- Advertisement -
JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Berbagai negara terus berusaha mencari vaksin dan obat Covid-19. Saat ini sudah lebih dari 120 vaksin dikembangkan. Enam di antaranya bahkan sudah memasuki uji klinis.
Informasi tersebut disampaikan Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi dalam pernyataan pers secara live kemarin (29/4). Data itu diperolehnya langsung dari Badan Kesehatan Dunia (WHO).
- Advertisement -
WHO, jelas Retno, terus mendorong percepatan pengembangan dan produksi vaksin Covid-19. WHO bahkan baru meluncurkan inisiatif Access to Covid-19 Tools Accelerators. Itu adalah sebuah aksi global untuk meningkatkan koneksi dan kemitraan dalam penelitian serta pembuatan vaksin korona.
Retno juga menekankan pentingnya kesetaraan akses terhadap vaksin dan obat dengan harga terjangkau. Pasalnya, rezim paten internasional sering tidak kompatibel dengan kebutuhan manusia di dunia. Terutama di negara berkembang dan least developed countries (LDCs).
Karena itu, terang Retrno, Indonesia aktif berdiplomasi untuk memperkuat multilateralism. Tujuan utamanya ialah mewujudkan akses yang berkeadilan terhadap vaksin dan obat Covid-19. ”Terutama bagi negara-negara berkembang dan LDCs untuk bisa mengakses vaksin dan obat-obatan dengan harga terjangkau,” tuturnya.
- Advertisement -
Indonesia juga akan terus mendorong pemanfaatan semua fleksibilitas yang ada dalam rezim vaksin internasional, yang diatur dalam WTO maupun WIPO. Pesan itu secara konsisten terus disampaikan Indonesia dalam berbagai pertemuan. Termasuk dalam Ministerial Coordination Group on Covid-19 (MCGC) yang diikuti sebelas menteri luar negeri.
Di samping itu, untuk obat-obatan, Indonesia sudah bergabung dalam inisiatif Solidarity Trial WHO yang ditujukan untuk mencari treatment paling efektif dalam pengobatan Covid-19. Solidarity trial tersebut dilakukan melalui perbandingan antara pelaksanaan treatment yang standar dan treatment menggunakan empat jenis obat yang sedang diujicobakan. Empat obat-obatan itu adalah remdisivir, liponavir/ritonavir, liponavir/ritonavir dikombinasikan dengan interferon beta 1-a, dan chloroquine atau hydroxychloroquine. ”Sudah lebih dari seratus negara yang ikut dalam solidarity trial ini,” katanya.
Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman
JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Berbagai negara terus berusaha mencari vaksin dan obat Covid-19. Saat ini sudah lebih dari 120 vaksin dikembangkan. Enam di antaranya bahkan sudah memasuki uji klinis.
Informasi tersebut disampaikan Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi dalam pernyataan pers secara live kemarin (29/4). Data itu diperolehnya langsung dari Badan Kesehatan Dunia (WHO).
- Advertisement -
WHO, jelas Retno, terus mendorong percepatan pengembangan dan produksi vaksin Covid-19. WHO bahkan baru meluncurkan inisiatif Access to Covid-19 Tools Accelerators. Itu adalah sebuah aksi global untuk meningkatkan koneksi dan kemitraan dalam penelitian serta pembuatan vaksin korona.
Retno juga menekankan pentingnya kesetaraan akses terhadap vaksin dan obat dengan harga terjangkau. Pasalnya, rezim paten internasional sering tidak kompatibel dengan kebutuhan manusia di dunia. Terutama di negara berkembang dan least developed countries (LDCs).
- Advertisement -
Karena itu, terang Retrno, Indonesia aktif berdiplomasi untuk memperkuat multilateralism. Tujuan utamanya ialah mewujudkan akses yang berkeadilan terhadap vaksin dan obat Covid-19. ”Terutama bagi negara-negara berkembang dan LDCs untuk bisa mengakses vaksin dan obat-obatan dengan harga terjangkau,” tuturnya.
Indonesia juga akan terus mendorong pemanfaatan semua fleksibilitas yang ada dalam rezim vaksin internasional, yang diatur dalam WTO maupun WIPO. Pesan itu secara konsisten terus disampaikan Indonesia dalam berbagai pertemuan. Termasuk dalam Ministerial Coordination Group on Covid-19 (MCGC) yang diikuti sebelas menteri luar negeri.
Di samping itu, untuk obat-obatan, Indonesia sudah bergabung dalam inisiatif Solidarity Trial WHO yang ditujukan untuk mencari treatment paling efektif dalam pengobatan Covid-19. Solidarity trial tersebut dilakukan melalui perbandingan antara pelaksanaan treatment yang standar dan treatment menggunakan empat jenis obat yang sedang diujicobakan. Empat obat-obatan itu adalah remdisivir, liponavir/ritonavir, liponavir/ritonavir dikombinasikan dengan interferon beta 1-a, dan chloroquine atau hydroxychloroquine. ”Sudah lebih dari seratus negara yang ikut dalam solidarity trial ini,” katanya.
Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman