JAKARTA(RIAUPOS.CO) – Prestasi sepak bola Indonesia yang jeblok dan tata kelola PSSI yang bermasalah, jadi pekerjaan rumah ketua baru yang nantinya terpilih di Kongres Luar Biasa PSSI 2019. Karena itu, dibutuhkan ketua yang bisa full time bekerja untuk PSSI.
“Perlu pakta integritas. Apabila terpilih, maka harus fokus penuh untuk PSSI. Bukan jadi batu loncatan atau pekerjaan sampingan,†kata Bernhard Limbong, caketum PSSI, tadi pagi di area kongres, Shangri-La Hotel, Jakarta.
Dia menambahkan, sebaiknya lepaskan semua atribut saat sudah terpilih. “Jangan seperti pak Edy (Rahmayadi) yang dulu munafik,†lanjut Bernhard.
Ya, setelah menjadi ketum PSSI, Edy memang kemudian mencalonkan diri sebagai calon gubernur Sumut. Dan akhirnya terpilih. Tangkap jabatan itu yang kemudian jadi problem dan berujung mundur dari jabatannya sebagai ketum PSSI.
Bernhard berharap, situasi itu tidak kembali terulang demi kemajuan sepak bola Indonesia.
Terkait kongres, dia mengatakan, memilih mundur di detik-detik terakhir karena kesibukannya. “Saya sangat sibuk. Urus bisnis. Jadi mending mundur,†ujarnya.
Caketum lainnya, Arif Wicaksono mengatakan, apabila tak terpilih, dia memutusy kembali ke jalurnya semula. Dia tidak akan ambil bagian dalam kepengurusan PSSI yang baru.
“Saya biar membantu dari luar. Seperti yang selama ini sudah dilakukan,†tuturnya.
Vijaya Fitriyasa punya pendapat berbeda. Caketum PSSI sekaligus owner Persis Solo itu siap menang maupun kalah. “Apabila terpilih, yang saya lakukan kali pertama adalah memberantas kartel di PSSI,†tuturnya.
“Apabila tidak terpilih, saya akan dukung siapapun yang terpilih dan berharap ketua baru tidak bekerjasama dengan kartel lama,†ujar Vijaya.
Editor : Deslina
Sumber: jawapos.com