Minggu, 7 Juli 2024

“Badan Terasa Remuk, Sekeluarga Ikut Terpapar”

Vaksin menjadi harapan baru dalam upaya mengakhiri pandemi Covid-19. Vaksin sudah menjadi solusi setiap negara. Bukan hanya Indonesia, hampir semua negara menggunakan untuk warganegaranya. Namun suntik vaksin tidak menjamin 100 persen bebas dari virus corona. Tetap harus prokes dan terapkan pola hidup sehat.

Laporan LISMAR SUMIRAT, Pekanbaru

- Advertisement -

Pertengahan Agustus 2021. Malam itu, tubuh Dr H Murah Syahrial MSh Ec mendadak demam. Demam tapi berbeda dari demam biasanya. Badan terasa remuk. Rasa pusing, nyeri, badan panas, mual dan hidung tersumbat. Semuanya bercampur menjadi satu pada malam itu.

Ia langsung pindah kamar. Mengasingkan diri di kamar sebelah. Bukan karena takut virus, tapi tidak tahan ber-AC. Sedangkan istri dan anaknya selalu tidur di bawah hembusan AC.

Hari selanjutnya, Jumat (20/8), ia merasakan nyeri semakin menjadi-jadi dan pusing disertai hidung tersumbat. Untuk membuka rongga hidung, setiap menit ia harus meletakkan minyak kayu putih di hidung untuk memudahkan menghirup udara. Aroma bau minyak kayu putih masih terasa sekali.

- Advertisement -

Ketua Senat STAI Lukman Edy ini beranggapan hanya seperti demam biasa. "Sampai-sampai status medsos dengan foto terbaring sambil berselimut dengan caption "demam non covid" sakingkan tidak yakin saya terkena Covid-19. Apalagi sudah vaksin dua kali" ucapnya, Selasa (28/9).

Baca Juga:  Minta Masyarakat Tidak Ragu Ikut Vaksinasi

Namun selera makan, mulai berbeda. Selera sangat kuat, tapi saat dicicipi makanan apapun tak berasa. Biasa makan enak dan pedas, kini tak ada terasa garam dan pedasnya. Ia mulai berpikir,  jangan-jangan dirinya tertular Covid-19. 

Apalagi menurut  cerita orang, memang salah satu gejala Covid-19 indra perasa terganggu saat mencicipi makanan. Namun waktu itu penciuman masih normal. Malam harinya, ia merasakan badan serasa remuk dan semua terasa, pusing, nyeri, mual, pilek batuk semua menjadi satu. Waktu itulah terasa ini demam yang sangat menyakitkan sekali.

"Tapi saya belum ada niat untuk periksa ke rumah sakit. Hanya makan obat Panadol untuk meringankan nyeri dan pusing. Kami sekeluarga sudah biasa makan nutrisi yang praktis. Walaupun makanan tidak terasa apa-apa, minuman nutirisi itulah yang kami minum setiap 4 jam sekali. Dan itu memang membantu untuk menambah imun saya," ungkap pria kelahiran Bagansiapiapi 2 April 1978 ini.

Baca Juga:  Tiga Hektare Lahan di Bagan Keladi Terbakar

Istrinya juga mulai mengalami demam, batuk dan pilek. Begitu juga dengan anaknya yang kedua. Namun istri dan anak saya masih kuat di ruangan AC. Anaknya ketiga yang  berkebutuhan khusus (hydrocepallus), juga mengalami demam dengan suhu badan panas. Namun tidak terlalu panas dan masih bisa terkendali. "Biasanya dia minta susu setiap 2-3 jam.  Waktu itu dia terasa lemas dan tak mau menyusu. Tapi, alhamdulillah masih mau makan," ucapnya.

Hari itu, keempat anggota keluarga ini dalam kondisi drop. Tapi Syahrial yang terasa sedikit lebih parah. Namun, tetap belum mau menjalani pemeriksaan dan swab PCR di rumah sakit. Hingga malam, memang terasa badan dan kondisi terasa sangat sakit dan mual hingga pagi hari. Untungnya pernapasan masih berjalan normal. 

Setiap enam jam ia makan obat dan ditambah minuman nustrisi. Namun tiba-tiba hambar dan tak terasa apa-apa. "Kemudian saya ambil minyak kayu putih yang biasa saya hirup baunya, kali ini juga tidak ada tercium aromanya sama-sekali," ungkap alumi S3 UIN Sumatera Utara ini.

Vaksin menjadi harapan baru dalam upaya mengakhiri pandemi Covid-19. Vaksin sudah menjadi solusi setiap negara. Bukan hanya Indonesia, hampir semua negara menggunakan untuk warganegaranya. Namun suntik vaksin tidak menjamin 100 persen bebas dari virus corona. Tetap harus prokes dan terapkan pola hidup sehat.

Laporan LISMAR SUMIRAT, Pekanbaru

Pertengahan Agustus 2021. Malam itu, tubuh Dr H Murah Syahrial MSh Ec mendadak demam. Demam tapi berbeda dari demam biasanya. Badan terasa remuk. Rasa pusing, nyeri, badan panas, mual dan hidung tersumbat. Semuanya bercampur menjadi satu pada malam itu.

Ia langsung pindah kamar. Mengasingkan diri di kamar sebelah. Bukan karena takut virus, tapi tidak tahan ber-AC. Sedangkan istri dan anaknya selalu tidur di bawah hembusan AC.

Hari selanjutnya, Jumat (20/8), ia merasakan nyeri semakin menjadi-jadi dan pusing disertai hidung tersumbat. Untuk membuka rongga hidung, setiap menit ia harus meletakkan minyak kayu putih di hidung untuk memudahkan menghirup udara. Aroma bau minyak kayu putih masih terasa sekali.

Ketua Senat STAI Lukman Edy ini beranggapan hanya seperti demam biasa. "Sampai-sampai status medsos dengan foto terbaring sambil berselimut dengan caption "demam non covid" sakingkan tidak yakin saya terkena Covid-19. Apalagi sudah vaksin dua kali" ucapnya, Selasa (28/9).

Baca Juga:  Puting Beliung Terjang Puluhan Rumah di Rohil

Namun selera makan, mulai berbeda. Selera sangat kuat, tapi saat dicicipi makanan apapun tak berasa. Biasa makan enak dan pedas, kini tak ada terasa garam dan pedasnya. Ia mulai berpikir,  jangan-jangan dirinya tertular Covid-19. 

Apalagi menurut  cerita orang, memang salah satu gejala Covid-19 indra perasa terganggu saat mencicipi makanan. Namun waktu itu penciuman masih normal. Malam harinya, ia merasakan badan serasa remuk dan semua terasa, pusing, nyeri, mual, pilek batuk semua menjadi satu. Waktu itulah terasa ini demam yang sangat menyakitkan sekali.

"Tapi saya belum ada niat untuk periksa ke rumah sakit. Hanya makan obat Panadol untuk meringankan nyeri dan pusing. Kami sekeluarga sudah biasa makan nutrisi yang praktis. Walaupun makanan tidak terasa apa-apa, minuman nutirisi itulah yang kami minum setiap 4 jam sekali. Dan itu memang membantu untuk menambah imun saya," ungkap pria kelahiran Bagansiapiapi 2 April 1978 ini.

Baca Juga:  Soal Jiwasraya, Jaksa Agung Akan Lakukan Penyitaan Aset

Istrinya juga mulai mengalami demam, batuk dan pilek. Begitu juga dengan anaknya yang kedua. Namun istri dan anak saya masih kuat di ruangan AC. Anaknya ketiga yang  berkebutuhan khusus (hydrocepallus), juga mengalami demam dengan suhu badan panas. Namun tidak terlalu panas dan masih bisa terkendali. "Biasanya dia minta susu setiap 2-3 jam.  Waktu itu dia terasa lemas dan tak mau menyusu. Tapi, alhamdulillah masih mau makan," ucapnya.

Hari itu, keempat anggota keluarga ini dalam kondisi drop. Tapi Syahrial yang terasa sedikit lebih parah. Namun, tetap belum mau menjalani pemeriksaan dan swab PCR di rumah sakit. Hingga malam, memang terasa badan dan kondisi terasa sangat sakit dan mual hingga pagi hari. Untungnya pernapasan masih berjalan normal. 

Setiap enam jam ia makan obat dan ditambah minuman nustrisi. Namun tiba-tiba hambar dan tak terasa apa-apa. "Kemudian saya ambil minyak kayu putih yang biasa saya hirup baunya, kali ini juga tidak ada tercium aromanya sama-sekali," ungkap alumi S3 UIN Sumatera Utara ini.

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari