JAKARTA (RIAUPOS.CO) – M Nadhiif bisa dikatakan beruntung. Dia tidak mengalami cedera parah setelah kepalanya ditendang Syaiful Indra Cahya dalam laga uji coba antara timnya, Persiraja Banda Aceh, melawan PSG Pati. Dia hanya merasakan sakit pada rahang bagian kiri bawah.
Padahal, tendangan itu bisa saja mengakhiri hidupnya. Seperti yang dikatakan dokter Zaini Saragih. Mantan dokter timnas Indonesia tersebut mengatakan, tendangan Syaiful bisa mengakibatkan kematian pada Nadhiif.
Menurut dia, tendangan brutal tersebut bisa membuat cedera pada bagian leher. Atau dalam istilah kedokteran disebut cedera cervik. ’’Bukan kepalanya yang parah. Tapi di leher yang dilewati saraf-saraf vital,’’ terangnya.
Saraf-saraf vital itu, antara lain, saraf yang mengatur jantung, pernapasan, dan beberapa bagian tubuh lain. Termasuk sumsum tulang. ’’Ada juga pembuluh darah besar dari jantung ke kepala (otot). Kalau putus, tamat ceritanya,’’ jelasnya.
Tendangan itu mengingatkannya pada kematian striker Persiraja Akli Fairuz pada Mei 2014 lalu. Dia meninggal setelah koma enam hari setelah ulu hatinya tertendang oleh kiper PSAP Sigli Agus Rochman.
Zaini menambahkan, aksi brutal di lapangan harus dihentikan. PSSI seharusnya turun tangan terkait masalah tersebut. ’’Harusnya dihukum berat oleh PSSI. Tidak cukup hanya surat teguran,’’ tegasnya.
Soal adanya ancaman kematian dari tendangan kungfu ala Syaiful juga dibenarkan dokter Thaufan Favian. Dokter spesialis keolahragaan dari Universitas Indonesia itu menjelaskan, tendangan tersebut bisa berakibat fatal bagi Nadhiif. Dan harusnya tidak boleh terjadi di sepak bola. ’’Asas sportivitas harus dijunjung tinggi,’’ katanya.
Dia menyindir pemain brutal seperti Syaiful atau Zulham tidak perlu bermain bola. Dia menyarankan keduanya pindah cabang olahraga ke mixed martial arts (MMA). ’’Jadi, bisa nendang dan mukul. Ini di sepak bola yang satu ingin main bola, satunya ingin nendang. Sanksi harus tegas,’’ ungkapnya.
Nah, edukasi soal bahaya tindakan brutal juga wajib digalakkan. Menurut pria yang juga medical officer pertandingan BRI Liga 1 tersebut, banyak pesepak bola Indonesia yang belum memahami soal sportivitas dan edukasi soal cedera karena tidak diajarkan sejak dini. ’’Edukasi yang diberikan biasanya mengenai tata cara awal menangani cedera. Mulai yang ringan hingga yang fatal. Kapan seorang pemain atau pelatih sadar akan kejadian yang membahayakan,’’ bebernya.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Erwan Sani