PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Dinas Kepemudaan dan Olahraga (Dispora) Riau mengambil keputusan untuk mendegradasi empat cabang olahraga dari program Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) pada 2022. Empat cabang tersebut adalah gulat, tenis meja, tenis lapangan, dan bolabasket. Keputusan itu ternyata mendapat tanggapan dari pengurus cabang olahraga masing-masing.
Ketua Pengurus Provinsi Persatuan Gulat Seluruh Indonesia (PGSI) H Said Saqlul Amri mengatakan, keputusan mendegradasi cabang olahraga dari program PPLP sangat tidak tepat. Terkesan sangat aneh. Seharusnya yang dilakukan evaluasi dan monitoring adalah pelatih dan atletnya. Atau pun pihak-pihak yang ada relevansinya dengan PPLP secara langsung. Jika hasil evaluasi terdapat hasil yang minimal terhadap pelatih, maka pelatihnya yang dievaluasi atau diganti. Begitu juga jika atlet yang tidak maksimal, atletnya yang diganti. Bukan cabornya yang didegradasi.
Kurangnya dukungan pengurus provinsi (Pengprov) juga tidak bisa dijadikan alasan untuk mendegradasi cabor dari PPLP. "Dukungan seperti apa yang harus kami lakukan. Sementara kewenangan dan kebijakan sepenuhnya ada di tangan Dispora Riau. Pelatih merupakan kewenangan Dispora," tegas Said Saqlul, Jumat (31/12).
Hal yang sama disampaikan Sekretaris PGSI Deveri Azwir. Menurutnya, Dispora harusnya berpikir agar dari tahun ke tahun PPLP yang dibina bertambah. Kalau ada kekurangan diperbaiki. Hasil evaluasi pun seharusnya disampaikan secara transfaran, sehingga tidak menimbulkan kecurigaan tentang objektivitas Dispora Riau dalam mengambil kebijakan.
Azwir mengakui, sejak awal 2019 sampai 2021, PPLP Gulat tidak pernah mengikuti kejuaraan karena pandemi Covid-19. Pengurus Pusat (PP) PGSI juga tidak ada menjalankan agenda kegiatan sama sekali karena corona. "Makanya evaluasi dan monitoring apa yang menjadi ukuran Dispora Riau? Realitanya harus jelas," tanya Azwir.
Seperti diketahui, Dispora Riau memutuskan empat dari enam PPLP yang masuk zona merah hasil evaluasi tim Monitoring dan Evaluasi untuk didegradasi. Keempatnya adalah bolabasket, gulat, tenis meja, dan tenis lapangan. Dengan demikian pada 2022, atlet dan pelatih keempat PPLP tersebut dipulangkan. Sedangkan dua PPLP lainnya yakni sepakbola dan bolavoli masih dipertahankan.
Selain mendegradasi empat PPLP, Dispora Riau juga mengusulkan memasukkan atau mempromosikan dua PPLP baru yakni anggar dan panjat tebing. Jika disetujui maka tahun depan, Dispora Riau akan membina 13 PPLP dari APBD Riau.
Ke-13 PPLP tersebut adalah atletik, bolavoli, bulutangkis, dayung, judo, karate, panahan, pencak silat, taekwondo, tinju, sepakbola, anggar, dan panjat tebing.
"Berdasarkan hasil dari tim monitoring dan evaluasi maka hanya empat PPLP yang degradasi. Keempat PPLP dinilai tak memberikan hasil yang maksimal. Selain itu, minat atlet terhadap empat cabang olahraga ini juga kurang. Ini kami lihat dari yang ikut seleksi sebelumnya. Selain itu, dukungan Pengprov cabang bersangkutan juga jadi pertimbangan," kata Kadispora Riau H Boby Rachmat SSTP MSi, Rabu (29/12).
Disinggung promosi anggar dan panjat tebing, Boby mengatakan kedua cabor ini berprestasi. Anggar juara umum di PON XX Papua. Sedangkan, panjat tebing merupakan satu dari 14 cabor yang masuk dalam program Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) yang dicanangkan pemerintah.
Namun, kedua cabor ini akan memulai pembinaan di kabupaten/kota, sesuai dengan tempat training centre (TC) jelang PON lalu. "Panjat tebing di Kabupaten Indragiri Hulu, dan anggar di Bengkalis. Sarana dan dukungan sudah dapat dari pengurus provinsi cabornya dan pemerintah kabupaten," jelasnya.(eca)
Laporan ABUL GAPUR dan DENNI ANDRIAN, Pekanbaru