Senin, 8 September 2025
spot_img

Tahun Move On Mobil Listrik

Oleh : Dahlan Iskan

Akankah tahun 2020 menjadi tahun mobil listrik?

Memang kita sudah telat 6 tahun. Tapi rupanya tetap tidak ditemukan jalan lain.

Kita tentu tidak rela presiden kita marah-marah terus.

Soal subsidi BBM.

Soal impor.

Soal refinery.

Juga soal mafia migas.

Saya memang tidak rela kita impor mobil listrik. Teknologinya terlalu sederhana –dibanding mobil bensin– untuk harus impor.

Tapi itu enam atau tujuh tahun lalu.

Sekarang saya sudah move on.

Impor mobil listrik pun saya tidak lagi keberatan.

Di luar sana mobil listrik sudah sangat majunya. Tujuh tahun terakhir. Bahkan Turki saja sudah masuk industri mobil listrik.

Kita memang kembali masuk lubang yang sama –harus tergantung pada mobil impor lagi. Pun ‘hanya’ untuk mobil listrik.

Baca Juga:  Menko Airlangga Optimis Pemanfaatan Iptek Dorong Pertumbuhan Ekonomi

Ups… Kok masih ngomongin itu lagi.

Kan kita harus move on.

Langkah terbaik memerangi subsidi BBM, mafia migas dan refinery adalah mengganti mobil BBM.

Logikanya sudah sangat cetho welo-welo. Jumlah mobil bensin/solar naik terus. Produksi minyak kita turun terus.

Dengan logika itu mungkinkah kita mengurangi impor BBM –berikut mafianya?

Sudahlah, jadikan tahun 2020 tahun Mobil Listrik –merk impor sekali pun. Bangun pabrik perakitannya. Simple kok.

Berlakukan insentif dan disinsentif. Permudah urusan izin pemakaiannya –jangan lagi ada suara mobil listrik harus lulus uji emisi!

Inilah edisi disway paling pendek selama 2 tahun umurnya –dengan kemungkinan komentar terpanjang dari pembaca.

Ini sekaligus sebagai penutup tahun 2019 –dan pembuka tahun 2020.

Baca Juga:  Akhirnya Trump Minta Tolong kepada Xi Jinping

Mau ditulis panjang pun intinyanya ya hanya itu.

Selamat tahun baru Mobil Listrik –hehe.

 

Sumber: Pojoksatu.id

Editor: E Sulaiman

Oleh : Dahlan Iskan

Akankah tahun 2020 menjadi tahun mobil listrik?

Memang kita sudah telat 6 tahun. Tapi rupanya tetap tidak ditemukan jalan lain.

Kita tentu tidak rela presiden kita marah-marah terus.

Soal subsidi BBM.

- Advertisement -

Soal impor.

Soal refinery.

- Advertisement -

Juga soal mafia migas.

Saya memang tidak rela kita impor mobil listrik. Teknologinya terlalu sederhana –dibanding mobil bensin– untuk harus impor.

Tapi itu enam atau tujuh tahun lalu.

Sekarang saya sudah move on.

Impor mobil listrik pun saya tidak lagi keberatan.

Di luar sana mobil listrik sudah sangat majunya. Tujuh tahun terakhir. Bahkan Turki saja sudah masuk industri mobil listrik.

Kita memang kembali masuk lubang yang sama –harus tergantung pada mobil impor lagi. Pun ‘hanya’ untuk mobil listrik.

Baca Juga:  Akhirnya Trump Minta Tolong kepada Xi Jinping

Ups… Kok masih ngomongin itu lagi.

Kan kita harus move on.

Langkah terbaik memerangi subsidi BBM, mafia migas dan refinery adalah mengganti mobil BBM.

Logikanya sudah sangat cetho welo-welo. Jumlah mobil bensin/solar naik terus. Produksi minyak kita turun terus.

Dengan logika itu mungkinkah kita mengurangi impor BBM –berikut mafianya?

Sudahlah, jadikan tahun 2020 tahun Mobil Listrik –merk impor sekali pun. Bangun pabrik perakitannya. Simple kok.

Berlakukan insentif dan disinsentif. Permudah urusan izin pemakaiannya –jangan lagi ada suara mobil listrik harus lulus uji emisi!

Inilah edisi disway paling pendek selama 2 tahun umurnya –dengan kemungkinan komentar terpanjang dari pembaca.

Ini sekaligus sebagai penutup tahun 2019 –dan pembuka tahun 2020.

Baca Juga:  Kasmarni: PAD Bengkalis Naik Signifikan

Mau ditulis panjang pun intinyanya ya hanya itu.

Selamat tahun baru Mobil Listrik –hehe.

 

Sumber: Pojoksatu.id

Editor: E Sulaiman

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari

Oleh : Dahlan Iskan

Akankah tahun 2020 menjadi tahun mobil listrik?

Memang kita sudah telat 6 tahun. Tapi rupanya tetap tidak ditemukan jalan lain.

Kita tentu tidak rela presiden kita marah-marah terus.

Soal subsidi BBM.

Soal impor.

Soal refinery.

Juga soal mafia migas.

Saya memang tidak rela kita impor mobil listrik. Teknologinya terlalu sederhana –dibanding mobil bensin– untuk harus impor.

Tapi itu enam atau tujuh tahun lalu.

Sekarang saya sudah move on.

Impor mobil listrik pun saya tidak lagi keberatan.

Di luar sana mobil listrik sudah sangat majunya. Tujuh tahun terakhir. Bahkan Turki saja sudah masuk industri mobil listrik.

Kita memang kembali masuk lubang yang sama –harus tergantung pada mobil impor lagi. Pun ‘hanya’ untuk mobil listrik.

Baca Juga:  Mewah, Jaksa Pinangki Habiskan Puluhan Juta Sebulan

Ups… Kok masih ngomongin itu lagi.

Kan kita harus move on.

Langkah terbaik memerangi subsidi BBM, mafia migas dan refinery adalah mengganti mobil BBM.

Logikanya sudah sangat cetho welo-welo. Jumlah mobil bensin/solar naik terus. Produksi minyak kita turun terus.

Dengan logika itu mungkinkah kita mengurangi impor BBM –berikut mafianya?

Sudahlah, jadikan tahun 2020 tahun Mobil Listrik –merk impor sekali pun. Bangun pabrik perakitannya. Simple kok.

Berlakukan insentif dan disinsentif. Permudah urusan izin pemakaiannya –jangan lagi ada suara mobil listrik harus lulus uji emisi!

Inilah edisi disway paling pendek selama 2 tahun umurnya –dengan kemungkinan komentar terpanjang dari pembaca.

Ini sekaligus sebagai penutup tahun 2019 –dan pembuka tahun 2020.

Baca Juga:  Tekanan Meningkat Pemimpin 

Mau ditulis panjang pun intinyanya ya hanya itu.

Selamat tahun baru Mobil Listrik –hehe.

 

Sumber: Pojoksatu.id

Editor: E Sulaiman

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari