Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Manfaatkan Minyak Jelantah untuk Tingkatkan Ekonomi

(RIAUPOS.CO) – MASIH ada yang beranggapan minyak sisa pemakaian atau minyak jelantah sudah tidak dapat dimanfaatkan lagi. Sehingga masyarakat lebih memilih membuangnya, karena tentu saja sudah tidak baik untuk dikonsumsi lagi.

Minyak goreng atau jelantah merupakan limbah non-B3, yang tidak hanya berdampak pada kesehatan melainkan pencemaran lingkungan jika dibuang sembarangan.  Dampak membuang minyak jelantah sembarangan salah satunya dapat menyumbat saluran air atau drainase. Akibatnya saluran air akan kotor yang menjadi tempat berkembang biak bakteri dan akan menimbulkan penyakit.

Selain itu, membuang minyak jelantah ke tanah juga bukan solusi yang baik. Pasalnya, tanah akan menyerap minyak tersebut dan menggumpalkan dan menutup pori-pori tanah. Tanah akan keras, dan menyebabkan banjir. Padahal, limbah rumah tangga ini memiliki potensi ekonomi yang cukup besar jika dikelola dengan benar.

Pimpinan CV Arah Baru Sejahtera M Rizky Ramadhan mengajak masyarakat untuk tidak lagi membuang minyak jelantah, karena minyak tersebut masih bisa dimanfaatkan dan bernilai ekonomi.  “Kami peduli lingkungan, peduli kesehatan juga. Banyak pelaku usaha dan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang bahan pembuat makanannya minyak goreng. Daripada dibuang atau disalahgunakan, mending disalurkan ke kita,” katanya, Sabtu (28/8).

Baca Juga:  Sepekan jadi Mendikbud, Nadiem Makarim Masih Irit Bicara

Dijelaskan Rizky, pihaknya mengumpulkan minyak jelantah sawit dari masyarakat, aktivis, pengusaha, dan lain-lain, untuk kemudian diekspor ke luar negeri, sebagai bahan untuk membuat biodiesel.

Ia mengatakan, di luar negeri seperti di negara-negara di Eropa menggunakan biodiesel untuk kendaraan yang lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan biosolar. “Kami ada program Bank Jelantah Pekanbaru, yaitu inovasi untuk masyarakat, lingkungan, kesehatan, dan dampak ekonomi. membantu pelaku usaha, baik restoran, kafe, dan UMKM. Kami juga bekerja sama dengan Yayasan Sahabat Cinta Umat untuk program sedekah jelantah, nantinya disalurkan untuk kesehatan, pendidikan, dan kegiatan sosial lainnya,” ucapnya.

Rizky menjelaskan, masyarakat dapat menjual minyak jelantah kepadanya, bisa melalui Bank Jelantah, atau datang langsung ke CV Arah Baru Sejahtera. Harga standar per kilo minyak jelantah adalah Rp7 ribu di Arah Baru Sejahtera.

Baca Juga:  Jokowi Dukung Mendikbud Nadiem Hapus UN

“Kami mengumpulkan, minyak jelantah dari masyarakat Riau, tiap kabupaten kota udah ada supplier. Dengan program Bank Jelantah, ada Bank Jelantah Bengkalis, Bank Jelantah Duri, Bank Jelantah Tembilahan, dan lain-lain. Kalau masyarakat langsung datang ke sini juga tidak apa-apa,” jelasnya, “Setiap kabupaten kota di Riau kita udah ada mitra, tinggal komunikasikan saja jika ingin bersinergi,” imbuh dia.

Dalam satu bulan, Rizky mengatakan pihaknya mengirimkan sekitar tiga kontainer dengan berat 21 ton per kontainer. Namun jumlah ini menurun menjadi dua kontainer di masa pandemi Covid-19.  Sebelum diekspor, minyak jelantah yang telah dikumpulkan terlebih dahulu disaring atau difilter, dan dilakukan uji lab sesuai dengan spesifiksi yang diminta negara tujuan ekspor. “Labnya di Politeknik Kampar,” tuturnya

Rizky berharap, dengan hadirnya Bank Jelantah atau pengumpul minyak jelantah dapat membuat masyarakat tidak lagi membuang minyak jelantah sembarangan. Selain bermanfaat untuk lingkungan, dengan menjual minyak jelantah kepada orang yang tepat juga dapat menjadikannya bernilai ekonomi. (ali)

 

Laporan MUJAWAROH ANNAFI, Pekanbaru

(RIAUPOS.CO) – MASIH ada yang beranggapan minyak sisa pemakaian atau minyak jelantah sudah tidak dapat dimanfaatkan lagi. Sehingga masyarakat lebih memilih membuangnya, karena tentu saja sudah tidak baik untuk dikonsumsi lagi.

Minyak goreng atau jelantah merupakan limbah non-B3, yang tidak hanya berdampak pada kesehatan melainkan pencemaran lingkungan jika dibuang sembarangan.  Dampak membuang minyak jelantah sembarangan salah satunya dapat menyumbat saluran air atau drainase. Akibatnya saluran air akan kotor yang menjadi tempat berkembang biak bakteri dan akan menimbulkan penyakit.

- Advertisement -

Selain itu, membuang minyak jelantah ke tanah juga bukan solusi yang baik. Pasalnya, tanah akan menyerap minyak tersebut dan menggumpalkan dan menutup pori-pori tanah. Tanah akan keras, dan menyebabkan banjir. Padahal, limbah rumah tangga ini memiliki potensi ekonomi yang cukup besar jika dikelola dengan benar.

Pimpinan CV Arah Baru Sejahtera M Rizky Ramadhan mengajak masyarakat untuk tidak lagi membuang minyak jelantah, karena minyak tersebut masih bisa dimanfaatkan dan bernilai ekonomi.  “Kami peduli lingkungan, peduli kesehatan juga. Banyak pelaku usaha dan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang bahan pembuat makanannya minyak goreng. Daripada dibuang atau disalahgunakan, mending disalurkan ke kita,” katanya, Sabtu (28/8).

- Advertisement -
Baca Juga:  Jokowi Dukung Mendikbud Nadiem Hapus UN

Dijelaskan Rizky, pihaknya mengumpulkan minyak jelantah sawit dari masyarakat, aktivis, pengusaha, dan lain-lain, untuk kemudian diekspor ke luar negeri, sebagai bahan untuk membuat biodiesel.

Ia mengatakan, di luar negeri seperti di negara-negara di Eropa menggunakan biodiesel untuk kendaraan yang lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan biosolar. “Kami ada program Bank Jelantah Pekanbaru, yaitu inovasi untuk masyarakat, lingkungan, kesehatan, dan dampak ekonomi. membantu pelaku usaha, baik restoran, kafe, dan UMKM. Kami juga bekerja sama dengan Yayasan Sahabat Cinta Umat untuk program sedekah jelantah, nantinya disalurkan untuk kesehatan, pendidikan, dan kegiatan sosial lainnya,” ucapnya.

Rizky menjelaskan, masyarakat dapat menjual minyak jelantah kepadanya, bisa melalui Bank Jelantah, atau datang langsung ke CV Arah Baru Sejahtera. Harga standar per kilo minyak jelantah adalah Rp7 ribu di Arah Baru Sejahtera.

Baca Juga:  Bupati Apresiasi Pelaksanaan Vaksinasi bagi Pelajar

“Kami mengumpulkan, minyak jelantah dari masyarakat Riau, tiap kabupaten kota udah ada supplier. Dengan program Bank Jelantah, ada Bank Jelantah Bengkalis, Bank Jelantah Duri, Bank Jelantah Tembilahan, dan lain-lain. Kalau masyarakat langsung datang ke sini juga tidak apa-apa,” jelasnya, “Setiap kabupaten kota di Riau kita udah ada mitra, tinggal komunikasikan saja jika ingin bersinergi,” imbuh dia.

Dalam satu bulan, Rizky mengatakan pihaknya mengirimkan sekitar tiga kontainer dengan berat 21 ton per kontainer. Namun jumlah ini menurun menjadi dua kontainer di masa pandemi Covid-19.  Sebelum diekspor, minyak jelantah yang telah dikumpulkan terlebih dahulu disaring atau difilter, dan dilakukan uji lab sesuai dengan spesifiksi yang diminta negara tujuan ekspor. “Labnya di Politeknik Kampar,” tuturnya

Rizky berharap, dengan hadirnya Bank Jelantah atau pengumpul minyak jelantah dapat membuat masyarakat tidak lagi membuang minyak jelantah sembarangan. Selain bermanfaat untuk lingkungan, dengan menjual minyak jelantah kepada orang yang tepat juga dapat menjadikannya bernilai ekonomi. (ali)

 

Laporan MUJAWAROH ANNAFI, Pekanbaru

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari