MILAN (RIAUPOS.CO) – Keberhasilan Inter Milan menjuarai Serie Italia musim ini membuat sang pelatih, Antonio Conte, sangat senang. Di benar-benar bangga dengan perjuangan skuad asuhannya yang berjuang keras mendapatkan titel setelah 11 musim.
Conte juga menilai keberhasilan ini menjadi bukti bahwa Inter bukanlah tim "tong sampah" seperti yang dikatakan para penggemar rival mereka, bahkan oleh penggemarnya sendiri.
Sebagaimana diketahui, manajemen Inter memang menerapkan kebijakan transfer yang aneh dalam dua musim terakhir. Ya, mereka lebih gemar mengumpulkan pemain-pemain senior yang mulai kehilangan tempat di tim sebelumnya.
Beberapa nama pemain uzur yang diboyong Inter dalam dua musim terakhir adalah Ashley Young, Alexis Sanchez, Arturo Vidal, Aleksandar Kolarov, dan Ivan Perisic. Nama-nama tersebut dinilai sudah habis dari masa-masa keemasan mereka. Jika ditambah lagi, maka nama Christian Eriksen juga masuk dalam kelompok itu.
Bahkan kebijakan transfer Inter tersebut mendapatkan mendapatkan protes dari para pendukungnya sendiri. Tidak sedikit dari mereka yang merasa pesimis soal peluang Inter menjadi kampiun Liga Italia musim ini.
Akan tetapi kenyataannya, para pemain yang awalnya disebut sudah habis itu justru berhasil memberikan kontribusi luar biasa. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang berhasil menjadi pembeda ketika Inter sedang dalam kondisi deadlock.
Conte sendiri mengaku memang menaruh kepercayaan tinggi kepada para pemain-pemain senior tersebut. Pasalnya Conte sadar bahwa untuk bisa membawa kesuksesan ke Inter, maka ia butuh pemain dengan mental juara seperti nama-nama tersebut.
“Mereka merupakan tim pemenang. Mereka memiliki keseimbangan antara menyerang dan bertahan yang sama baiknya,” jelas Conte, sebagaimana dilaporkan oleh Football Italia, Senin (3/5/2021).
“Para pemain terus belajar membaca permainan dan kapan waktunya untuk menekan lawan, serta kapan untuk lebih santai di area kami sendiri dan menunggu. Itu merupakan sebuah tanda dari tim yang berpengalaman,” sambung eks pelatih Chelsea tersebut.
Dijelaskannya, seorang pelatih harus mengerti bagaimana cara menyakiti lawan, tapi juga tidak kehilangan jati diri.
"Kami tidak pernah kehilangan identitas kami, karena ketika kami menguasai bola, kami tahu persis apa yang harus kami lakukan. Kami juga tahu persis apa yang harus dilakukan saat kami tidak menguasai bola,” tuntasnya.
Conte mencatat sejarah dengan tinta emas. Dia yang pertama kali membawa Juventus juara pada musim 2011/2012. Setelah itu, Juventus tak mendapatkan lawan di delapan musim berikutnya hingga 2019/2020. Sembilan musim berturut-turut Juventus scudetto.
Dan kini, Conte juga yang mengakhiri dominasi The Old Lady. Padahal, di awal kedatangannya musim lalu, banyak Internisti yang sinis dengan kedatangannya. Maklumlah, Inter tak punya akar di Inter semasa menjadi pemain. Dia adalah legenda Juventus.
Sumber: Football Italia/News/Daily Mail
Editor: Hary B Koriun