Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Juara, Madrid Dapat Rp1,87 T

SAINT-DENIS (RIAUPOS.CO) – Champions identik dengan pundi-pundi uang yang menggiurkan. Klub yang berpartisipasi di babak utama alias fase grup saja diganjar prize money EUR 15,6 juta (Rp 243,8 miliar). Nah, seiring meraih gelar juara Liga Champions untuk kali ke-14 usai mengalahkan Liverpool 1-0, Ahad (29/5), Real Madrid berhak atas pemasukan yang mencapai EUR 120 juta (Rp1,87 triliun).

Seperti dilansir Swiss Ramble, jumlah pemasukan Real itu masih lebih besar ketimbang Liverpool FC seandainya The Reds mampu meraih juara, yakni EUR 117,6 juta (Rp 1,83 triliun). Pemasukan dihitung berdasar partisipasi, prize money, pembagian hak siar televisi, dan yang tak kalah signifikan adalah koefisien prestasi di Liga Champions dalam sepuluh musim terakhir.

Untuk faktor terakhir, Real memang sangat diuntungkan. Sejak musim 2012–2013, Real delapan kali lolos semifinal dengan lima di antaranya masuk final, termasuk musim ini. Hebatnya lagi, lima final dimenangi. Bandingkan dengan LFC yang baru ngetop sejak menjadi runner-up musim 2017–2018.

"Real Madrid mendapat pemasukan paling besar secara koefisien dengan EUR 36,4 juta. Berbanding EUR 22,7 juta yang diterima LFC di peringkat ke-13," cuit Swiss Ramble.

Sementara itu, dalam laga final kemarin, bukan Karim Benzema yang mencetak gol semata wayang kemenangan Real Madrid atas Liverpool. Vinicius Junior-lah yang memastikan Real bisa mendapatkan trofi Liga Champions ke-14 di Stade de France, Saint-Denis.

Vini yang berusia 21 tahun itu pun tercatat sebagai pencetak gol termuda dalam final Liga Champions. Capaian yang boleh dibilang masuk dalam blue print proyek skuad Real di masa depan.  Ya, dalam final kemarin, Real memainkan tiga starter berusia di atas 30 tahun.

Selain Benzema (34 tahun), ada Luka Modric (36 tahun) dan Toni Kroos (32 tahun). Dengan trio kepala tiga tersebut, rerata starting XI Real mencapai 29,2 tahun.  Meski lebih muda dari saat juara Liga Champions pada musim 2017-2018 (29,3 tahun), tetapi starting XI Real tetap paling tua ketimbang juara Liga Champions tiga musim sebelumnya.

Baca Juga:  Hari Ini, TC Berjalan Atlet Porwil Riau

Seperti LFC yang merengkuh Si Kuping Lebar 2018-2019 dengan rerata usia 26,2 tahun. Lalu, Bayern Munchen pada 2019-2020  dengan 27,9 tahun dan Chelsea musim lalu (2020-2021) yang berumur 27,4 tahun.

Bagi Real, Vini merupakan bagian dari para pemain muda yang dipersiapkan sebagai pilar. Usia wide attacker asal Brazil itu sama dengan kompatriotnya yang juga berposisi wide attacker, Rodrygo. Ada pula gelandang versatile Federico Valverde yang berusia 23 tahun dan Eduardo Camavinga (19 tahun).

Dalam seremoni juara, ada momen ketika entrenador Real Carlo Ancelotti menari bersama empat pemain mudanya tersebut. "Menari bersama Clan de los Jovenes," begitu judul yang ditulis Marca mengomentari momen tersebut.

Clan de los Joevens yang berarti klan anak muda itu sudah digadang Ancelotti bakal lebih bersinar musim depan.  "Mereka (Vini-Rodrygo-Fede-Camavinga, red) seperti sudah menaburkan lapisan gula di atas kue," kata Carletto –sapaan karib Ancelotti- mengibaratkannya.

Kebetulan, empat pemain itu memang barisan muda yang paling sering dimainkan Ancelotti di Liga Champions.  Vini tercatat 13 kali tampil, Rodrygo dan Valverde sama-sama 11 pertandingan, sedangkan Camavinga mendapatkan kesempatan dalam 10 laga. Vini membayar kepercayaan Carletto dengan mengemas empat gol, sedangkan Rodrygo malah lima gol.

Ancelotti menyebut, memberi kepercayaan diri kepada pemain muda musim ini sangat penting karena peran pemain senior masih konsisten. Seperti Vini yang meningkat performanya seiring terus dipasangkan dengan Benzema.

"Bermain bersama Benzema banyak membantunya untuk tumbuh. Dia meningkat dalam efisiensinya di depan gawang. Meski, dia membutuhkan banyak waktu untuk mengambil keputusan di depan gawang," beber Ancelotti.

Keputusan Ancelotti memberi jam terbang kepada pemain muda turut diapresiasi Camavinga yang notabene baru bergabung dengan Real musim ini. "Aku belajar banyak dalam musim pertamaku ini dari pemain yang sudah ada di sini. Jadi, aku merasa musim berikutnya aku bisa lebih bagus dibandingkan musim sebelumnya," tutur pemain berkebangsaan Prancis itu.

Selain empat nama di atas, dua pemain dari Real Madrid Castilla, bek kiri Miguel Gutierrez dan gelandang bertahan Antonio Blanco sempat mendapatkan menit bermain dari Ancelotti di Liga Champions.

Baca Juga:  Ingin Striker Pemain Keturunan, tapi Belum Ketemu

Kapten  Hanya untuk Angkat Trofi

Pelatih Carlo Ancelotti menepati janjinya untuk memberikan ban kapten Real Madrid kepada Marcelo dalam final Liga Champions, kemarin. Hanya, ban kapten itu tidak lantas membuat Marcelo punya kesempatan bermain. Ban kapten sepanjang laga tetap dikenakan Karim Benzema.

Marcelo baru mengenakan ban kapten ketika mengangkat Si Kuping Lebar. Itulah gelar juara ke-25 yang dikoleksi bek kiri 34 tahun asal Brasil itu sejak membela Real pada musim panas 2006. Marcelo pun mengakhiri tugasnya di Real sebagai pemain dengan gelar terbanyak.

 Untuk diketahui, kontrak pemilik nama lengkap Marcelo Vieira tersebut habis akhir Juni nanti dan tidak diperpanjang. Dia pun tidak kuasa membendung air mata saat mengucapkan kata berpisah kepada rekan setimnya. "Hari ini bukan hari yang paling menyedihkan bagiku karena aku pergi dengan sangat gembira," ucap Marcelo di mixed zone Stade de France kepada Diario AS.

Sebagai kenang-kenangan dari Real, Marcelo berhak menerima cincin emas. Itu sebagai pengingat gelar juara Liga Champions yang diberikan Los Merengues kepada para pemainnya. "Aku sudah punya lima yang seperti ini (cincin emas, red)," selorohnya.

Sementara itu, pelatih Liverpool Jurgen Klopp tidak berjalan dengan kepala menunduk setelah kekalahan ini. Sebaliknya, Klopp meminta tim asuhannya untuk konfiden bisa membayar kegagalan pada musim depan.  

Pelatih berkebangsaan Jerman itu juga tidak kehilangan selera humor supaya Jordan Henderson dkk kembali menembus final musim depan. "Di mana final (Liga Champions) musim depan akan dilangsungkan? Di Istanbul? Oke, pesanlah hotel dari sekarang," ucap Klopp di laman resmi klub.

Musim depan (2022–2023), final Liga Champions dihelat di Ataturk Olimpiyat Stadi, Istanbul. Venue yang sama ketika LFC mengalahkan AC Milan lewat adu penalti 3-2 pada musim 2004–2005. Miracle of Istanbul, begitu julukan untuk final kala itu lantaran LFC tertinggal 0-3 di babak pertama sebelum bisa menyamakan kedudukan hingga memaksakan adu penalti. (ren/dns/c17/io/c19/jpg)

 

SAINT-DENIS (RIAUPOS.CO) – Champions identik dengan pundi-pundi uang yang menggiurkan. Klub yang berpartisipasi di babak utama alias fase grup saja diganjar prize money EUR 15,6 juta (Rp 243,8 miliar). Nah, seiring meraih gelar juara Liga Champions untuk kali ke-14 usai mengalahkan Liverpool 1-0, Ahad (29/5), Real Madrid berhak atas pemasukan yang mencapai EUR 120 juta (Rp1,87 triliun).

Seperti dilansir Swiss Ramble, jumlah pemasukan Real itu masih lebih besar ketimbang Liverpool FC seandainya The Reds mampu meraih juara, yakni EUR 117,6 juta (Rp 1,83 triliun). Pemasukan dihitung berdasar partisipasi, prize money, pembagian hak siar televisi, dan yang tak kalah signifikan adalah koefisien prestasi di Liga Champions dalam sepuluh musim terakhir.

- Advertisement -

Untuk faktor terakhir, Real memang sangat diuntungkan. Sejak musim 2012–2013, Real delapan kali lolos semifinal dengan lima di antaranya masuk final, termasuk musim ini. Hebatnya lagi, lima final dimenangi. Bandingkan dengan LFC yang baru ngetop sejak menjadi runner-up musim 2017–2018.

"Real Madrid mendapat pemasukan paling besar secara koefisien dengan EUR 36,4 juta. Berbanding EUR 22,7 juta yang diterima LFC di peringkat ke-13," cuit Swiss Ramble.

- Advertisement -

Sementara itu, dalam laga final kemarin, bukan Karim Benzema yang mencetak gol semata wayang kemenangan Real Madrid atas Liverpool. Vinicius Junior-lah yang memastikan Real bisa mendapatkan trofi Liga Champions ke-14 di Stade de France, Saint-Denis.

Vini yang berusia 21 tahun itu pun tercatat sebagai pencetak gol termuda dalam final Liga Champions. Capaian yang boleh dibilang masuk dalam blue print proyek skuad Real di masa depan.  Ya, dalam final kemarin, Real memainkan tiga starter berusia di atas 30 tahun.

Selain Benzema (34 tahun), ada Luka Modric (36 tahun) dan Toni Kroos (32 tahun). Dengan trio kepala tiga tersebut, rerata starting XI Real mencapai 29,2 tahun.  Meski lebih muda dari saat juara Liga Champions pada musim 2017-2018 (29,3 tahun), tetapi starting XI Real tetap paling tua ketimbang juara Liga Champions tiga musim sebelumnya.

Baca Juga:  Jadi Man of The Match, Thibaut Courtois: Kami Tak Sabar Main di Final

Seperti LFC yang merengkuh Si Kuping Lebar 2018-2019 dengan rerata usia 26,2 tahun. Lalu, Bayern Munchen pada 2019-2020  dengan 27,9 tahun dan Chelsea musim lalu (2020-2021) yang berumur 27,4 tahun.

Bagi Real, Vini merupakan bagian dari para pemain muda yang dipersiapkan sebagai pilar. Usia wide attacker asal Brazil itu sama dengan kompatriotnya yang juga berposisi wide attacker, Rodrygo. Ada pula gelandang versatile Federico Valverde yang berusia 23 tahun dan Eduardo Camavinga (19 tahun).

Dalam seremoni juara, ada momen ketika entrenador Real Carlo Ancelotti menari bersama empat pemain mudanya tersebut. "Menari bersama Clan de los Jovenes," begitu judul yang ditulis Marca mengomentari momen tersebut.

Clan de los Joevens yang berarti klan anak muda itu sudah digadang Ancelotti bakal lebih bersinar musim depan.  "Mereka (Vini-Rodrygo-Fede-Camavinga, red) seperti sudah menaburkan lapisan gula di atas kue," kata Carletto –sapaan karib Ancelotti- mengibaratkannya.

Kebetulan, empat pemain itu memang barisan muda yang paling sering dimainkan Ancelotti di Liga Champions.  Vini tercatat 13 kali tampil, Rodrygo dan Valverde sama-sama 11 pertandingan, sedangkan Camavinga mendapatkan kesempatan dalam 10 laga. Vini membayar kepercayaan Carletto dengan mengemas empat gol, sedangkan Rodrygo malah lima gol.

Ancelotti menyebut, memberi kepercayaan diri kepada pemain muda musim ini sangat penting karena peran pemain senior masih konsisten. Seperti Vini yang meningkat performanya seiring terus dipasangkan dengan Benzema.

"Bermain bersama Benzema banyak membantunya untuk tumbuh. Dia meningkat dalam efisiensinya di depan gawang. Meski, dia membutuhkan banyak waktu untuk mengambil keputusan di depan gawang," beber Ancelotti.

Keputusan Ancelotti memberi jam terbang kepada pemain muda turut diapresiasi Camavinga yang notabene baru bergabung dengan Real musim ini. "Aku belajar banyak dalam musim pertamaku ini dari pemain yang sudah ada di sini. Jadi, aku merasa musim berikutnya aku bisa lebih bagus dibandingkan musim sebelumnya," tutur pemain berkebangsaan Prancis itu.

Selain empat nama di atas, dua pemain dari Real Madrid Castilla, bek kiri Miguel Gutierrez dan gelandang bertahan Antonio Blanco sempat mendapatkan menit bermain dari Ancelotti di Liga Champions.

Baca Juga:  Antara Rekor dan Aib ”Degradasi”

Kapten  Hanya untuk Angkat Trofi

Pelatih Carlo Ancelotti menepati janjinya untuk memberikan ban kapten Real Madrid kepada Marcelo dalam final Liga Champions, kemarin. Hanya, ban kapten itu tidak lantas membuat Marcelo punya kesempatan bermain. Ban kapten sepanjang laga tetap dikenakan Karim Benzema.

Marcelo baru mengenakan ban kapten ketika mengangkat Si Kuping Lebar. Itulah gelar juara ke-25 yang dikoleksi bek kiri 34 tahun asal Brasil itu sejak membela Real pada musim panas 2006. Marcelo pun mengakhiri tugasnya di Real sebagai pemain dengan gelar terbanyak.

 Untuk diketahui, kontrak pemilik nama lengkap Marcelo Vieira tersebut habis akhir Juni nanti dan tidak diperpanjang. Dia pun tidak kuasa membendung air mata saat mengucapkan kata berpisah kepada rekan setimnya. "Hari ini bukan hari yang paling menyedihkan bagiku karena aku pergi dengan sangat gembira," ucap Marcelo di mixed zone Stade de France kepada Diario AS.

Sebagai kenang-kenangan dari Real, Marcelo berhak menerima cincin emas. Itu sebagai pengingat gelar juara Liga Champions yang diberikan Los Merengues kepada para pemainnya. "Aku sudah punya lima yang seperti ini (cincin emas, red)," selorohnya.

Sementara itu, pelatih Liverpool Jurgen Klopp tidak berjalan dengan kepala menunduk setelah kekalahan ini. Sebaliknya, Klopp meminta tim asuhannya untuk konfiden bisa membayar kegagalan pada musim depan.  

Pelatih berkebangsaan Jerman itu juga tidak kehilangan selera humor supaya Jordan Henderson dkk kembali menembus final musim depan. "Di mana final (Liga Champions) musim depan akan dilangsungkan? Di Istanbul? Oke, pesanlah hotel dari sekarang," ucap Klopp di laman resmi klub.

Musim depan (2022–2023), final Liga Champions dihelat di Ataturk Olimpiyat Stadi, Istanbul. Venue yang sama ketika LFC mengalahkan AC Milan lewat adu penalti 3-2 pada musim 2004–2005. Miracle of Istanbul, begitu julukan untuk final kala itu lantaran LFC tertinggal 0-3 di babak pertama sebelum bisa menyamakan kedudukan hingga memaksakan adu penalti. (ren/dns/c17/io/c19/jpg)

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari