Minggu, 19 Mei 2024

Mencari Sosok Pimpinan Visioner

Kehadiran sosok pemimpin sangat diperlukan. Namun, tak semua pemimpin visioner hadir dalam kapasitas ideal dan mampu merealisasikan tanggungjawab yang besar. Ada beberapa tipikal pemimpin ideal, antara lain pertama, pemimpin visioner yang berjiwa besar, mengayomi, bijaksana, serta siap dan mampu memikul tanggungjawab yang besar. Rasulullah bersabda

Ibnu Umar r.a berkata: "Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: "Setiap orang adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang kepala negara akan diminta pertanggungjawaban perihal rakyat yang dipimpinnya. Seorang suami akan ditanya perihal keluarga yang dipimpinnya. Seorang istri yang memelihara rumah tangga suaminya akan ditanya perihal tangggungjawab dan tugasnya. Bahkan seorang pembantu rumah tangga yang bertugas memelihara barang milik majikannya juga akan ditanya dari hal yang dipimpinnya. Sungguh, kamu sekalian pemimpin akan ditanya (diminta pertangggung jawab) dari hal yang dipimpinnya" (HR Bukhari dan Muslim).

Yamaha

Hadis di atas memperlihatkan sosok pemimpin visioner yang memiliki tanggungjawab besar atas apa yang diamanahkan padanya. Pemimpin visioner bijak dalam mengambil pijakan, santun dalam memberi arahan, serta sabar dan adil dalam mengambil keputusan. Kepribadiannya tangguh dengan idealisme yang konsisten. Sikap inklusif untuk  menerima masukan pihak luar (kelompok intern atau ekstern) dengan menyaring informasi secara bijaksana. "Telinganya" tipis oleh tangisan fakir miskin dan kaum teraniaya.

Baca Juga:  Mari Bangun Komunikasi Antara Orangtua-Guru

Namun, "telinganya" tebal akan celaan mereka yang kebiasaan mementingkan diri dan kelompok yang "kebiasaan lamanya terusik". Kedua, pemimpin besar lahir melalui kontinuitas dan sinergi pemimpin sebelumnya.

Pemimpin besar membangun mata rantai dengan ulama dan ilmuan sebagai "pengawal" untuk menjaga marwahnya. Bagi pemimpin besar, ulama dan ilmuan bagai "mata elang" yang terbang tinggi melihat bumi. Namun, elang tak lupa turun ke bumi untuk ikut bersama makhluk bumi atas apa yang dilihatnya. Nasehat ulama didengar sebagai pijakan, masukan ilmuan diperhatikan untuk dilaksanakan.

- Advertisement -

Apa yang dilakukan memberi acuan bagi pengembangan pembangunan masa depan dengan pijakan yang terukur. Pondasi pembangunan dan sejumlah rencana pengembangan disiapkan untuk dilanjutkan oleh penerusnya. Tatkala pemimpin visioner hadir sebagai kelanjutan estafet kepemimpinan sebelumnya,  pijakan kebijakannya berupaya merealisasikan mimpi besar pemimpin terdahulu dengan acuan yang telah disusun sebelumnya.

Beberapa modifikasi dan improvisasi dilakukan agar rencana yang telah disusun pemimpin sebelumnya mampu diwujudkan. Pemimpin visioner tak ingin terjebak oleh syahwat pribadi yang mengantarkan pelaksanaan pembangunan harus berawal pada Kilo Meter 0. Sebab, kepemimpinan adalah kontinuitas atas kepemimpinan sebelumnya, bukan mengambil titik KM 0.  Bila setiap  pemimpin menyiapkan mimpi besar dan realisasinya dilanjutkan oleh pemimpin sesudahnya, maka pembangunan akan dapat diwujudkan secara efektif. Sikap ini akan mengantarkan kesejahteraan universal yang dirasakan umat.

- Advertisement -
Baca Juga:  Batu Dibalas Buah

Hal ini merupakan buah manis yang ditanam oleh kontinuitas pemimpin-pemimpin visioner yang bersinergi.  Pilihan "tim penguat" ditunjukan oleh Rasulullah melalui sosok khulafautrasyidin. Hadirnya sosok Abu Bakar Siddiq yang obyektif (siddiq) dan 'alim, Umar bin Khattab penjaga keamanan dan melindungi, Usman bin Affan sosok penyandang dana yang dermawan, dan Ali bin Abi Thalib sosok ilmuan cerdas dan tqwadhu'. Kekuatan empat pilar ini perlu dimiliki oleh pemimpin visioner bila ingin lepas dari rantai KM 0.

Namun, bila pemimpin dikelilingi mereka yang bukan ahlinya atau hanya berpikir kepentingan personal, maka akan bermuara pada kenestapaan.     

Ketiga,  pemimpin tanpa mimpi besar dan bangga berangkat dari pijakan KM 0. Ia hanya bermimpi dengan mimpi diri sendiri dan mengawali kepemimpinannya dari KM 0. Masa yang diamanahkan padanya terbuang percuma hanya memikirkan pondasi KM 0. Karakter kepemimpinan seperti ini akan menjadikan pembanguan berjalan stagnan, bahkan mundur. Masa kepemimpinannya hanya melakukan aktivitas rutin tanpa improvisasi dan modifikasi percepatan tercapainya tujuan pembangunan nasional yang diharapkan.***

 

Kehadiran sosok pemimpin sangat diperlukan. Namun, tak semua pemimpin visioner hadir dalam kapasitas ideal dan mampu merealisasikan tanggungjawab yang besar. Ada beberapa tipikal pemimpin ideal, antara lain pertama, pemimpin visioner yang berjiwa besar, mengayomi, bijaksana, serta siap dan mampu memikul tanggungjawab yang besar. Rasulullah bersabda

Ibnu Umar r.a berkata: "Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: "Setiap orang adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang kepala negara akan diminta pertanggungjawaban perihal rakyat yang dipimpinnya. Seorang suami akan ditanya perihal keluarga yang dipimpinnya. Seorang istri yang memelihara rumah tangga suaminya akan ditanya perihal tangggungjawab dan tugasnya. Bahkan seorang pembantu rumah tangga yang bertugas memelihara barang milik majikannya juga akan ditanya dari hal yang dipimpinnya. Sungguh, kamu sekalian pemimpin akan ditanya (diminta pertangggung jawab) dari hal yang dipimpinnya" (HR Bukhari dan Muslim).

Hadis di atas memperlihatkan sosok pemimpin visioner yang memiliki tanggungjawab besar atas apa yang diamanahkan padanya. Pemimpin visioner bijak dalam mengambil pijakan, santun dalam memberi arahan, serta sabar dan adil dalam mengambil keputusan. Kepribadiannya tangguh dengan idealisme yang konsisten. Sikap inklusif untuk  menerima masukan pihak luar (kelompok intern atau ekstern) dengan menyaring informasi secara bijaksana. "Telinganya" tipis oleh tangisan fakir miskin dan kaum teraniaya.

Baca Juga:  Ulama dan Uzlah Politik

Namun, "telinganya" tebal akan celaan mereka yang kebiasaan mementingkan diri dan kelompok yang "kebiasaan lamanya terusik". Kedua, pemimpin besar lahir melalui kontinuitas dan sinergi pemimpin sebelumnya.

Pemimpin besar membangun mata rantai dengan ulama dan ilmuan sebagai "pengawal" untuk menjaga marwahnya. Bagi pemimpin besar, ulama dan ilmuan bagai "mata elang" yang terbang tinggi melihat bumi. Namun, elang tak lupa turun ke bumi untuk ikut bersama makhluk bumi atas apa yang dilihatnya. Nasehat ulama didengar sebagai pijakan, masukan ilmuan diperhatikan untuk dilaksanakan.

Apa yang dilakukan memberi acuan bagi pengembangan pembangunan masa depan dengan pijakan yang terukur. Pondasi pembangunan dan sejumlah rencana pengembangan disiapkan untuk dilanjutkan oleh penerusnya. Tatkala pemimpin visioner hadir sebagai kelanjutan estafet kepemimpinan sebelumnya,  pijakan kebijakannya berupaya merealisasikan mimpi besar pemimpin terdahulu dengan acuan yang telah disusun sebelumnya.

Beberapa modifikasi dan improvisasi dilakukan agar rencana yang telah disusun pemimpin sebelumnya mampu diwujudkan. Pemimpin visioner tak ingin terjebak oleh syahwat pribadi yang mengantarkan pelaksanaan pembangunan harus berawal pada Kilo Meter 0. Sebab, kepemimpinan adalah kontinuitas atas kepemimpinan sebelumnya, bukan mengambil titik KM 0.  Bila setiap  pemimpin menyiapkan mimpi besar dan realisasinya dilanjutkan oleh pemimpin sesudahnya, maka pembangunan akan dapat diwujudkan secara efektif. Sikap ini akan mengantarkan kesejahteraan universal yang dirasakan umat.

Baca Juga:  "Drama Politik" Negeri Ringgit

Hal ini merupakan buah manis yang ditanam oleh kontinuitas pemimpin-pemimpin visioner yang bersinergi.  Pilihan "tim penguat" ditunjukan oleh Rasulullah melalui sosok khulafautrasyidin. Hadirnya sosok Abu Bakar Siddiq yang obyektif (siddiq) dan 'alim, Umar bin Khattab penjaga keamanan dan melindungi, Usman bin Affan sosok penyandang dana yang dermawan, dan Ali bin Abi Thalib sosok ilmuan cerdas dan tqwadhu'. Kekuatan empat pilar ini perlu dimiliki oleh pemimpin visioner bila ingin lepas dari rantai KM 0.

Namun, bila pemimpin dikelilingi mereka yang bukan ahlinya atau hanya berpikir kepentingan personal, maka akan bermuara pada kenestapaan.     

Ketiga,  pemimpin tanpa mimpi besar dan bangga berangkat dari pijakan KM 0. Ia hanya bermimpi dengan mimpi diri sendiri dan mengawali kepemimpinannya dari KM 0. Masa yang diamanahkan padanya terbuang percuma hanya memikirkan pondasi KM 0. Karakter kepemimpinan seperti ini akan menjadikan pembanguan berjalan stagnan, bahkan mundur. Masa kepemimpinannya hanya melakukan aktivitas rutin tanpa improvisasi dan modifikasi percepatan tercapainya tujuan pembangunan nasional yang diharapkan.***

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari