun 2020 jumlah penduduk Indonesia sudah mencapai 270,20 juta jiwa. Pertanyaannya adalah, apakah luas planet ini dengan sumber dayanya juga meningkat seiring penggunaan sumber daya alam yang terus berkembang pesat sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk?
Saat ini saja, 1 dari 10 orang Indonesia berada di bawah garis kemiskinan. Bayangkan apa yang terjadi saat kompetisi semakin ketat dalam memperebutkan sumber daya yang bisa disediakan oleh alam.  

Ini mengingatkan kita pada kutipan Thomas Robert Malthus dalam An Essay on the Principle of Population. Keruntuhan global akibat over populasi. Kekuatan populasi sangat mengungguli kekuatan bumi untuk menghasilkan kehidupan bagi manusia. Menurut Malthus, sifat jahat umat manusia bersifat aktif dan bisa berfungsi sebagai depopulasi. Sifat jahat itu bisa memicu perang yang menyebabkan pemusnahan besar. Namun, seandainya kejahatan gagal melancarkan perang pemusnahan, maka musim penyakit, epidemi, pes, dan wabah maju membentuk barisan luar biasa, menyapu ribuan dan puluhan ribu manusia.

Baca Juga:  Ketika Hujan Jadi ’Tersangka’ Banjir

Dia menegaskan bahwa populasi akan tumbuh secara geometris — 1, 2, 4, 8, 16, 32 — dan produksi pangan hanya akan meningkat secara aritmatika — 1, 2, 3, 4, 5, 6. Jadi produksi pangan tidak akan mengikuti nafsu makan kita berkembang. Anda mungkin membayangkan skenario Malthus tentang pertumbuhan populasi geometris seperti bunga majemuk: Sepasang suami istri memiliki dua anak dan anak-anak itu masing-masing menghasilkan dua anak. Keempat anak itu menghasilkan dua anak masing-masing menjadi delapan, dan delapan anak itu masing-masing memiliki dua anak sendiri, meninggalkan 16 anak dalam generasi itu. Itu jika tingkat kesuburan hanya dua anak, padahal bisa jadi tingkat kesuburan melebihi itu (dua, tiga, empat atau lima anak di antara dua pasangan). Jadi seperti bunga majemuk, jumlah populasi dapat meningkat lebih cepat.

- Advertisement -

Dan Brown dalam novelnya berjudul Inferno menggambarkan bahwa over populasi sudah ada di depan mata. Mari tengok sejenak pertumbuhan penduduk kita. Perlu ribuan tahun bagi bumi untuk menggenapkan jumlah penduduk menjadi 1 miliar jiwa. Ya, United Nations World Population Prospects mencatat jumlah penduduk baru mencapai 1 miliar pada 1804. Padahal, bumi sudah lahir sejak jutaan tahun sebelum masehi.

Baca Juga:  Haji di Masa Covid-19

Lalu, secara menakjubkan, hanya perlu sekitar 100 tahun untuk melipatgandakan populasi menjadi 2 miliar pada 1927. Setelah itu, hanya perlu 50 tahun untuk berlipat menjadi 4 miliar pada 1974. Lalu, kita hanya perlu sampai 2024 untuk menjadi 8 miliar. Sehingga, pada 2048 kita sudah berdesakkan bersama 9 miliar penghuni bumi. Bila kita meghitung luas area biologis yang dibutuhkan manusia dalam memproduksi kebutuhan-kebutuhannya (ecological footprint), sesungguhnya bumi sudah kelebihan beban. www.footprintnetwork.org menghitung, sampai 2008 lalu sebenarnya manusia sudah membutuhkan satu setengah bumi. Dengan angka pertumbuhan seperti saat ini, maka pada 2050 mendatang manusia membutuhkan tiga keping bumi untuk menjalani sebuah kehidupan normal. Wow!

Dampak Over Populasi
Beberapa permasalahan kompleks yang akan terjadi jika bumi mengalami over populasi yang bisa terjadi yaitu sebagai berikut. Pertama, kekurangan lahan tempat tinggal. Kedua, bencana. Ketiga, kerawanan pangan. Keempat, masalah polusi. Kelima, penyebaran wabah penyakit.

Sayangnya, ancaman nyata over populasi di depan mata nyaris tidak terdengar atau hanya mengendap diruang sunyi. Isu-isu over populasi jauh kalah seksi dibandingkan isu-isu politik, ekonomi dan korupsi bahkan isu-isu infotainment. Orang-orang enggan membahas hal yang belum terjadi, meskipun sebenarnya masalah over populasi harusnya ditangani secara serius selagi masih bisa.***

 

Pernahkah kita bertanya, berapa daya tampung maksimal planet ini terhadap populasi manusia yang semakin meningkat? Sampai kapan planet ini dapat menyediakan sumber daya yang dibutuhkan?

Pertambahan jumlah manusia dengan sangat cepat di muka bumi sementara kapasitas daya dukung dan daya tampung lahan sudah tidak lagi mendukung disebut dengan istilah over populasi. Semakin banyak manusia yang hidup di muka bumi, maka semakin banyak juga hal yang dibutuhkan. Seperti sandang, pangan, tempat tinggal dan hal lainnya yang menjadi bahan pokok untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Tentu kebutuhan manusia tersebut sangat bergantung kepada Sumber Daya Alam yang terbatas pula.

Butuh waktu hingga tahun 1961 untuk mencapai jumlah penduduk Indonesia 97,02 juta jiwa. Akan tetapi sangat menakjubkan hanya butuh waktu kurang dari 60 tahun, jumlah penduduk Indonesia sudah meningkat hampir 3 kali lipatnya. Hasil sensus penduduk 2020 menunjukkan bahwa tahun 2020 jumlah penduduk Indonesia sudah mencapai 270,20 juta jiwa. Pertanyaannya adalah, apakah luas planet ini dengan sumber dayanya juga meningkat seiring penggunaan sumber daya alam yang terus berkembang pesat sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk?
Saat ini saja, 1 dari 10 orang Indonesia berada di bawah garis kemiskinan. Bayangkan apa yang terjadi saat kompetisi semakin ketat dalam memperebutkan sumber daya yang bisa disediakan oleh alam.  

Ini mengingatkan kita pada kutipan Thomas Robert Malthus dalam An Essay on the Principle of Population. Keruntuhan global akibat over populasi. Kekuatan populasi sangat mengungguli kekuatan bumi untuk menghasilkan kehidupan bagi manusia. Menurut Malthus, sifat jahat umat manusia bersifat aktif dan bisa berfungsi sebagai depopulasi. Sifat jahat itu bisa memicu perang yang menyebabkan pemusnahan besar. Namun, seandainya kejahatan gagal melancarkan perang pemusnahan, maka musim penyakit, epidemi, pes, dan wabah maju membentuk barisan luar biasa, menyapu ribuan dan puluhan ribu manusia.

Baca Juga:  Revisi Rasa Keadilan yang Terkoyak

Dia menegaskan bahwa populasi akan tumbuh secara geometris — 1, 2, 4, 8, 16, 32 — dan produksi pangan hanya akan meningkat secara aritmatika — 1, 2, 3, 4, 5, 6. Jadi produksi pangan tidak akan mengikuti nafsu makan kita berkembang. Anda mungkin membayangkan skenario Malthus tentang pertumbuhan populasi geometris seperti bunga majemuk: Sepasang suami istri memiliki dua anak dan anak-anak itu masing-masing menghasilkan dua anak. Keempat anak itu menghasilkan dua anak masing-masing menjadi delapan, dan delapan anak itu masing-masing memiliki dua anak sendiri, meninggalkan 16 anak dalam generasi itu. Itu jika tingkat kesuburan hanya dua anak, padahal bisa jadi tingkat kesuburan melebihi itu (dua, tiga, empat atau lima anak di antara dua pasangan). Jadi seperti bunga majemuk, jumlah populasi dapat meningkat lebih cepat.

Dan Brown dalam novelnya berjudul Inferno menggambarkan bahwa over populasi sudah ada di depan mata. Mari tengok sejenak pertumbuhan penduduk kita. Perlu ribuan tahun bagi bumi untuk menggenapkan jumlah penduduk menjadi 1 miliar jiwa. Ya, United Nations World Population Prospects mencatat jumlah penduduk baru mencapai 1 miliar pada 1804. Padahal, bumi sudah lahir sejak jutaan tahun sebelum masehi.

Baca Juga:  Urgensi Pendampingan Belajar Anak

Lalu, secara menakjubkan, hanya perlu sekitar 100 tahun untuk melipatgandakan populasi menjadi 2 miliar pada 1927. Setelah itu, hanya perlu 50 tahun untuk berlipat menjadi 4 miliar pada 1974. Lalu, kita hanya perlu sampai 2024 untuk menjadi 8 miliar. Sehingga, pada 2048 kita sudah berdesakkan bersama 9 miliar penghuni bumi. Bila kita meghitung luas area biologis yang dibutuhkan manusia dalam memproduksi kebutuhan-kebutuhannya (ecological footprint), sesungguhnya bumi sudah kelebihan beban. www.footprintnetwork.org menghitung, sampai 2008 lalu sebenarnya manusia sudah membutuhkan satu setengah bumi. Dengan angka pertumbuhan seperti saat ini, maka pada 2050 mendatang manusia membutuhkan tiga keping bumi untuk menjalani sebuah kehidupan normal. Wow!

Dampak Over Populasi
Beberapa permasalahan kompleks yang akan terjadi jika bumi mengalami over populasi yang bisa terjadi yaitu sebagai berikut. Pertama, kekurangan lahan tempat tinggal. Kedua, bencana. Ketiga, kerawanan pangan. Keempat, masalah polusi. Kelima, penyebaran wabah penyakit.

Sayangnya, ancaman nyata over populasi di depan mata nyaris tidak terdengar atau hanya mengendap diruang sunyi. Isu-isu over populasi jauh kalah seksi dibandingkan isu-isu politik, ekonomi dan korupsi bahkan isu-isu infotainment. Orang-orang enggan membahas hal yang belum terjadi, meskipun sebenarnya masalah over populasi harusnya ditangani secara serius selagi masih bisa.***

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari