Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Kasus Terus Menanjak, BOR Lampaui 10 Persen

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Data Satgas Covid-19 menunjukkan bahwa kasus positif terus menanjak. Kemarin (30/1), pertambahan kasus positif harian mencapai 12.422 kasus baru dengan tingkat positivity rate harian mencapai 6,04 persen dan mingguan 3,12 persen.

Data terakhir yang dirilis oleh pemerintah, tingkat keterisian tempat tidur (bed occupancy rate: BOR) rata-rata nasional per 27 Januari 2022 mencapai  10,82 persen. Provinsi dengan cakupan BOR tertinggi adalah DKI Jakarta dengan tingkat keterisian 41 persen, disusul Provinsi Banten 16 persen, Jawa Barat 11 persen.

Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa saat ini BOR nasional telah melebihi 10 persen cakupan. Menghadapi lonjakan kasus tersebut, keperluan ruang isolasi terpusat terus ditambah. Panglima Komando Tugas Gabungan Terpadu Satgas Covid-19 Jakarta Mayjen TNI Untung Budiharto menyampaikan bahwa pihaknya sudah menyiapkan Rumah Susun (Rusun) Daan Mogot di Cengkareng, Jakarta Barat sebagai back up.

Tidak kurang 500 ruang perawatan dia siapkan untuk mengantisipasi lonjakan pasien baru Covid-19 di Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran dan Wisma Atlet Pademangan. Dengan kondisi saat ini, Untung melihat, sudah waktunya mempersiapkan tempat perawatan pasien yang baru.

"Rusun Daan Mogot akan disiapkan sebagai tempat isolasi cadangan bagi pasien Covid-19 tanpa gejala atau OTG," terang Untung melalui keterangan resmi yang diterima oleh Jawa Pos (JPG), kemarin (30/1).  

Menurut jenderal bintang dua TNI AD itu, 500 ruang perawatan yang disiapkan di Rusun Daan Mogot berada di dua tower. Untung memastikan, instansinya menyiapkan Rusun Daan Mogot dengan baik. Dia ingin fungsi fasilitas itu benar-benar optimal. "Baik dari pengamanan dan sarana prasarana. Sehingga dapat menjadi tempat isolasi cadangan apabila RSDC Wisma Atlet dan Wisma Atlet Pademangan tidak mampu lagi menerima pasien," bebernya.

Secara tegas, dia pun menyampaikan, instansinya berkomitmen kuat memberikan pelayanan terbaik. Sampai kemarin, jumlah pasien Covid-19 yang dirawat di RSDC Wisma Atlet Kemayoran sebanyak 4.483 orang. Angka tersebut jauh lebih besar dari Sabtu (29/1). Yakni 3.945 pasien. "Bertambah 548 orang," ungkap Kepala Penerangan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan I Kolonel Marinir Aris Mudian.

Selurus pasien itu kini dirawat di tiga tower. Mulai tower empat, lima, dan enam. Sementara itu, jumlah pasien Covid-19 yang mendapat perawatan di Wisma Atlet Pademangan sebanyak 1.710 orang. Mereka dirawat di tower delapan, sembilan, dan sepuluh. Selain RSDC Wisma Atlet Kemayoran dan Wisma Atlet Pademangan, para pasien Covid-19 di Jakarta ada yang dirawat di RSDC Rusun Pasar Rumput sebanyak 3.029 pasien dan RSDC Rusun Nagrak sebanyak 2.600 pasien.

Baca Juga:  Cina: Amerika Berlebihan tentang Hulu Ledak Nuklir

Selain itu, pemberian vaksinasi dosis ketiga juga terus digencarkan. Kemarin (30/1) kecepatan vaksinasi dosis 3 mencapai rekor dengan hampir 3 juta suntikan dalam waktu sehari. Yakni  tepatnya 2.817.741 suntikan. Pemerintah bakal menfokuskan pemberian Vaksin AstraZeneca sebagai vaksin booster pada trimester pertama tahun ini. Alasannya karena stok vaksin ini masih cukup banyak.

Sabtu (29/1), Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmidzi menyatakan, sesuai dengan ketentuan, vaksin AstraZeneca dapat digunakan dengan interval delapan sampai 12 minggu.

Untuk mempercepat pencapaian dosis primer maka vaksin AstraZeneca diberikan dengan interval delapan minggu. "Regimen dosis lanjutan (booster, red) yang diberikan pada triwulan pertama 2022 yaitu untuk sasaran dengan dosis primer Sinovac akan diberikan vaksin AstraZeneca separuh dosis  atau vaksin Pfizer separuh dosis," kata Nadia.  

Sementara untuk sasaran dengan dosis primer AstraZeneca maka diberikan vaksin Moderna atau Pfizer, yang masing-masing diberikan setengah dosis. Bisa juga diberikan AstraZeneca dengan dosis penuh.(0,5 ml).

Nadia menegaskan, pelaksanaan vaksinasi program dosis booster dapat dilaksanakan secara serentak di seluruh kabupaten/kota bagi masyarakat umum tanpa menunggu target capaian 70 persen dan cakupan dosis pertama lansia minimal 60 persen. Penerima vaksin booster harus bisa menunjukkan NIK, berusia 18 tahun ke atas, dan sudah mendapatkan vaksinasi primer minimal enam bulan sebelumnya.
Vaksinasi menjadi salah satu senjata pemerintah dalam penanganan Covid-19. Terutama pada varian Omicron. Setelah ada transmisi lokal, maka pemerintah memprediksi akan terjadi lonjakan kenaikan kasus konfirmasi. Bahkan, Presiden Joko Widodo pun telah menyatakan bahwa beberapa minggu ke depan akan terjadi kenaikan kasu.  

"Perbaikan berbagai sarana prasarana fasilitas kesehatan disesuaikan dengan karakter varian omicron yang berbeda dengan sebelumnya," kata Jokowi.

Semua kasus Omicron memerlukan layanan kesehatan namun karena gejalanya tidak membahayakan. Dia juga meminta agar pasien terkonfirmasi Omicron harus diminimalisir kontak dengan orang lain. Ketika hasil tes PCR positif tanpa ada gejala pasien diminta melakukan isolasi mandiri di rumah selama lima hari. Bila ada gejala batuk, pilek, demam pasien bisa mengakses layanan telemedisin.

Dengan demikian fasilitas kesehatan dapat lebih fokus menangani pasien dengan gejala berat maupun pasien dengan penyakit lain yang membutuhkan layanan intensif. Pemerintah melakukan strategi berbeda antara menghadapi Omicron dengan Delta. Dalam menghadapai varian Delta pemerintah memfokuskan pada penyediaan kapasitas RS yang tinggi. Sementara dalam menghadapi omicron, pemerintah memfokuskan pada isoman disertai layanan telemedisin.

Baca Juga:  Minta Ruangan Baru, Puluhan Imigran Demo Rudenim

Di sisi lain, menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G. Plate mengingatkan masyarakat bahwa vaksinasi sangat perlu dikejar terutama bagi kelompok berisiko tinggi seperti lansia. "Perlu kerjasama semua pihak dalam mendukung percepatan dan perluasan cakupan vaksinasi untuk lansia. Hal ini karena golongan lansia adalah kelompok yang paling berisiko," katanya.

Meski demikian, saat ini baru sekitar 15,5 juta lansia di Indonesia yang mendapatkan vaksin dan 10 juta di antaranya mendapatkan dosis kedua. Padahal kelompok ini memiliki risiko lebih tinggi terhadap keparahan dan tingkat kematian jika manakala terinfeksi. Plate menyebut 46,8 persen kasus kematian adalah lansia.

Sedangkan terkait cakupan vaksinasi secara umum, Johnny menyampaikan bahwa sudah lebih dari 180 juta orang Indonesia yang mendapatkan dosis pertama vaksin dan lebih dari 120 juta di antaranya sudah mendapatkan dosis kedua.

Virus Baru Neocov

Sementara itu, dalam beberapa hari terakhir, muncul pemberitaan mengenai virus baru Neocov yang dikaitkan dengan infeksi pernapasan dari timur tengah MERS. Ilmuwan dari Wuhan menyebut bahwa virus ini menyebar pada kalelawar di afrika selatan dan berpotensi menimbulkan bahaya pada manusia di masa depan.

Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara Prof. Tjandra Yoga Aditama, perlu pembuktian lebih jauh bahwa virus ini bisa menular pada manusia. "Sejauh ini baru berdasar analisa di laporan artikel, sejauh ini sekarang belum menulari manusia," jelas Yoga.

Yoga menjelaskan, pada artikel tentang virus tersebut, Neo Cov bisa berpengaruh pada manusia jika bermutasi lagi. Namun, belum ada bukti bahwa virus akan bermutasi lagi. "Bisa saja tetap seperti sekarang dan tidak bermutasi lagi," jelasnya.

Teori lain menyebut karena NeoCoV juga merupakan salah satu virus Corona yang juga menjadi penyebab MERS CoV dan juga penyebab Covid-19. Maka menurut Yoga wajar saja seseorang berteori bahwa kalau nanti NeoCoV bermutasi maka bisa saja diduga bahwa penularannya akan seperti Covid-19 dan fatalitasnya seperti MERS CoV. "Tapi ini kalau Neo CoV bermutasi ke arah itu, bisa saja mutasinya kalau toh ada, akan ke arah lain lagi," kata Yoga.

Direktur Pascasarjana Universitas Yarsi ini juga menekankan bahwa kemunculan virus dari waktu ke waktu sudah terjadi sejak dulu. Tetapi karena saat ini pandemi Covid-19, maka semua orang jadi sangat memperhatikan perkembangan virus.

Para ahli virologi dunia akan terus meneliti dan mengawasi kemunculan virus-virus baru ini. Yoga menghimbau agar masyarakat bisa mengambil berita dari sumber-sumber terpercaya. (tau/jpg)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Data Satgas Covid-19 menunjukkan bahwa kasus positif terus menanjak. Kemarin (30/1), pertambahan kasus positif harian mencapai 12.422 kasus baru dengan tingkat positivity rate harian mencapai 6,04 persen dan mingguan 3,12 persen.

Data terakhir yang dirilis oleh pemerintah, tingkat keterisian tempat tidur (bed occupancy rate: BOR) rata-rata nasional per 27 Januari 2022 mencapai  10,82 persen. Provinsi dengan cakupan BOR tertinggi adalah DKI Jakarta dengan tingkat keterisian 41 persen, disusul Provinsi Banten 16 persen, Jawa Barat 11 persen.

- Advertisement -

Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa saat ini BOR nasional telah melebihi 10 persen cakupan. Menghadapi lonjakan kasus tersebut, keperluan ruang isolasi terpusat terus ditambah. Panglima Komando Tugas Gabungan Terpadu Satgas Covid-19 Jakarta Mayjen TNI Untung Budiharto menyampaikan bahwa pihaknya sudah menyiapkan Rumah Susun (Rusun) Daan Mogot di Cengkareng, Jakarta Barat sebagai back up.

Tidak kurang 500 ruang perawatan dia siapkan untuk mengantisipasi lonjakan pasien baru Covid-19 di Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran dan Wisma Atlet Pademangan. Dengan kondisi saat ini, Untung melihat, sudah waktunya mempersiapkan tempat perawatan pasien yang baru.

- Advertisement -

"Rusun Daan Mogot akan disiapkan sebagai tempat isolasi cadangan bagi pasien Covid-19 tanpa gejala atau OTG," terang Untung melalui keterangan resmi yang diterima oleh Jawa Pos (JPG), kemarin (30/1).  

Menurut jenderal bintang dua TNI AD itu, 500 ruang perawatan yang disiapkan di Rusun Daan Mogot berada di dua tower. Untung memastikan, instansinya menyiapkan Rusun Daan Mogot dengan baik. Dia ingin fungsi fasilitas itu benar-benar optimal. "Baik dari pengamanan dan sarana prasarana. Sehingga dapat menjadi tempat isolasi cadangan apabila RSDC Wisma Atlet dan Wisma Atlet Pademangan tidak mampu lagi menerima pasien," bebernya.

Secara tegas, dia pun menyampaikan, instansinya berkomitmen kuat memberikan pelayanan terbaik. Sampai kemarin, jumlah pasien Covid-19 yang dirawat di RSDC Wisma Atlet Kemayoran sebanyak 4.483 orang. Angka tersebut jauh lebih besar dari Sabtu (29/1). Yakni 3.945 pasien. "Bertambah 548 orang," ungkap Kepala Penerangan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan I Kolonel Marinir Aris Mudian.

Selurus pasien itu kini dirawat di tiga tower. Mulai tower empat, lima, dan enam. Sementara itu, jumlah pasien Covid-19 yang mendapat perawatan di Wisma Atlet Pademangan sebanyak 1.710 orang. Mereka dirawat di tower delapan, sembilan, dan sepuluh. Selain RSDC Wisma Atlet Kemayoran dan Wisma Atlet Pademangan, para pasien Covid-19 di Jakarta ada yang dirawat di RSDC Rusun Pasar Rumput sebanyak 3.029 pasien dan RSDC Rusun Nagrak sebanyak 2.600 pasien.

Baca Juga:  Cina: Amerika Berlebihan tentang Hulu Ledak Nuklir

Selain itu, pemberian vaksinasi dosis ketiga juga terus digencarkan. Kemarin (30/1) kecepatan vaksinasi dosis 3 mencapai rekor dengan hampir 3 juta suntikan dalam waktu sehari. Yakni  tepatnya 2.817.741 suntikan. Pemerintah bakal menfokuskan pemberian Vaksin AstraZeneca sebagai vaksin booster pada trimester pertama tahun ini. Alasannya karena stok vaksin ini masih cukup banyak.

Sabtu (29/1), Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmidzi menyatakan, sesuai dengan ketentuan, vaksin AstraZeneca dapat digunakan dengan interval delapan sampai 12 minggu.

Untuk mempercepat pencapaian dosis primer maka vaksin AstraZeneca diberikan dengan interval delapan minggu. "Regimen dosis lanjutan (booster, red) yang diberikan pada triwulan pertama 2022 yaitu untuk sasaran dengan dosis primer Sinovac akan diberikan vaksin AstraZeneca separuh dosis  atau vaksin Pfizer separuh dosis," kata Nadia.  

Sementara untuk sasaran dengan dosis primer AstraZeneca maka diberikan vaksin Moderna atau Pfizer, yang masing-masing diberikan setengah dosis. Bisa juga diberikan AstraZeneca dengan dosis penuh.(0,5 ml).

Nadia menegaskan, pelaksanaan vaksinasi program dosis booster dapat dilaksanakan secara serentak di seluruh kabupaten/kota bagi masyarakat umum tanpa menunggu target capaian 70 persen dan cakupan dosis pertama lansia minimal 60 persen. Penerima vaksin booster harus bisa menunjukkan NIK, berusia 18 tahun ke atas, dan sudah mendapatkan vaksinasi primer minimal enam bulan sebelumnya.
Vaksinasi menjadi salah satu senjata pemerintah dalam penanganan Covid-19. Terutama pada varian Omicron. Setelah ada transmisi lokal, maka pemerintah memprediksi akan terjadi lonjakan kenaikan kasus konfirmasi. Bahkan, Presiden Joko Widodo pun telah menyatakan bahwa beberapa minggu ke depan akan terjadi kenaikan kasu.  

"Perbaikan berbagai sarana prasarana fasilitas kesehatan disesuaikan dengan karakter varian omicron yang berbeda dengan sebelumnya," kata Jokowi.

Semua kasus Omicron memerlukan layanan kesehatan namun karena gejalanya tidak membahayakan. Dia juga meminta agar pasien terkonfirmasi Omicron harus diminimalisir kontak dengan orang lain. Ketika hasil tes PCR positif tanpa ada gejala pasien diminta melakukan isolasi mandiri di rumah selama lima hari. Bila ada gejala batuk, pilek, demam pasien bisa mengakses layanan telemedisin.

Dengan demikian fasilitas kesehatan dapat lebih fokus menangani pasien dengan gejala berat maupun pasien dengan penyakit lain yang membutuhkan layanan intensif. Pemerintah melakukan strategi berbeda antara menghadapi Omicron dengan Delta. Dalam menghadapai varian Delta pemerintah memfokuskan pada penyediaan kapasitas RS yang tinggi. Sementara dalam menghadapi omicron, pemerintah memfokuskan pada isoman disertai layanan telemedisin.

Baca Juga:  9 Artis yang Rumahnya Kebanjiran di Jakarta

Di sisi lain, menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G. Plate mengingatkan masyarakat bahwa vaksinasi sangat perlu dikejar terutama bagi kelompok berisiko tinggi seperti lansia. "Perlu kerjasama semua pihak dalam mendukung percepatan dan perluasan cakupan vaksinasi untuk lansia. Hal ini karena golongan lansia adalah kelompok yang paling berisiko," katanya.

Meski demikian, saat ini baru sekitar 15,5 juta lansia di Indonesia yang mendapatkan vaksin dan 10 juta di antaranya mendapatkan dosis kedua. Padahal kelompok ini memiliki risiko lebih tinggi terhadap keparahan dan tingkat kematian jika manakala terinfeksi. Plate menyebut 46,8 persen kasus kematian adalah lansia.

Sedangkan terkait cakupan vaksinasi secara umum, Johnny menyampaikan bahwa sudah lebih dari 180 juta orang Indonesia yang mendapatkan dosis pertama vaksin dan lebih dari 120 juta di antaranya sudah mendapatkan dosis kedua.

Virus Baru Neocov

Sementara itu, dalam beberapa hari terakhir, muncul pemberitaan mengenai virus baru Neocov yang dikaitkan dengan infeksi pernapasan dari timur tengah MERS. Ilmuwan dari Wuhan menyebut bahwa virus ini menyebar pada kalelawar di afrika selatan dan berpotensi menimbulkan bahaya pada manusia di masa depan.

Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara Prof. Tjandra Yoga Aditama, perlu pembuktian lebih jauh bahwa virus ini bisa menular pada manusia. "Sejauh ini baru berdasar analisa di laporan artikel, sejauh ini sekarang belum menulari manusia," jelas Yoga.

Yoga menjelaskan, pada artikel tentang virus tersebut, Neo Cov bisa berpengaruh pada manusia jika bermutasi lagi. Namun, belum ada bukti bahwa virus akan bermutasi lagi. "Bisa saja tetap seperti sekarang dan tidak bermutasi lagi," jelasnya.

Teori lain menyebut karena NeoCoV juga merupakan salah satu virus Corona yang juga menjadi penyebab MERS CoV dan juga penyebab Covid-19. Maka menurut Yoga wajar saja seseorang berteori bahwa kalau nanti NeoCoV bermutasi maka bisa saja diduga bahwa penularannya akan seperti Covid-19 dan fatalitasnya seperti MERS CoV. "Tapi ini kalau Neo CoV bermutasi ke arah itu, bisa saja mutasinya kalau toh ada, akan ke arah lain lagi," kata Yoga.

Direktur Pascasarjana Universitas Yarsi ini juga menekankan bahwa kemunculan virus dari waktu ke waktu sudah terjadi sejak dulu. Tetapi karena saat ini pandemi Covid-19, maka semua orang jadi sangat memperhatikan perkembangan virus.

Para ahli virologi dunia akan terus meneliti dan mengawasi kemunculan virus-virus baru ini. Yoga menghimbau agar masyarakat bisa mengambil berita dari sumber-sumber terpercaya. (tau/jpg)

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari