Jumat, 22 November 2024
spot_img

Tahun Move On Mobil Listrik

Oleh : Dahlan Iskan

Akankah tahun 2020 menjadi tahun mobil listrik?

Memang kita sudah telat 6 tahun. Tapi rupanya tetap tidak ditemukan jalan lain.

Kita tentu tidak rela presiden kita marah-marah terus.

Soal subsidi BBM.

Soal impor.

Soal refinery.

Juga soal mafia migas.

Saya memang tidak rela kita impor mobil listrik. Teknologinya terlalu sederhana –dibanding mobil bensin– untuk harus impor.

Tapi itu enam atau tujuh tahun lalu.

Sekarang saya sudah move on.

Impor mobil listrik pun saya tidak lagi keberatan.

Di luar sana mobil listrik sudah sangat majunya. Tujuh tahun terakhir. Bahkan Turki saja sudah masuk industri mobil listrik.

Kita memang kembali masuk lubang yang sama –harus tergantung pada mobil impor lagi. Pun ‘hanya’ untuk mobil listrik.

Baca Juga:  Tes Anjlok, Kurang dari 100 Ribu Spesimen

Ups… Kok masih ngomongin itu lagi.

Kan kita harus move on.

Langkah terbaik memerangi subsidi BBM, mafia migas dan refinery adalah mengganti mobil BBM.

Logikanya sudah sangat cetho welo-welo. Jumlah mobil bensin/solar naik terus. Produksi minyak kita turun terus.

Dengan logika itu mungkinkah kita mengurangi impor BBM –berikut mafianya?

Sudahlah, jadikan tahun 2020 tahun Mobil Listrik –merk impor sekali pun. Bangun pabrik perakitannya. Simple kok.

Berlakukan insentif dan disinsentif. Permudah urusan izin pemakaiannya –jangan lagi ada suara mobil listrik harus lulus uji emisi!

Inilah edisi disway paling pendek selama 2 tahun umurnya –dengan kemungkinan komentar terpanjang dari pembaca.

Ini sekaligus sebagai penutup tahun 2019 –dan pembuka tahun 2020.

Baca Juga:  Menggapai Mimpi dari Sawit Riau

Mau ditulis panjang pun intinyanya ya hanya itu.

Selamat tahun baru Mobil Listrik –hehe.

 

Sumber: Pojoksatu.id

Editor: E Sulaiman

Oleh : Dahlan Iskan

Akankah tahun 2020 menjadi tahun mobil listrik?

- Advertisement -

Memang kita sudah telat 6 tahun. Tapi rupanya tetap tidak ditemukan jalan lain.

Kita tentu tidak rela presiden kita marah-marah terus.

- Advertisement -

Soal subsidi BBM.

Soal impor.

Soal refinery.

Juga soal mafia migas.

Saya memang tidak rela kita impor mobil listrik. Teknologinya terlalu sederhana –dibanding mobil bensin– untuk harus impor.

Tapi itu enam atau tujuh tahun lalu.

Sekarang saya sudah move on.

Impor mobil listrik pun saya tidak lagi keberatan.

Di luar sana mobil listrik sudah sangat majunya. Tujuh tahun terakhir. Bahkan Turki saja sudah masuk industri mobil listrik.

Kita memang kembali masuk lubang yang sama –harus tergantung pada mobil impor lagi. Pun ‘hanya’ untuk mobil listrik.

Baca Juga:  Tes Anjlok, Kurang dari 100 Ribu Spesimen

Ups… Kok masih ngomongin itu lagi.

Kan kita harus move on.

Langkah terbaik memerangi subsidi BBM, mafia migas dan refinery adalah mengganti mobil BBM.

Logikanya sudah sangat cetho welo-welo. Jumlah mobil bensin/solar naik terus. Produksi minyak kita turun terus.

Dengan logika itu mungkinkah kita mengurangi impor BBM –berikut mafianya?

Sudahlah, jadikan tahun 2020 tahun Mobil Listrik –merk impor sekali pun. Bangun pabrik perakitannya. Simple kok.

Berlakukan insentif dan disinsentif. Permudah urusan izin pemakaiannya –jangan lagi ada suara mobil listrik harus lulus uji emisi!

Inilah edisi disway paling pendek selama 2 tahun umurnya –dengan kemungkinan komentar terpanjang dari pembaca.

Ini sekaligus sebagai penutup tahun 2019 –dan pembuka tahun 2020.

Baca Juga:  Seorang WNI Luka-Luka Akibat Ledakan di Lebanon

Mau ditulis panjang pun intinyanya ya hanya itu.

Selamat tahun baru Mobil Listrik –hehe.

 

Sumber: Pojoksatu.id

Editor: E Sulaiman

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari