Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Coldplay Rilis Album Terbaru Music of the Spheres, Terinspirasi dari Banyak Hal

Di usia nyaris seperempat abad, Coldplay belum puas bereksplorasi. Di Music of the Spheres yang rilis Oktober nanti, grup asal Inggris itu bakal menjelajah luar angkasa. Chris Martin dan kawan-kawan menjanjikan musik lintas generasi dan genre.

Laporan: Jawapos.com

COLDPLAY memulai pemanasan jelang rilis album kesembilannya, Music of the Spheres. Pada Mei lalu, mereka merilis lagu Higher Power. Drumer Will Champion menjelaskan, lagu synth-pop itu terinspirasi musik era 1980-an.

’’Aku besar mendengarkan lagu pop era itu. Bagi kami, lagu-lagu itu sudah seperti lagu anak-anak, menancap di otak dan telinga,’’ ungkap Champion.

Coldplay menjadi salah satu band yang terdampak teknologi musik di era digital. Menurut Champion, musik yang didengar belakangan punya sedikit part gitar. Suara drumnya digantikan elektronik atau diprogram. Tren itu membuat Coldplay harus mau terbuka dan bereksperimen dengan instrumen yang ada. Mereka terus menggali genre-genre baru yang menawarkan suara baru.

Sementara itu, vokalis Chris Martin menjelaskan, Higher Power bukan lagu baru. Ide itu lahir ketika dia berendam di bak mandi besar. Gaung dan gema yang dihasilkan saat itu membekas buatnya. Martin lantas membuat ’’sketsa’’, yang dilanjutkan para personel lainnya.

Lagu yang terinspirasi film pertama Star Wars itu mengambil sudut pandang penjelajah. Coldplay menginterpretasikan kehidupan dalam kemasan ”musik alien”.

Baca Juga:  Sembelih Kerbau sebelum Penobatan Payung Panji Adat

Higher Power pun kali pertama diperdengarkan di International Space Station dengan bantuan astronot Prancis Thomas Pesquet.

’’Persepsi yang dia punya sejalan dengan kami. Dia bilang ’dari sini, kalian bisa lihat tidak ada batas dan perbedaan. Semuanya satu’. Hal itulah yang kami terus sampaikan lewat lagu, bertahun-tahun,’’ papar Jonny Buckland, gitaris band tersebut.

Higher Power dilanjutkan dengan Coloratura, lagu penutup album berdurasi 10 menit. Lagu tersebut bak lagu ninabobo yang dibawakan penuh penghayatan.

Martin mengakui, di album terbarunya, dia terinspirasi banyak musik Arvo Part, komposer klasik asal Estonia. Coloratura mendapat apresiasi Vivek Maddala, komposer jawara Emmy Awards. Dia menyebutkan, Coldplay dan produser Max Martin cermat mengemas tren harmoni nada yang sederhana.

’’Ada ’kekurangan’ kekayaan emosi di musik pop saat ini, tapi Coldplay dan beberapa lainnya –seperti Billie Eilish dan Silk Sonic (proyek Bruno Mars-Anderson .Paak)– berhasil menutup itu,’’ ungkap Maddala dalam esai terbuka di laman Stereogum.

Maddala menilai, Music of the Spheres akan menandai era baru bagi Coldplay, yang selama lima tahun terakhir rajin mengeksplorasi musik elektronik.

Sementara itu, secara tema, Martin menjelaskan, Music of the Spheres merupakan ”saudara” Everyday Life. Bedanya, di album kedelapan tersebut, kisah mereka lebih personal.

Baca Juga:  Pelajar dan Lansia Antusias Ikuti Vaksinasi Covid-19

’’Spiritnya adalah membuat lagu tentang yang kami lalui di bumi, rasanya menjadi manusia, tentang orang yang kami lihat… Mungkin karena itu, tidak ada yang mendengarkan Everyday Life,’’ akunya. Martin pun mengaku, album itu sulit didengarkan karena membawanya kembali ke cerita personalnya.

Di album baru nanti, Coldplay menggandeng Max Martin, produser yang menangani Backstreet Boys hingga Taylor Swift. Meski bekerja sama dengan produser yang sangat pop, Martin menggaransi bahwa sentuhan khas Coldplay bakal terdengar.

’’Semua lagu kami klop, semudah itu. Kami tidak perlu memintanya ’menyelam’ atau menambah glitter di materi yang kami punya,’’ papar Martin.

Mereka mengakui, Music of the Spheres tak bakal jauh dari pop. Martin tak menampik, banyak fans lama yang mempertanyakan hilangnya Coldplay ”lama”.

’’Sebagai seniman, kami bersinggungan dengan teknologi dan budaya di sekitar. Saat ini tak ada lagi batasan musik. Pada 2021, semuanya jadi satu. Tidak aneh, kok, menjadi fans Olivia Rodrigo dan AC/DC atau musik yang rilis 70 tahun lagi. Kenapa harus puas di satu ’kotak’ saja?’’ tegas Martin.

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: E Sulaiman

Di usia nyaris seperempat abad, Coldplay belum puas bereksplorasi. Di Music of the Spheres yang rilis Oktober nanti, grup asal Inggris itu bakal menjelajah luar angkasa. Chris Martin dan kawan-kawan menjanjikan musik lintas generasi dan genre.

Laporan: Jawapos.com

- Advertisement -

COLDPLAY memulai pemanasan jelang rilis album kesembilannya, Music of the Spheres. Pada Mei lalu, mereka merilis lagu Higher Power. Drumer Will Champion menjelaskan, lagu synth-pop itu terinspirasi musik era 1980-an.

’’Aku besar mendengarkan lagu pop era itu. Bagi kami, lagu-lagu itu sudah seperti lagu anak-anak, menancap di otak dan telinga,’’ ungkap Champion.

- Advertisement -

Coldplay menjadi salah satu band yang terdampak teknologi musik di era digital. Menurut Champion, musik yang didengar belakangan punya sedikit part gitar. Suara drumnya digantikan elektronik atau diprogram. Tren itu membuat Coldplay harus mau terbuka dan bereksperimen dengan instrumen yang ada. Mereka terus menggali genre-genre baru yang menawarkan suara baru.

Sementara itu, vokalis Chris Martin menjelaskan, Higher Power bukan lagu baru. Ide itu lahir ketika dia berendam di bak mandi besar. Gaung dan gema yang dihasilkan saat itu membekas buatnya. Martin lantas membuat ’’sketsa’’, yang dilanjutkan para personel lainnya.

Lagu yang terinspirasi film pertama Star Wars itu mengambil sudut pandang penjelajah. Coldplay menginterpretasikan kehidupan dalam kemasan ”musik alien”.

Baca Juga:  Puasa Ramadan di Tengah Pandemi Corona di Belanda

Higher Power pun kali pertama diperdengarkan di International Space Station dengan bantuan astronot Prancis Thomas Pesquet.

’’Persepsi yang dia punya sejalan dengan kami. Dia bilang ’dari sini, kalian bisa lihat tidak ada batas dan perbedaan. Semuanya satu’. Hal itulah yang kami terus sampaikan lewat lagu, bertahun-tahun,’’ papar Jonny Buckland, gitaris band tersebut.

Higher Power dilanjutkan dengan Coloratura, lagu penutup album berdurasi 10 menit. Lagu tersebut bak lagu ninabobo yang dibawakan penuh penghayatan.

Martin mengakui, di album terbarunya, dia terinspirasi banyak musik Arvo Part, komposer klasik asal Estonia. Coloratura mendapat apresiasi Vivek Maddala, komposer jawara Emmy Awards. Dia menyebutkan, Coldplay dan produser Max Martin cermat mengemas tren harmoni nada yang sederhana.

’’Ada ’kekurangan’ kekayaan emosi di musik pop saat ini, tapi Coldplay dan beberapa lainnya –seperti Billie Eilish dan Silk Sonic (proyek Bruno Mars-Anderson .Paak)– berhasil menutup itu,’’ ungkap Maddala dalam esai terbuka di laman Stereogum.

Maddala menilai, Music of the Spheres akan menandai era baru bagi Coldplay, yang selama lima tahun terakhir rajin mengeksplorasi musik elektronik.

Sementara itu, secara tema, Martin menjelaskan, Music of the Spheres merupakan ”saudara” Everyday Life. Bedanya, di album kedelapan tersebut, kisah mereka lebih personal.

Baca Juga:  18 Tahun Buron, Bekerja Jadi Dosen

’’Spiritnya adalah membuat lagu tentang yang kami lalui di bumi, rasanya menjadi manusia, tentang orang yang kami lihat… Mungkin karena itu, tidak ada yang mendengarkan Everyday Life,’’ akunya. Martin pun mengaku, album itu sulit didengarkan karena membawanya kembali ke cerita personalnya.

Di album baru nanti, Coldplay menggandeng Max Martin, produser yang menangani Backstreet Boys hingga Taylor Swift. Meski bekerja sama dengan produser yang sangat pop, Martin menggaransi bahwa sentuhan khas Coldplay bakal terdengar.

’’Semua lagu kami klop, semudah itu. Kami tidak perlu memintanya ’menyelam’ atau menambah glitter di materi yang kami punya,’’ papar Martin.

Mereka mengakui, Music of the Spheres tak bakal jauh dari pop. Martin tak menampik, banyak fans lama yang mempertanyakan hilangnya Coldplay ”lama”.

’’Sebagai seniman, kami bersinggungan dengan teknologi dan budaya di sekitar. Saat ini tak ada lagi batasan musik. Pada 2021, semuanya jadi satu. Tidak aneh, kok, menjadi fans Olivia Rodrigo dan AC/DC atau musik yang rilis 70 tahun lagi. Kenapa harus puas di satu ’kotak’ saja?’’ tegas Martin.

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: E Sulaiman

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari