TURIN (RIAUPOS.CO) – Kekalahan 1-2 yang didapat Juventus saat bertandang di markas Udinese menimbulkan pertanyaan besar tentang pertahanan Si Nyonya Tua. Kekalahan itu belum membuat Juventus keluar dari jalur juara, tetapi cukup mengejutkan karena pertahanan mereka dianggap mudah ditembus.
Juventus selama ini dikenal sebagai klub dengan pertahanan solid. Hal itu telah menjadi kunci Juventus merajai Serie A. Namun, apa yang terjadi pada musim 2019/2020 ini adalah anomali.
Hingga pekan ke-35, Juventus sudah 38 kali kebobolan. Paling baru, dua gol bersarang di gawang Juventus pada duel melawan Udinese (24/7/2020). Juventus pun kalah dengan skor 2-1 pada laga di Dacia Arena.
Sejak meraih scudetto pada musim 2011/2012 —scudetto pertama sejak promosi ke Serie A pada 2008/2009– Juventus tidak pernah kebobolan di atas 30 gol. Paling buruk terjadi pada 2018/2019, di mana mereka kebobolan 30 gol.
Dan, dengan tiga laga tersisa, kini Juventus sudah kebobolan 38 gol. Tentu saja ini menjadi tanda bahwa lini belakang Juventus punya masalah. Lalu, apa penjelasan dari Maurizio Sarri?
Sarri menilai banyaknya gol yang bersarang di gawang Juventus tidak lepas dari hukuman penalti dan tendangan bebas. Harusnya, hal-hal itu bisa dihindari pasukannya dan gawang Juventus kebobolan lebih sedikit.
"Kami juga mendapat 12 kali hukuman penalti, yang tidak biasa bagi klub-klub besar. Ada lebih banyak tendangan bebas secara umum, ini merupakan rekor sepanjang masa, bahkan jika persentase kami naik lebih banyak daripada yang lain," kata Sarri.
Selain itu, Sarri juga menyinggung absennya sejumlah pemain kunci di pertahanan Juventus karena cedera dan faktor lain.
“Giorgio Chiellini praktis telah keluar sepanjang musim dan orang-orang tidak menyadari betapa pengalaman dan karakternya hilang. Leonardo Bonucci juga akumulasi hari ini," sambung mantan pelatih Napoli tersebut.
Sarri memang pantas untuk mengeluhkan cedera yang acap kali dialami Chiellini. Sebab, dia memang menjadi pilar penting di balik kesuksesan Juventus. Namun, apakah hanya Chiellini yang membuat Juventus rapuh?
Chiellini tak lagi muda. Bulan depan, dia berusia 36 tahun. Faktor usia membuat permainan dan kebugaran Chiellini menurun. Bonucci juga mengalami masalah yang sama. Usianya kini sudah 33 tahun.
Juventus sudah melakukan peremajaan dengan Matthijs de Ligth. Pemain 20 tahun itu bermain sangat bagus, tetapi dia tidak punya pendamping yang ideal. Daniele Rugani masih belum mampu menemukan potensi terbaiknya di Juventus karena posisi aslinya adalah gelandang bertahan.
Juventus sebenarnya sudah punya bek bagus asal Turki, Merih Demiral. Namun sang pemain 22 tahun itu mengalami cedera parah sehingga membuat situasi Juventus makin pelik.
Sumber: Football Italia/Bola/Soccerway
Editor: Hary B Koriun