Selasa, 24 Juni 2025

Ekonomi dan Perbankan Afghanistan Terancam Runtuh

KABUL (RIAUPOS.CO) – Pemerintah Afghanistan di bawah Taliban berhadapan dengan ancaman ekonomi yang tak terelakkan: kehancuran sistem perbankan. Pasalnya, sudah hampir dua pekan bank-bank di Afghanistan tetap tutup sehingga masyarakat tidak memiliki akses ke uang tunai sejak Taliban mengambil alih kekuasaan.

"Tidak ada yang punya uang," kata seorang pegawai bank sentral Afghanistan kepada CNN Business, Jumat (27/8/2021).

Karyawan yang mau dikutip anonim tersebut mengatakan banyak keluarga tidak memiliki cukup uang untuk pengeluaran harian mereka, sedangkan pembayaran gaji telah dihentikan.

Semua ini menimbulkan momok krisis ekonomi dan krisis kemanusiaan yang parah di Afghanistan, hanya dua minggu setelah Taliban mengambilalih kekuasaan negara.

Baca Juga:  Seperti Film Horor, Mata Melotot, Pisau di Tangan Berlumuran Darah

Tantangan utama yang sedang menghantui adalah ketergantungan Afghanistan terhadap negara luar dan bantuan internasional. Sementara, sebagian besar akses luar telah diblokir sejak jatuhnya Kabul.

Menurut Bank Dunia, 75 persen pengeluaran untuk publik Afghanistan selama ini berasal dari hibah.

Kendati Taliban memerintahkan bank dan layanan lain untuk kembali dibuka, hingga kini bank masih tutup karena hampir kehabisan uang, kata seorang sumber bank sentral.

"Begitu Anda membuka bank, itu akan mengekspos betapa rapuhnya sistem ini," ujar seseorang yang akrab dengan situasi ekonomi Afghanistan.

Kamar Dagang Afghanistan-Amerika memperingatkan potensi kehancuran industri perbankan Afghanistan. Bank sentral Afghanistan, sebagai landasan sistem keuangan, tampaknya tengah berada dalam kekacauan internal.

Baca Juga:  APBD P Dumai Diajukan Rp206 Miliar

"Afghanistan dan sektor perbankannya berada pada 'krisis eksistensial' dengan keruntuhan sektor perbankan sudah dekat," bunyi memo tertanggal 23 Agustus yang dikirim oleh Kamar Dagang Afghanistan-Amerika.

Memo itu ditulis kelompok kerja perbankan dan keuangan yang terdiri dari bank-bank komersial utama Afghanistan, pelanggan, dan investor.

Memo itu menyebut para kepala bank sentral Afghanistan menolak berbagai bentuk komunikasi dengan industri perbankan. Permintaan akses ke uang tunai juga tidak diberikan.

Oleh karena itu, grup perbankan Afghanistan disebut memutuskan menutup semua bank pada 15 Agustus dan belum dibuka lagi karena kekhawatiran penarikan jumlah besar dari nasabah.

Sumber: Reuters/CNN/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun

KABUL (RIAUPOS.CO) – Pemerintah Afghanistan di bawah Taliban berhadapan dengan ancaman ekonomi yang tak terelakkan: kehancuran sistem perbankan. Pasalnya, sudah hampir dua pekan bank-bank di Afghanistan tetap tutup sehingga masyarakat tidak memiliki akses ke uang tunai sejak Taliban mengambil alih kekuasaan.

"Tidak ada yang punya uang," kata seorang pegawai bank sentral Afghanistan kepada CNN Business, Jumat (27/8/2021).

Karyawan yang mau dikutip anonim tersebut mengatakan banyak keluarga tidak memiliki cukup uang untuk pengeluaran harian mereka, sedangkan pembayaran gaji telah dihentikan.

Semua ini menimbulkan momok krisis ekonomi dan krisis kemanusiaan yang parah di Afghanistan, hanya dua minggu setelah Taliban mengambilalih kekuasaan negara.

Baca Juga:  Dua Warga Tewas Terpanggang di Rohil

Tantangan utama yang sedang menghantui adalah ketergantungan Afghanistan terhadap negara luar dan bantuan internasional. Sementara, sebagian besar akses luar telah diblokir sejak jatuhnya Kabul.

- Advertisement -

Menurut Bank Dunia, 75 persen pengeluaran untuk publik Afghanistan selama ini berasal dari hibah.

Kendati Taliban memerintahkan bank dan layanan lain untuk kembali dibuka, hingga kini bank masih tutup karena hampir kehabisan uang, kata seorang sumber bank sentral.

- Advertisement -

"Begitu Anda membuka bank, itu akan mengekspos betapa rapuhnya sistem ini," ujar seseorang yang akrab dengan situasi ekonomi Afghanistan.

Kamar Dagang Afghanistan-Amerika memperingatkan potensi kehancuran industri perbankan Afghanistan. Bank sentral Afghanistan, sebagai landasan sistem keuangan, tampaknya tengah berada dalam kekacauan internal.

Baca Juga:  Percantik Rumah dengan Tumbuhan Bermanfaat

"Afghanistan dan sektor perbankannya berada pada 'krisis eksistensial' dengan keruntuhan sektor perbankan sudah dekat," bunyi memo tertanggal 23 Agustus yang dikirim oleh Kamar Dagang Afghanistan-Amerika.

Memo itu ditulis kelompok kerja perbankan dan keuangan yang terdiri dari bank-bank komersial utama Afghanistan, pelanggan, dan investor.

Memo itu menyebut para kepala bank sentral Afghanistan menolak berbagai bentuk komunikasi dengan industri perbankan. Permintaan akses ke uang tunai juga tidak diberikan.

Oleh karena itu, grup perbankan Afghanistan disebut memutuskan menutup semua bank pada 15 Agustus dan belum dibuka lagi karena kekhawatiran penarikan jumlah besar dari nasabah.

Sumber: Reuters/CNN/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari

KABUL (RIAUPOS.CO) – Pemerintah Afghanistan di bawah Taliban berhadapan dengan ancaman ekonomi yang tak terelakkan: kehancuran sistem perbankan. Pasalnya, sudah hampir dua pekan bank-bank di Afghanistan tetap tutup sehingga masyarakat tidak memiliki akses ke uang tunai sejak Taliban mengambil alih kekuasaan.

"Tidak ada yang punya uang," kata seorang pegawai bank sentral Afghanistan kepada CNN Business, Jumat (27/8/2021).

Karyawan yang mau dikutip anonim tersebut mengatakan banyak keluarga tidak memiliki cukup uang untuk pengeluaran harian mereka, sedangkan pembayaran gaji telah dihentikan.

Semua ini menimbulkan momok krisis ekonomi dan krisis kemanusiaan yang parah di Afghanistan, hanya dua minggu setelah Taliban mengambilalih kekuasaan negara.

Baca Juga:  "Nyanyian Hutan", Nyanyian Kepedihan Suku Sakai

Tantangan utama yang sedang menghantui adalah ketergantungan Afghanistan terhadap negara luar dan bantuan internasional. Sementara, sebagian besar akses luar telah diblokir sejak jatuhnya Kabul.

Menurut Bank Dunia, 75 persen pengeluaran untuk publik Afghanistan selama ini berasal dari hibah.

Kendati Taliban memerintahkan bank dan layanan lain untuk kembali dibuka, hingga kini bank masih tutup karena hampir kehabisan uang, kata seorang sumber bank sentral.

"Begitu Anda membuka bank, itu akan mengekspos betapa rapuhnya sistem ini," ujar seseorang yang akrab dengan situasi ekonomi Afghanistan.

Kamar Dagang Afghanistan-Amerika memperingatkan potensi kehancuran industri perbankan Afghanistan. Bank sentral Afghanistan, sebagai landasan sistem keuangan, tampaknya tengah berada dalam kekacauan internal.

Baca Juga:  Anggota Polres Inhu Terima Pin Emas dari Kapolri

"Afghanistan dan sektor perbankannya berada pada 'krisis eksistensial' dengan keruntuhan sektor perbankan sudah dekat," bunyi memo tertanggal 23 Agustus yang dikirim oleh Kamar Dagang Afghanistan-Amerika.

Memo itu ditulis kelompok kerja perbankan dan keuangan yang terdiri dari bank-bank komersial utama Afghanistan, pelanggan, dan investor.

Memo itu menyebut para kepala bank sentral Afghanistan menolak berbagai bentuk komunikasi dengan industri perbankan. Permintaan akses ke uang tunai juga tidak diberikan.

Oleh karena itu, grup perbankan Afghanistan disebut memutuskan menutup semua bank pada 15 Agustus dan belum dibuka lagi karena kekhawatiran penarikan jumlah besar dari nasabah.

Sumber: Reuters/CNN/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari