Rabu, 18 September 2024

Erick Minta Impor Indonesia Dikurangi

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengungkapkan visi pemerintah bahwa Indonesia harus menjadi negara yang berdikari atau berdiri di atas kaki sendiri. Indonesia semestinya mengurangi ketergantungan pemenuhan kebutuhan dari negara lain.

Lebih lanjut Erick mengatakan, Indonesia harus memiliki peta jalan yang jelas terkait mata rantai agar tidak terus bergantung impor. Namun, bukan berarti impor tidak dibutuhkan.

"Sekarang ini kesempatan Indonesia mulai berdikari, kita harus jaga supply chain yang sehat untuk negara kita, tanpa anti impor," terang dia melalui diskusi online, Jumat (29/5).

Ia juga mengakui bahwa ada beberapa bahan baku yang harus diimpor, seperti garam industri yang belum bisa dipenuhi dari dalam negeri. Namun, Erick ingin tidak ada impor produk yang bisa diproduksi di dalam negeri.

- Advertisement -
Baca Juga:  Nyamuk Nonpolitik

"Kalau gula impor terus, salah lah. Apakah alat kesehatan harus impor terus? Salah lah. Buktinya kita bisa buat," tambahnya.

Erick menyampaikan, di tengah pandemi Covid-19 banyak negara yang memprioritaskan kebutuhan dalam negeri mereka terlebih dahulu. Oleh karenanya, jika Indonesia tidak memperbaiki rantai pasok, maka industri dalam negeri akan sulit bangkit.

- Advertisement -

Berdasarkan kajian para pengamat ekonomi, Erick optimistis Indonesia dapat menjadi negara maju. Tetapi, dua kelemahan harus diatasi terlebih dahulu.

Pertama adalah kemampuan teknologi. Kedua, adalah inefisiensi logistik. "Dua hal ini yang saya rasa tentu kita harus perbaiki. Khususnya di teknologi kita harus menjadi salah satu negara yang siap beradaptasi dengan perubahan teknologi," pungkasnya.

Baca Juga:  Wako Pekanbaru-Menpar Ekraf  Bahas KEK Kreatif Palas Rumbai  Pariwisata 

Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi

 

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengungkapkan visi pemerintah bahwa Indonesia harus menjadi negara yang berdikari atau berdiri di atas kaki sendiri. Indonesia semestinya mengurangi ketergantungan pemenuhan kebutuhan dari negara lain.

Lebih lanjut Erick mengatakan, Indonesia harus memiliki peta jalan yang jelas terkait mata rantai agar tidak terus bergantung impor. Namun, bukan berarti impor tidak dibutuhkan.

"Sekarang ini kesempatan Indonesia mulai berdikari, kita harus jaga supply chain yang sehat untuk negara kita, tanpa anti impor," terang dia melalui diskusi online, Jumat (29/5).

Ia juga mengakui bahwa ada beberapa bahan baku yang harus diimpor, seperti garam industri yang belum bisa dipenuhi dari dalam negeri. Namun, Erick ingin tidak ada impor produk yang bisa diproduksi di dalam negeri.

Baca Juga:  PT KTU Membuka Diri untuk Forkopimda 

"Kalau gula impor terus, salah lah. Apakah alat kesehatan harus impor terus? Salah lah. Buktinya kita bisa buat," tambahnya.

Erick menyampaikan, di tengah pandemi Covid-19 banyak negara yang memprioritaskan kebutuhan dalam negeri mereka terlebih dahulu. Oleh karenanya, jika Indonesia tidak memperbaiki rantai pasok, maka industri dalam negeri akan sulit bangkit.

Berdasarkan kajian para pengamat ekonomi, Erick optimistis Indonesia dapat menjadi negara maju. Tetapi, dua kelemahan harus diatasi terlebih dahulu.

Pertama adalah kemampuan teknologi. Kedua, adalah inefisiensi logistik. "Dua hal ini yang saya rasa tentu kita harus perbaiki. Khususnya di teknologi kita harus menjadi salah satu negara yang siap beradaptasi dengan perubahan teknologi," pungkasnya.

Baca Juga:  Rp74 Ribu per Dosis Harga Vaksin Covid-19 Buatan Indonesia

Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari