Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Edgar Xavier Marvelo Persembahkan Emas untuk Papa dan Indonesia

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Edgar Xavier Marvelo tak kuasa membendung air mata saat lagu Indonesia Raya berkumandang di Hall B World Trace Center. Akhirnya, atlet asal DKI itu berhasil meraih emas di nomor daoshu/gunshu pada SEA Games 2019.

Namun, bukan karena itu alasan utama air matanya mengalir.

Raihan medali emas itu diiringi cerita pedih. Pada dini hari kemarin, sekitar pukul 01.34 WIB, sang ayah Lo Tjhiang Meng meninggal. Kabar duka itu didapat Edgar hanya sekitar tujuh jam sebelum dia naik panggung. Kesedihan jelas menyelimuti benaknya.

Dibutuhkan waktu sekitar 15 menit bagi Edgar untuk menenangkan diri setelah upacara pengalungan medali itu. Tim pelatih mengelilinginya. Berusaha menguatkan Edgar. Barulah setelah itu, dia mau menemui awak media yang telah menantinya. Namun, air matanya kembali merebak ketika teringat pesan mendiang ayahnya.

Dengan terbata-bata dan suara serak, Edgar menceritakan bahwa kondisi sang ayah memang memburuk sejak dirinya mengikuti kejuaraan dunia di Shanghai, Tiongkok, akhir Oktober lalu. Saat itu Ameng, sapaan akrab sang ayah, harus dilarikan ke rumah sakit. Kondisinya kritis.

Baca Juga:  Karena Ancelotti, James Memilih Everton

"Saat itu papa sudah pesan, apa pun yang terjadi sama papa, aku nggak boleh berhenti wushu. Harus melanjutkan wushu dan selalu ikut pertandingan yang ada. Hari ini aku cuma menjalankan apa yang papa pesankan. Tadi sebelum alat papa dicopot, aku ngomong bahwa aku janji bakal ngelakuin ini buat papa," ucap Edgar.

Dia terdiam sejenak. Belum bisa menerima kejadian yang menimpanya itu. Meski begitu, kemarin dia berhasil menyumbang dua medali emas. Selain dari nomor daoshu/gunshu, raihan medalinya berasal dari mens duilian. Di situ Edgar tampil bersama Harris Horatius dan Seraf Naro Siregar.

"Yang pasti senang dan bangga bisa mempersembahkan emas ini untuk Indonesia dan untuk papa," kata Edgar.

Tidak banyak yang bisa disampaikan peraih medali perak Asian Games 2018 itu. Edgar masih terpukul dan langsung pamit kembali ke belakang panggung. Pelatih pelatnas wushu Susyana Tjhan bisa memaklumi itu. Bagaimanapun, Edgar sangat dekat dengan orang tuanya.

Baca Juga:  Fabio Quartararo Start di Posisi 1, Rossi ke-11

"Saya tahu karena sama-sama dari DKI Jakarta. Dari kecil tiap latihan Edgar pasti ditemani sama mama dan papanya. Setiap latihan selalu datang. Ya sedih pasti, tapi anaknya cukup kuat. Puji Tuhan," jelas Susyana.

Sebenarnya Ameng masuk ke rumah sakit sejak Jumat (29/11). Saat itu pihak keluarga meminta fakta itu dirahasiakan dari Edgar supaya tidak memengaruhi konsentrasinya.

Begitu pula ketika Senin malam kondisi ayahnya kritis. Keluarganya hanya meminta sambungan telepon diteruskan ke Edgar pada dini hari itu. Sayang, belum sempat berpamitan, sang ayah telah meninggal. Peristiwa itu terjadi hanya berselang dua menit sejak tim pelatih berusaha menemui Edgar di kamarnya di lantai 5.

"Alhamdulillah, Edgar benar-benar the real champions. Artinya, dia bisa mengatasi keadaan ini sehingga bisa tampil baik," puji Novita, pelatih kepala pelatnas wushu.

Di bagian lain, atlet wushu Harris Horatius menyumbangkan medali perak di nomor nando dan nangun. Dia kalah oleh wakil Brunei Mohammad Adi Salihin Roslan.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Erizal

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Edgar Xavier Marvelo tak kuasa membendung air mata saat lagu Indonesia Raya berkumandang di Hall B World Trace Center. Akhirnya, atlet asal DKI itu berhasil meraih emas di nomor daoshu/gunshu pada SEA Games 2019.

Namun, bukan karena itu alasan utama air matanya mengalir.

- Advertisement -

Raihan medali emas itu diiringi cerita pedih. Pada dini hari kemarin, sekitar pukul 01.34 WIB, sang ayah Lo Tjhiang Meng meninggal. Kabar duka itu didapat Edgar hanya sekitar tujuh jam sebelum dia naik panggung. Kesedihan jelas menyelimuti benaknya.

Dibutuhkan waktu sekitar 15 menit bagi Edgar untuk menenangkan diri setelah upacara pengalungan medali itu. Tim pelatih mengelilinginya. Berusaha menguatkan Edgar. Barulah setelah itu, dia mau menemui awak media yang telah menantinya. Namun, air matanya kembali merebak ketika teringat pesan mendiang ayahnya.

- Advertisement -

Dengan terbata-bata dan suara serak, Edgar menceritakan bahwa kondisi sang ayah memang memburuk sejak dirinya mengikuti kejuaraan dunia di Shanghai, Tiongkok, akhir Oktober lalu. Saat itu Ameng, sapaan akrab sang ayah, harus dilarikan ke rumah sakit. Kondisinya kritis.

Baca Juga:  Karena Ancelotti, James Memilih Everton

"Saat itu papa sudah pesan, apa pun yang terjadi sama papa, aku nggak boleh berhenti wushu. Harus melanjutkan wushu dan selalu ikut pertandingan yang ada. Hari ini aku cuma menjalankan apa yang papa pesankan. Tadi sebelum alat papa dicopot, aku ngomong bahwa aku janji bakal ngelakuin ini buat papa," ucap Edgar.

Dia terdiam sejenak. Belum bisa menerima kejadian yang menimpanya itu. Meski begitu, kemarin dia berhasil menyumbang dua medali emas. Selain dari nomor daoshu/gunshu, raihan medalinya berasal dari mens duilian. Di situ Edgar tampil bersama Harris Horatius dan Seraf Naro Siregar.

"Yang pasti senang dan bangga bisa mempersembahkan emas ini untuk Indonesia dan untuk papa," kata Edgar.

Tidak banyak yang bisa disampaikan peraih medali perak Asian Games 2018 itu. Edgar masih terpukul dan langsung pamit kembali ke belakang panggung. Pelatih pelatnas wushu Susyana Tjhan bisa memaklumi itu. Bagaimanapun, Edgar sangat dekat dengan orang tuanya.

Baca Juga:  Timnas Senior Langsung Terbang ke Amman setelah Idul Fitri

"Saya tahu karena sama-sama dari DKI Jakarta. Dari kecil tiap latihan Edgar pasti ditemani sama mama dan papanya. Setiap latihan selalu datang. Ya sedih pasti, tapi anaknya cukup kuat. Puji Tuhan," jelas Susyana.

Sebenarnya Ameng masuk ke rumah sakit sejak Jumat (29/11). Saat itu pihak keluarga meminta fakta itu dirahasiakan dari Edgar supaya tidak memengaruhi konsentrasinya.

Begitu pula ketika Senin malam kondisi ayahnya kritis. Keluarganya hanya meminta sambungan telepon diteruskan ke Edgar pada dini hari itu. Sayang, belum sempat berpamitan, sang ayah telah meninggal. Peristiwa itu terjadi hanya berselang dua menit sejak tim pelatih berusaha menemui Edgar di kamarnya di lantai 5.

"Alhamdulillah, Edgar benar-benar the real champions. Artinya, dia bisa mengatasi keadaan ini sehingga bisa tampil baik," puji Novita, pelatih kepala pelatnas wushu.

Di bagian lain, atlet wushu Harris Horatius menyumbangkan medali perak di nomor nando dan nangun. Dia kalah oleh wakil Brunei Mohammad Adi Salihin Roslan.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Erizal

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari