Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Zoya Jelaskan Ragam Penyimpangan Seksual

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Dunia media sosial dihebohkan dengan kabar viral dugaan pelecehan seksual dengan cara "Fetish" menggunakan kain jarik dan korbannya dibungkus seperti pocong. Sebetulnya mengapa seseorang bisa sampai berperilaku aneh atau tak umum seperti itu?

Seksolog Zoya Amirin menilai, tentunya seorang ahli tak bisa mengeneralisir semua tindakan penyimpangan seksual seseorang tanpa mendiagnosa individu tersebut. Namun secara umum, memang terdapat penyimpangan seksual atau sexual disorder yang bisa dialami oleh seseorang.

"Ada banyak penyimpangan seperti Paraphilia, Eksibisionis, BDSM, sadomasokis, pedofil, hingga Fetish. Fetish masuk dalam kategori Paraphilia," jelasnya kepada JawaPos.com, Jumat (31/7).

Paraphilia adalah perilaku seksual menyimpang (menurut DSM V atau Diagnostic Statistical Manual for Mental Disorder V). Fetish adalah bagian dari Paraphilia, perilaku seksual menyimpang di mana Individu merasa terangsang pada bagian tubuh nonton seksual (selain payudara dan kelamin).

"Seperti jempol kaki, betis, ketiak, jari tangan, perempuan gemuk misalnya. Atau terangsang pada benda benda nonton seksual (selain pakaian dalam dan lingerie) seperti kain kafan, selimut bayi, kaos kaki, sepatu hak tinggi," kata Zoya.

Baca Juga:  Menag Tegaskan Tidak Ada Radikalisme di Pesantren

Nah ada juga jenis penyimpangan seksual lainnya yaitu Necrophilia. Adalah individu yang terangsang dengan individu yang tidak berdaya, dalam keadaan koma atau menjadi mayat.

"Dalam kasus yang ramai di media sosial, kemungkinan bisa mengalami gangguan campuran yakni Fetish-Necrophilia. Jadi terangsang saat korbannya seperti mayat, tak berdaya, dan terbujur kaku," ungkapnya.

Menurut Zoya, biasanya ada pelaku Paraphilia yang jenis Fetish bersifat Non-coercive atau tidak memaksa. Dan ada yang tipe memaksa (coercive). Kondisi ini masuk dalam ranah pelecehan seksual.

"Karena manipulasi dengan kedok riset sebagai modusnya. Masuk dalam kategori pelecehan seksual," tuturnya.

Penyimpangan Akut dan Biasa

Penyimpangan kategori biasa, biasanya dialami seseorang bisa terangsang jika melakukan penyimpangan dan sudah berhubungan intim. Sedangkan penyimpangan akut, hanya dengan melihat targetnya saja menggunakan benda-benda yang membuat pelaku nyaman, sudah bisa mengalami ereksi dan ejakulasi.

"Dalam kasus ini, pelaku bisa mengarah ke akut. Mild akut. Karena katanya meraba-raba korbannya," ujarnya.

Baca Juga:  Dorong Petani Tingkatkan Hasil Produksi Pangan di Rokan Hulu

Banyak Terjadi Pada Pria

Menurut Zoya, perilaku Paraphilia banyak terjadi pada pria. Hal itu disebabkan budaya patriarki yang banyak terjadi di berbagai belahan dunia, yang membuat pria harus berusaha tetap kuat dan tegar sekalipun mereka ingin menangis.

"Sehingga terjadi displacement atau perilaku yang tak sesuai. Bisa juga karena pola asuh orang tua, atau jatuh cinta kemudian sedih karena pernah ditolak, trauma masa lalu dan lainnya," katanya.

Saat pelaku menggunakan kain jarik sebagai metode atau media kepada korban, menurut Zoya bisa jadi kain itulah yang membuatnya nyaman. Bisa jadi kain tersebut memiliki kenangan yang bisa membuat nyaman bagi pelakunya.

"Bisa kok dengan selimut bayi, bisa jadi kain jarik itu membuatnya nyaman saat kecil. Secara tak langsung alam bawah sadarnya membawanya ke masa lalu pada benda-benda yang membuatnya nyaman," tutupnya.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi

 

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Dunia media sosial dihebohkan dengan kabar viral dugaan pelecehan seksual dengan cara "Fetish" menggunakan kain jarik dan korbannya dibungkus seperti pocong. Sebetulnya mengapa seseorang bisa sampai berperilaku aneh atau tak umum seperti itu?

Seksolog Zoya Amirin menilai, tentunya seorang ahli tak bisa mengeneralisir semua tindakan penyimpangan seksual seseorang tanpa mendiagnosa individu tersebut. Namun secara umum, memang terdapat penyimpangan seksual atau sexual disorder yang bisa dialami oleh seseorang.

- Advertisement -

"Ada banyak penyimpangan seperti Paraphilia, Eksibisionis, BDSM, sadomasokis, pedofil, hingga Fetish. Fetish masuk dalam kategori Paraphilia," jelasnya kepada JawaPos.com, Jumat (31/7).

Paraphilia adalah perilaku seksual menyimpang (menurut DSM V atau Diagnostic Statistical Manual for Mental Disorder V). Fetish adalah bagian dari Paraphilia, perilaku seksual menyimpang di mana Individu merasa terangsang pada bagian tubuh nonton seksual (selain payudara dan kelamin).

- Advertisement -

"Seperti jempol kaki, betis, ketiak, jari tangan, perempuan gemuk misalnya. Atau terangsang pada benda benda nonton seksual (selain pakaian dalam dan lingerie) seperti kain kafan, selimut bayi, kaos kaki, sepatu hak tinggi," kata Zoya.

Baca Juga:  Menteri Agama Minta Pernyataan Jenderal Dudung Tidak Perlu Dipermasalahkan

Nah ada juga jenis penyimpangan seksual lainnya yaitu Necrophilia. Adalah individu yang terangsang dengan individu yang tidak berdaya, dalam keadaan koma atau menjadi mayat.

"Dalam kasus yang ramai di media sosial, kemungkinan bisa mengalami gangguan campuran yakni Fetish-Necrophilia. Jadi terangsang saat korbannya seperti mayat, tak berdaya, dan terbujur kaku," ungkapnya.

Menurut Zoya, biasanya ada pelaku Paraphilia yang jenis Fetish bersifat Non-coercive atau tidak memaksa. Dan ada yang tipe memaksa (coercive). Kondisi ini masuk dalam ranah pelecehan seksual.

"Karena manipulasi dengan kedok riset sebagai modusnya. Masuk dalam kategori pelecehan seksual," tuturnya.

Penyimpangan Akut dan Biasa

Penyimpangan kategori biasa, biasanya dialami seseorang bisa terangsang jika melakukan penyimpangan dan sudah berhubungan intim. Sedangkan penyimpangan akut, hanya dengan melihat targetnya saja menggunakan benda-benda yang membuat pelaku nyaman, sudah bisa mengalami ereksi dan ejakulasi.

"Dalam kasus ini, pelaku bisa mengarah ke akut. Mild akut. Karena katanya meraba-raba korbannya," ujarnya.

Baca Juga:  MA Enggan Bantu KPK untuk Cari Nurhadi

Banyak Terjadi Pada Pria

Menurut Zoya, perilaku Paraphilia banyak terjadi pada pria. Hal itu disebabkan budaya patriarki yang banyak terjadi di berbagai belahan dunia, yang membuat pria harus berusaha tetap kuat dan tegar sekalipun mereka ingin menangis.

"Sehingga terjadi displacement atau perilaku yang tak sesuai. Bisa juga karena pola asuh orang tua, atau jatuh cinta kemudian sedih karena pernah ditolak, trauma masa lalu dan lainnya," katanya.

Saat pelaku menggunakan kain jarik sebagai metode atau media kepada korban, menurut Zoya bisa jadi kain itulah yang membuatnya nyaman. Bisa jadi kain tersebut memiliki kenangan yang bisa membuat nyaman bagi pelakunya.

"Bisa kok dengan selimut bayi, bisa jadi kain jarik itu membuatnya nyaman saat kecil. Secara tak langsung alam bawah sadarnya membawanya ke masa lalu pada benda-benda yang membuatnya nyaman," tutupnya.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari