Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Tak Mudik, Tak Sabar Open House di Kedutaan

Catatan: UMI ILLIYINA SH MH*


TIDAK ada persiapan khusus jelang Idulfitri. Keriuhan baju baru, kue, ketupat, sungkeman, seperti di Tanah Air tak kan dirasakan oleh muslim di Belanda. Cukup Salat Idulfitri, bersilaturahmi dan yang dinanti: menyantap aneka makanan saat open house di Kedutaan Indonesia.

Saya dan Diva mengayunkan langkah kaki semakin kencang menuju stasiun Den Haag. Sepuluh menit lagi kereta akan siap meluncur menuju Leiden.

“Kereta di Belanda selalu tepat waktu Div”  ucap saya.

Kami pun berlari, sembari melambaikan tangan pada masinis kereta yang berdiri di depan gerbong. “Tunggu, Meneer!” Kami berteriak kecil, berharap dia rela menunggu dan tak meniup peluitnya. Beruntung dia melihat kedatangan kami dan tersenyum lebar. Kami sangat lega ketika akhirnya bisa masuk ke dalam kereta sebelum bunyi “priiiittt” terdengar.

Baca Juga:  1000 Buah dari Satu Pohon Durian

Suara terengah-engah masih juga belum hilang. Entah mengapa saya lupa dengan agenda buka puasa bersama sore ini dengan komunitas orang Indonesia di Leiden. Kumandang suara azan menggema dari ponsel saya. Waktu berbuka puasa telah tiba. Segelas teh manis terasa begitu nikmat melepas dahaga setelah hampir 19 jam berpuasa dan beraktivitas di luar. Siang terasa semakin panjang. Pertanda awal musim panas akan segera tiba.

 Tak terasa, sudah 3 kali saya menjalani puasa Ramadan di Belanda. Sejak 2016, terasa ada yang hilang terutama dengan suasana Ramadan di Tanah Air. Gegap gempitanya hingga bising suara sound system masjidnya. Jelas tidak ada yang dapat menggantikan itu semua.

Walaupun demikian, saya merasa bersyukur, tinggal di negeri yang punya kaitan sejarah dengan Indonesia, membuat hidup saya di Belanda tak terasa jauh dari Tanah Air. Ada banyak orang Indonesia yang bermukim di Belanda. Diaspora warga negara Indonesia di Belanda termasuk salah satu yang terbesar di dunia. Banyak orang Indonesia yang bekerja atau menjadi mahasiswa di Belanda. Dan tak sedikit pula orang Indonesia keturunan Belanda yang masih menyandang status sebagai pemegang paspor Indonesia.

*Umi Illiyina SH MH sudah tiga tahun menetap di Belanda. Lahir dan besar di Pekanbaru kini mengikuti suaminya yang sedang mengambil program doktoral di Leiden University.

>>>Selengkapnya baca Harian Riau Pos
Editor: Eko Faizin

Catatan: UMI ILLIYINA SH MH*


TIDAK ada persiapan khusus jelang Idulfitri. Keriuhan baju baru, kue, ketupat, sungkeman, seperti di Tanah Air tak kan dirasakan oleh muslim di Belanda. Cukup Salat Idulfitri, bersilaturahmi dan yang dinanti: menyantap aneka makanan saat open house di Kedutaan Indonesia.

Saya dan Diva mengayunkan langkah kaki semakin kencang menuju stasiun Den Haag. Sepuluh menit lagi kereta akan siap meluncur menuju Leiden.

- Advertisement -

“Kereta di Belanda selalu tepat waktu Div”  ucap saya.

Kami pun berlari, sembari melambaikan tangan pada masinis kereta yang berdiri di depan gerbong. “Tunggu, Meneer!” Kami berteriak kecil, berharap dia rela menunggu dan tak meniup peluitnya. Beruntung dia melihat kedatangan kami dan tersenyum lebar. Kami sangat lega ketika akhirnya bisa masuk ke dalam kereta sebelum bunyi “priiiittt” terdengar.

- Advertisement -
Baca Juga:  Bupati Apresiasi Pelantikan DPD dan DPC LLMB Rohil

Suara terengah-engah masih juga belum hilang. Entah mengapa saya lupa dengan agenda buka puasa bersama sore ini dengan komunitas orang Indonesia di Leiden. Kumandang suara azan menggema dari ponsel saya. Waktu berbuka puasa telah tiba. Segelas teh manis terasa begitu nikmat melepas dahaga setelah hampir 19 jam berpuasa dan beraktivitas di luar. Siang terasa semakin panjang. Pertanda awal musim panas akan segera tiba.

 Tak terasa, sudah 3 kali saya menjalani puasa Ramadan di Belanda. Sejak 2016, terasa ada yang hilang terutama dengan suasana Ramadan di Tanah Air. Gegap gempitanya hingga bising suara sound system masjidnya. Jelas tidak ada yang dapat menggantikan itu semua.

Walaupun demikian, saya merasa bersyukur, tinggal di negeri yang punya kaitan sejarah dengan Indonesia, membuat hidup saya di Belanda tak terasa jauh dari Tanah Air. Ada banyak orang Indonesia yang bermukim di Belanda. Diaspora warga negara Indonesia di Belanda termasuk salah satu yang terbesar di dunia. Banyak orang Indonesia yang bekerja atau menjadi mahasiswa di Belanda. Dan tak sedikit pula orang Indonesia keturunan Belanda yang masih menyandang status sebagai pemegang paspor Indonesia.

*Umi Illiyina SH MH sudah tiga tahun menetap di Belanda. Lahir dan besar di Pekanbaru kini mengikuti suaminya yang sedang mengambil program doktoral di Leiden University.

>>>Selengkapnya baca Harian Riau Pos
Editor: Eko Faizin
Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari