Jumat, 22 November 2024

Akhiri Dahaga Gelar 55 Tahun Ganda Putri

- Advertisement -

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Indonesia perlu  55 tahun untuk bisa merebut gelar ganda putri lagi di Malaysia Open. Dan, yang berhasil mengakhiri dahaga lebih dari lima dekade itu justru pasangan yang baru memulai kebersamaan di ajang resmi Mei lalu.

Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti sukses merebut gelar Malaysia Open setelah mengalahkan ganda Cina Zhang Shu Xian/Zheng Yu dalam laga ketat tiga game 21-18, 12-21, 21-19, Ahad (3/7). Duel tersebut berlangsung 71 menit.

- Advertisement -

Kali terakhir Indonesia merebut gelar ganda putri di Malaysia Open pada 1967 yang diraih duet Retno Koestijah/Minarni. Pasangan tersebut setahun sebelumnya juga memenangkan gelar yang sama.

Termasuk Apri/Fadia, sepanjang sejarah, total hanya ada tiga pasangan Indonesia yang berhasil juara di Malaysia Open. Satu pasangan lainnya yang menjadi kampiun pada 1956 adalah Yang Weng Ching/Oei Lin Nio.

Ini juga gelar world tour pertama Apri/Fadia. Levelnya di super 750 pula. Sayangnya, kesuksesan mereka gagal diikuti Fajar Alvian/M. Rian Ardianto yang kalah di final ganda putra dari pasangan Jepang, Takuro Hoki/Yugo Kobayashi.

- Advertisement -

"Alhamdulillah, kami memang ingin juara. Setiap pertandingan pasti ada target dan hari ini (kemarin, red) tercapai menjuarai Malaysia Open," ungkap Apri di sesi wawancara kemarin.

Fadia tak kalah girangnya bisa merebut gelar setelah baru sekitar dua bulan mulai berpasangan dengan seniornya tersebut. "Rasanya sangat senang karena di awal pas mau dipasangkan Kak Apri mengalami sedikit cedera. Jadi, kami harus menunda debut," ujarnya.

Fadia dipasangan dengan Apri setelah Greysia Polii yang bersama Apri sukses merebut emas Olimpiade Tokyo 2020 gantung raket. Seharusnya Apri/Fadia debut pada tur Eropa yang dimulai di Jerman Terbuka pada 8–13 Maret.

Baca Juga:  Mario Gomez Jadi Pelatih Arema

Namun, saat itu Apri masih mengalami cedera betis kanan. Karena itu, mereka baru mulai terjun sebagai pasangan di SEA Games 2021 Vietnam yang berlangsung Mei lalu.

Apri mengungkapkan, di pertandingan kemarin dirinya dan Fadia serta pasangan lawan sama-sama tegang karena mendapat tekanan. Terutama di game penentuan yang jarak poinnya mepet-mepet.

"Tapi, coba kami lawan dengan komunikasi dan saya yakin saja kalau mereka tidak bisa mengembalikan pukulan kami. Saya terus tekankan seperti itu ke Fadia, satu poin demi satu poin. Kuncinya adalah kesabaran," jelas Apri.

Fadia membenarkan bahwa lawan juga terlihat tegang.

"Karena itu, ketika unggul tipis, tidak apa buang satu poin, tapi harus dapat satu poin lagi," kata Fadia.

Yang paling mengharukan adalah ribuan penonton Malaysia yang hadir di Axiata Arena kompak mendukung Apri/Fadia. Bahkan, teriakan "Indonesia, Indonesia" menggema di seluruh stadion yang membuat mereka terasa bermain di rumah sendiri.

"Terima kasih untuk semua penonton di Axiata Arena. Kami juga berterima kasih kepada seluruh masyarakat Indonesia yang mendukung kita dari rumah," tutur Apri. Dia mempersembahkan gelar tersebut untuk PBSI, pelatih, Greysia, dan keluarga. "Juga semua orang tercinta dan tersayang," katanya.

Apri menambahkan, meski bisa merebut gelar setelah baru sekitar dua bulan dipasangkan, dirinya dan Fadia tak akan berpuas diri. Sebab, pekan depan sudah ada tantangan lain: Malaysia Masters.

"Perjalanan kami baru dimulai, ketika turun dari podium balik dari nol lagi," tegas Apri.

Namun, Indonesia gagal mengawinkan gelar di sektor ganda pada ajang Malaysia Open 2022.  Sebab, ketika Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti  menjadi jawara di sektor ganda putri, pasangan ganda putra Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto justru gagal.

Baca Juga:  Madrid Tempel Barcelona

Pasangan berakronim FajRi itu, harus puas keluar sebagai runner-up pada final yang dihelat di Axiata Arena, Kuala Lumpur, Ahad (3/7).  FajRi harus mengakui keunggulan pasangan Jepang Takuro Hoki/Yugo Kobayashi lewat pertarungan rubber game (22-24, 21-16, 9-21).

Runner-up Asian Games 2018 itu memulai laga dengan kurang baik. Mereka selalu tertinggal angka dari lawannya yang menempati unggulan kedua itu. Momentum hadir di akhir laga. Fajar/Rian bisa berbalik unggul 20-19 dan 21-20. Sayang, kesalahan sendiri membuat mereka gagal menyelesaikannya.

Kekalahan di game pertama cukup disayangkan. Sebab, di game kedua FajRi bisa terus memimpin dan menuntaskan pertandingan dengan kemenangan. Namun, di game ketiga mereka tertinggal jauh. Meski kalah, Rian tetap mensyukuri hasil yang didapat.

"Alhamdulillah kami bisa menyelesaikan pertandingan dengan lancar walau hasilnya belum maksimal," ujarnya, Ahad (3/7).

Menurutnya, dia dan Fajar gagal menemukan pola yang tepat. 

"Di awal game pertama dan ketiga, start kami terlalu lambat, sementara mereka bisa langsung menemukan pola yang tepat," jelas Rian.

Fajar menambahkan kalau Hoki/Kobayashi bermain lebih padu dengan kombinasi power dan stamina yang bagus.

"Hari ini (kemarin, red) mereka bermain sangat stabil," kata Fajar.

Keduanya mengaku tidak tampil maksimal karena banyak melakukan kesalahan yang tidak perlu. Selain itu, stamina yang menurun ditengarai mempengaruhi performa dan fokus. Tetapi Fajar/Rian tidak mau menjadikan hal itu sebuah alasan.

"Kuncinya mungkin tadi di game pertama, sayang kami kurang berani saat dapat dua game poin itu," ucap Fajar.(raf/c14/ttg/bas/jpg)

 

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Indonesia perlu  55 tahun untuk bisa merebut gelar ganda putri lagi di Malaysia Open. Dan, yang berhasil mengakhiri dahaga lebih dari lima dekade itu justru pasangan yang baru memulai kebersamaan di ajang resmi Mei lalu.

Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti sukses merebut gelar Malaysia Open setelah mengalahkan ganda Cina Zhang Shu Xian/Zheng Yu dalam laga ketat tiga game 21-18, 12-21, 21-19, Ahad (3/7). Duel tersebut berlangsung 71 menit.

- Advertisement -

Kali terakhir Indonesia merebut gelar ganda putri di Malaysia Open pada 1967 yang diraih duet Retno Koestijah/Minarni. Pasangan tersebut setahun sebelumnya juga memenangkan gelar yang sama.

Termasuk Apri/Fadia, sepanjang sejarah, total hanya ada tiga pasangan Indonesia yang berhasil juara di Malaysia Open. Satu pasangan lainnya yang menjadi kampiun pada 1956 adalah Yang Weng Ching/Oei Lin Nio.

- Advertisement -

Ini juga gelar world tour pertama Apri/Fadia. Levelnya di super 750 pula. Sayangnya, kesuksesan mereka gagal diikuti Fajar Alvian/M. Rian Ardianto yang kalah di final ganda putra dari pasangan Jepang, Takuro Hoki/Yugo Kobayashi.

"Alhamdulillah, kami memang ingin juara. Setiap pertandingan pasti ada target dan hari ini (kemarin, red) tercapai menjuarai Malaysia Open," ungkap Apri di sesi wawancara kemarin.

Fadia tak kalah girangnya bisa merebut gelar setelah baru sekitar dua bulan mulai berpasangan dengan seniornya tersebut. "Rasanya sangat senang karena di awal pas mau dipasangkan Kak Apri mengalami sedikit cedera. Jadi, kami harus menunda debut," ujarnya.

Fadia dipasangan dengan Apri setelah Greysia Polii yang bersama Apri sukses merebut emas Olimpiade Tokyo 2020 gantung raket. Seharusnya Apri/Fadia debut pada tur Eropa yang dimulai di Jerman Terbuka pada 8–13 Maret.

Baca Juga:  PWI Riau Dapat Pelajaran dari Jaya Mukti FC

Namun, saat itu Apri masih mengalami cedera betis kanan. Karena itu, mereka baru mulai terjun sebagai pasangan di SEA Games 2021 Vietnam yang berlangsung Mei lalu.

Apri mengungkapkan, di pertandingan kemarin dirinya dan Fadia serta pasangan lawan sama-sama tegang karena mendapat tekanan. Terutama di game penentuan yang jarak poinnya mepet-mepet.

"Tapi, coba kami lawan dengan komunikasi dan saya yakin saja kalau mereka tidak bisa mengembalikan pukulan kami. Saya terus tekankan seperti itu ke Fadia, satu poin demi satu poin. Kuncinya adalah kesabaran," jelas Apri.

Fadia membenarkan bahwa lawan juga terlihat tegang.

"Karena itu, ketika unggul tipis, tidak apa buang satu poin, tapi harus dapat satu poin lagi," kata Fadia.

Yang paling mengharukan adalah ribuan penonton Malaysia yang hadir di Axiata Arena kompak mendukung Apri/Fadia. Bahkan, teriakan "Indonesia, Indonesia" menggema di seluruh stadion yang membuat mereka terasa bermain di rumah sendiri.

"Terima kasih untuk semua penonton di Axiata Arena. Kami juga berterima kasih kepada seluruh masyarakat Indonesia yang mendukung kita dari rumah," tutur Apri. Dia mempersembahkan gelar tersebut untuk PBSI, pelatih, Greysia, dan keluarga. "Juga semua orang tercinta dan tersayang," katanya.

Apri menambahkan, meski bisa merebut gelar setelah baru sekitar dua bulan dipasangkan, dirinya dan Fadia tak akan berpuas diri. Sebab, pekan depan sudah ada tantangan lain: Malaysia Masters.

"Perjalanan kami baru dimulai, ketika turun dari podium balik dari nol lagi," tegas Apri.

Namun, Indonesia gagal mengawinkan gelar di sektor ganda pada ajang Malaysia Open 2022.  Sebab, ketika Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti  menjadi jawara di sektor ganda putri, pasangan ganda putra Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto justru gagal.

Baca Juga:  Kemenangan Pertama Aleix Espargaro, Podium Tertinggi Aprilia di MotoGP

Pasangan berakronim FajRi itu, harus puas keluar sebagai runner-up pada final yang dihelat di Axiata Arena, Kuala Lumpur, Ahad (3/7).  FajRi harus mengakui keunggulan pasangan Jepang Takuro Hoki/Yugo Kobayashi lewat pertarungan rubber game (22-24, 21-16, 9-21).

Runner-up Asian Games 2018 itu memulai laga dengan kurang baik. Mereka selalu tertinggal angka dari lawannya yang menempati unggulan kedua itu. Momentum hadir di akhir laga. Fajar/Rian bisa berbalik unggul 20-19 dan 21-20. Sayang, kesalahan sendiri membuat mereka gagal menyelesaikannya.

Kekalahan di game pertama cukup disayangkan. Sebab, di game kedua FajRi bisa terus memimpin dan menuntaskan pertandingan dengan kemenangan. Namun, di game ketiga mereka tertinggal jauh. Meski kalah, Rian tetap mensyukuri hasil yang didapat.

"Alhamdulillah kami bisa menyelesaikan pertandingan dengan lancar walau hasilnya belum maksimal," ujarnya, Ahad (3/7).

Menurutnya, dia dan Fajar gagal menemukan pola yang tepat. 

"Di awal game pertama dan ketiga, start kami terlalu lambat, sementara mereka bisa langsung menemukan pola yang tepat," jelas Rian.

Fajar menambahkan kalau Hoki/Kobayashi bermain lebih padu dengan kombinasi power dan stamina yang bagus.

"Hari ini (kemarin, red) mereka bermain sangat stabil," kata Fajar.

Keduanya mengaku tidak tampil maksimal karena banyak melakukan kesalahan yang tidak perlu. Selain itu, stamina yang menurun ditengarai mempengaruhi performa dan fokus. Tetapi Fajar/Rian tidak mau menjadikan hal itu sebuah alasan.

"Kuncinya mungkin tadi di game pertama, sayang kami kurang berani saat dapat dua game poin itu," ucap Fajar.(raf/c14/ttg/bas/jpg)

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari