Minggu, 19 Oktober 2025
spot_img

Ginting Belajar Banyak dari Hasil Japan Open

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Anthony Sinisuka Ginting berhasil melaju ke final China Open Super 1000 secara back-to-back. Lawannya, pada partai puncak juga sama, tunggal putra nomor satu dunia, Kento Momota.

Tahun lalu, Ginting meraih gelar China Open setelah menumbangkan Momota dua game langsung 23-21, 21-19. Sebuah prestasi yang berusaha dia ulangi besok (22/9).

Ginting ke final setelah mengalahkan pemain Denmark yang sedang naik daun Anders Antonsen dalam rubber game 18-21, 21-5, 21-14. Permainan cepat dan menyerang yang diterapkan Antonsen pada game pertama ternyata menyulitkan Ginting.

Pada game kedua dan ketiga, Ginting berhasil bangkit. Dia banyak memancing Antonsen ke baseline dan lalu menghajarnya lewat pukulan-pukulan keras lurus ke badan ataupun menyilang. Selain itu, permainan net Ginting pada laga di Olympic Sports Center Xincheng Gymnasium, Changzhou, juga sempurna.

Baca Juga:  Kabur Lagi Melawan La Real

Setelah cuma memberi Antonsen lima poin pada game kedua, Ginting melaju kencang pada game ketiga. Pemain berdarah Karo kelahiran Cimahi berusia 22 tahun tersebut tidak sekalipun tertinggal dalam perolehan angka. Dalam jarak aman 15-6, Ginting terus melaju untuk menyelesaikan pertandingan yang berlangsung 1 jam dan 8 menit itu.

"Saya sempat kaget dengan serangan-serangannya, apalagi posturnya dia tinggi dan pukulannya tajam. Jadi di game kedua saya sebisa mungkin lebih ngatur, lebih sabar dan tidak buru-buru mau menyerang terus," kata Ginting dalam siaran pers PP PBSI yang diterima Jawa Pos.

"Di game kedua dan ketiga pertahanan saya juga lebih rapat. Saya pun bisa fokus untuk dapat satu demi satu poin," lanjutnya.

Baca Juga:  Petronas Yamaha Duetkan Rossi-Davizioso

Menghadapi Momota, Ginting berusaha untuk santai dan tak terbebani.

"Sebetulnya saya tidak memikirkan saya juara bertahan, itu sudah berlalu. Sebelum tanding tadi pun, belum memikirkan ketemu Momota, karena Antonsen juga lawan yang berat," kata unggulan ketujuh turnamen itu.

"Momota pemain yang bisa menjaga fokusnya dari awal sampai akhir, penampilannya juga konsisten. Saya akan belajar dari kekalahan saya sebelumnya dari dia di Japan Open 2019," lanjutnya.

Pada Japan Open 2019, Ginting kalah di perempat final dalam pertarungan rubber game 13-21, 22-20, 15-21. Rekor head-to-head sementara, Ginting tertinggal jauh 3-9. Dalam lima laga terakhir, Ginting selalu kalah.

Kemenangan Ginting paling mutakhir terjadi di China Open 2018.

Sumber : Jawapos.com
Editor : Rinaldi

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Anthony Sinisuka Ginting berhasil melaju ke final China Open Super 1000 secara back-to-back. Lawannya, pada partai puncak juga sama, tunggal putra nomor satu dunia, Kento Momota.

Tahun lalu, Ginting meraih gelar China Open setelah menumbangkan Momota dua game langsung 23-21, 21-19. Sebuah prestasi yang berusaha dia ulangi besok (22/9).

Ginting ke final setelah mengalahkan pemain Denmark yang sedang naik daun Anders Antonsen dalam rubber game 18-21, 21-5, 21-14. Permainan cepat dan menyerang yang diterapkan Antonsen pada game pertama ternyata menyulitkan Ginting.

Pada game kedua dan ketiga, Ginting berhasil bangkit. Dia banyak memancing Antonsen ke baseline dan lalu menghajarnya lewat pukulan-pukulan keras lurus ke badan ataupun menyilang. Selain itu, permainan net Ginting pada laga di Olympic Sports Center Xincheng Gymnasium, Changzhou, juga sempurna.

Baca Juga:  Jika Pochettino ke MU, Kane Bisa Pindah

Setelah cuma memberi Antonsen lima poin pada game kedua, Ginting melaju kencang pada game ketiga. Pemain berdarah Karo kelahiran Cimahi berusia 22 tahun tersebut tidak sekalipun tertinggal dalam perolehan angka. Dalam jarak aman 15-6, Ginting terus melaju untuk menyelesaikan pertandingan yang berlangsung 1 jam dan 8 menit itu.

- Advertisement -

"Saya sempat kaget dengan serangan-serangannya, apalagi posturnya dia tinggi dan pukulannya tajam. Jadi di game kedua saya sebisa mungkin lebih ngatur, lebih sabar dan tidak buru-buru mau menyerang terus," kata Ginting dalam siaran pers PP PBSI yang diterima Jawa Pos.

"Di game kedua dan ketiga pertahanan saya juga lebih rapat. Saya pun bisa fokus untuk dapat satu demi satu poin," lanjutnya.

- Advertisement -
Baca Juga:  Bahkan Kamera Televisi pun Kini Menjauhi Rossi

Menghadapi Momota, Ginting berusaha untuk santai dan tak terbebani.

"Sebetulnya saya tidak memikirkan saya juara bertahan, itu sudah berlalu. Sebelum tanding tadi pun, belum memikirkan ketemu Momota, karena Antonsen juga lawan yang berat," kata unggulan ketujuh turnamen itu.

"Momota pemain yang bisa menjaga fokusnya dari awal sampai akhir, penampilannya juga konsisten. Saya akan belajar dari kekalahan saya sebelumnya dari dia di Japan Open 2019," lanjutnya.

Pada Japan Open 2019, Ginting kalah di perempat final dalam pertarungan rubber game 13-21, 22-20, 15-21. Rekor head-to-head sementara, Ginting tertinggal jauh 3-9. Dalam lima laga terakhir, Ginting selalu kalah.

Kemenangan Ginting paling mutakhir terjadi di China Open 2018.

Sumber : Jawapos.com
Editor : Rinaldi

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Anthony Sinisuka Ginting berhasil melaju ke final China Open Super 1000 secara back-to-back. Lawannya, pada partai puncak juga sama, tunggal putra nomor satu dunia, Kento Momota.

Tahun lalu, Ginting meraih gelar China Open setelah menumbangkan Momota dua game langsung 23-21, 21-19. Sebuah prestasi yang berusaha dia ulangi besok (22/9).

Ginting ke final setelah mengalahkan pemain Denmark yang sedang naik daun Anders Antonsen dalam rubber game 18-21, 21-5, 21-14. Permainan cepat dan menyerang yang diterapkan Antonsen pada game pertama ternyata menyulitkan Ginting.

Pada game kedua dan ketiga, Ginting berhasil bangkit. Dia banyak memancing Antonsen ke baseline dan lalu menghajarnya lewat pukulan-pukulan keras lurus ke badan ataupun menyilang. Selain itu, permainan net Ginting pada laga di Olympic Sports Center Xincheng Gymnasium, Changzhou, juga sempurna.

Baca Juga:  Kata Van Persie, karena hal MU Kalah dari Istanbul Basaksehir

Setelah cuma memberi Antonsen lima poin pada game kedua, Ginting melaju kencang pada game ketiga. Pemain berdarah Karo kelahiran Cimahi berusia 22 tahun tersebut tidak sekalipun tertinggal dalam perolehan angka. Dalam jarak aman 15-6, Ginting terus melaju untuk menyelesaikan pertandingan yang berlangsung 1 jam dan 8 menit itu.

"Saya sempat kaget dengan serangan-serangannya, apalagi posturnya dia tinggi dan pukulannya tajam. Jadi di game kedua saya sebisa mungkin lebih ngatur, lebih sabar dan tidak buru-buru mau menyerang terus," kata Ginting dalam siaran pers PP PBSI yang diterima Jawa Pos.

"Di game kedua dan ketiga pertahanan saya juga lebih rapat. Saya pun bisa fokus untuk dapat satu demi satu poin," lanjutnya.

Baca Juga:  Kabur Lagi Melawan La Real

Menghadapi Momota, Ginting berusaha untuk santai dan tak terbebani.

"Sebetulnya saya tidak memikirkan saya juara bertahan, itu sudah berlalu. Sebelum tanding tadi pun, belum memikirkan ketemu Momota, karena Antonsen juga lawan yang berat," kata unggulan ketujuh turnamen itu.

"Momota pemain yang bisa menjaga fokusnya dari awal sampai akhir, penampilannya juga konsisten. Saya akan belajar dari kekalahan saya sebelumnya dari dia di Japan Open 2019," lanjutnya.

Pada Japan Open 2019, Ginting kalah di perempat final dalam pertarungan rubber game 13-21, 22-20, 15-21. Rekor head-to-head sementara, Ginting tertinggal jauh 3-9. Dalam lima laga terakhir, Ginting selalu kalah.

Kemenangan Ginting paling mutakhir terjadi di China Open 2018.

Sumber : Jawapos.com
Editor : Rinaldi

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari