JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Pelatih Timnas Indonesia Shin Tae-yong (STY) harus bekerja ekstra keras mencari striker haus gol untuk persiapan menghadapi iven-iven selanjutnya di 2022. Juru taktik asal Korea Selatan itu menyatakan kalau posisi striker menjadi salah satu titik lemah timnas.
Empat striker yang dibawa STY ke Piala AFF 2020 terbilang melempem. Dedik Setiawan, Hanis Saghara Putra, dan Kushedya Hari Yudo gagal mencetak gol. Hanya Ezra Walian yang mencetak dua gol.
Padahal, Indonesia menjadi tim dengan penyerangan terbaik lewat 20 gol. Unggul dua gol dari sang juara Thailand dengan 18 gol. Namun, gol-gol yang dicetak merata dari lini belakang, gelandang dan winger. Pososi sayap paling banyak dengan sumbang 8 gol. Dimana Irfan Jaya menjadi pencetak gol terbanyak dengan 3 gol.
Mantan striker Timnas Indonesia Kurniawan Dwi Yulianto menuturkan, apa yang ditampilkan striker Indonesia di Piala AFF tidak bisa disalahkan. “Karena memang sebetulnya striker yang ada di Indonesia punya kualitas,” ujarnya sat dihubungi JPG.
Hanya saja, sambungnya, menit bermain ataupun jam terbang para striker di Liga 1 masih lurang. Sehingga, kemampuan para pemain tidak teruji di turnamen internasional. “Karena peningkatan performa dilakukan saat menjalani pertandingan. Dan ini yang menjadi permasalahan, striker kita kurang menit bermain di klub,” ungkapnya.
Si Kurus -julukan Kurniawan Dwi Yulianto- mengamati para penyerang Indonesia di kompetisi Liga 1. Menurutnya, jarang pemain lokal yang bermain reguler dari babak pertama. “Jika di posisi striker bisanya masuk dari bangku cadangan,” ucapnya.
Ataupun, jika main dari awal, posisi para pemain bergeser ke sayap kiri ataupun kanan. Itu juga terjadi bagi keempat striker Indonesia. Dedik Setiawan dan K H Yudo, misalnya. Keduanya lebih sering menyisir di sayap ataupun second striker karena di pos juru gedor terdapat nama legiun asing Carlos Fortes. Ezra Walian juga demikian.(jpg)
JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Pelatih Timnas Indonesia Shin Tae-yong (STY) harus bekerja ekstra keras mencari striker haus gol untuk persiapan menghadapi iven-iven selanjutnya di 2022. Juru taktik asal Korea Selatan itu menyatakan kalau posisi striker menjadi salah satu titik lemah timnas.
Empat striker yang dibawa STY ke Piala AFF 2020 terbilang melempem. Dedik Setiawan, Hanis Saghara Putra, dan Kushedya Hari Yudo gagal mencetak gol. Hanya Ezra Walian yang mencetak dua gol.
- Advertisement -
Padahal, Indonesia menjadi tim dengan penyerangan terbaik lewat 20 gol. Unggul dua gol dari sang juara Thailand dengan 18 gol. Namun, gol-gol yang dicetak merata dari lini belakang, gelandang dan winger. Pososi sayap paling banyak dengan sumbang 8 gol. Dimana Irfan Jaya menjadi pencetak gol terbanyak dengan 3 gol.
Mantan striker Timnas Indonesia Kurniawan Dwi Yulianto menuturkan, apa yang ditampilkan striker Indonesia di Piala AFF tidak bisa disalahkan. “Karena memang sebetulnya striker yang ada di Indonesia punya kualitas,” ujarnya sat dihubungi JPG.
- Advertisement -
Hanya saja, sambungnya, menit bermain ataupun jam terbang para striker di Liga 1 masih lurang. Sehingga, kemampuan para pemain tidak teruji di turnamen internasional. “Karena peningkatan performa dilakukan saat menjalani pertandingan. Dan ini yang menjadi permasalahan, striker kita kurang menit bermain di klub,” ungkapnya.
Si Kurus -julukan Kurniawan Dwi Yulianto- mengamati para penyerang Indonesia di kompetisi Liga 1. Menurutnya, jarang pemain lokal yang bermain reguler dari babak pertama. “Jika di posisi striker bisanya masuk dari bangku cadangan,” ucapnya.
Ataupun, jika main dari awal, posisi para pemain bergeser ke sayap kiri ataupun kanan. Itu juga terjadi bagi keempat striker Indonesia. Dedik Setiawan dan K H Yudo, misalnya. Keduanya lebih sering menyisir di sayap ataupun second striker karena di pos juru gedor terdapat nama legiun asing Carlos Fortes. Ezra Walian juga demikian.(jpg)