Minggu, 7 Juli 2024

Mendorong Akselerasi Pemulihan Ekonomi

Covid-19 telah membuat perekonomian secara nasional jatuh di 2020. Sejalan dengan pemulihan ekonomi global, ekonomi nasional juga berangsur pulih mulai triwulan III 2020 dan diperkirakan semakin meningkat sampai 2021.

Laporan: MUJAWAROH ANNAFI (Pekanbaru)

- Advertisement -

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Pada paruh pertama tahun 2020, pertumbuhan ekonomi di banyak negara maju dan berkembang mengalami kontraksi tajam akibat pembatasan mobilitas untuk memitigasi penyebaran pandemi Covid-19. Kinerja perekonomian global mulai menunjukkan perbaikan pada paruh kedua, seiring mulai meningkatnya aktivitas perekonomian dunia meski pun masih dibayangi risiko gelombang kedua (second wave) pandemi Covid-19. 

Kepala Kantor Perwakilan (KPW) Bank Indonesia Provinsi Riau Decymus menyampaikan, tingkat perbaikan ekonomi berbeda untuk tiap negara. Tergantung pada besarnya stimulus fiskal dan moneter, serta kesuksesan penanganan Covid-19 dan peningkatan aktivitas penduduknya. 

Ekonomi Cina mulai mencatat pertumbuhan positif pada triwulan III-2020 dan diperkirakan sebagai negara pertama yang mulai pulih. Perbaikan ekonomi juga tercatat di Amerika Serikat (AS), meski disertai dengan kasus Covid-19 yang tertinggi. Sementara itu, mitra dagang utama Riau seperti India dan Eropa diperkirakan mengalami kontraksi ekonomi cukup dalam yaitu masing-masing sebesar -8,3 persen(yoy) dan -10,3 persen (yoy). 

- Advertisement -

Secara keseluruhan tahun 2020, perekonomian global diperkirakan mengalami kontraksi sebesar -4,4 persem (yoy), cukup dalam dibandingkan tahun 2019 yang tumbuh positif sebesar 2,9 persen (yoy) (World Economic Ooutlook IMF Oktober 2020). Sejalan dengan pemulihan ekonomi global, ekonomi nasional juga berangsur pulih mulai triwulan III 2020 dan diperkirakan semakin meningkat sampai 2021. Pola kebiasaan hidup baru yang diterapkan pada triwulan III 2020 berdampak pada berangsur pulihnya perekonomian nasional. Kinerja perekonomian nasional akan terus meningkat hingga tahun 2021. 

Ekonomi Indonesia diperkirakan tumbuh mencapai 4,8-5,8 persen pada tahun 2021, didukung oleh peningkatan kinerja ekspor, konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah, serta investasi baik dari belanja modal pemerintah maupun swasta sebagai respons positif terhadap UU Cipta Kerja. Stabilitas makroekonomi terjaga dengan inflasi yang akan terkendali sesuai sasaran 3±1 persen serta nilai tukar rupiah yang akan bergerak stabil dan berpotensi menguat. Stabilitas eksternal terjaga, dengan surplus neraca pembayaran didukung defisit transaksi berjalan yang rendah di sekitar 1,0-2,0 persen PDB. Stabilitas sistem keuangan juga semakin membaik, dengan rasio permodalan yang tinggi, NPL yang rendah, serta pertumbuhan DPK dan kredit yang masing-masing meningkat ke sekitar 7-9 persen pada 2021.

Dinamika Pertumbuhan Ekonomi Riau

Decymus memaparkan, pada 2020 perekonomian Riau mengalami dinamika sebagai dampak dari merebaknya pandemi Covid-19. Pada triwulan I 2020, ekonomi Riau tumbuh positif sebesar 2,24 persen (yoy). Pada periode tersebut, dampak pandemi Covid-19 masih minim dirasakan karena belum terdapat pembatasan aktivitas masyarakat baik sosial maupun ekonomi. Pada triwulan berikutnya, jumlah kasus pandemi mengalami peningkatan signifikan secara nasional, sehingga mendorong Pemerintah Pusat dan juga Pemprov Riau melakukan pembatasan aktivitas masyarakat melalui PSBB (pembatasan sosial berskala besar). Hal ini berdampak pada menurunnya aktivitas ekonomi Riau secara signifkan. Sehingga pada triwulan II 2020 ekonomi Riau mengalami kontraksi sebesar 3,21 persen (yoy). Selain itu, kontraksi juga didorong oleh kinerja ekspor yang melemah akibat lockdown yang terjadi di beberapa negara mitra dagang disertai menurunnya ekonomi global. 

Pertumbuhan ekonomi Riau mulai berangsur pulih pada paruh kedua 2020. Mulai berlakunya pola kebiasaan hidup baru kembali menggerakkan aktivitas ekonomi masyarakat pada triwulan III 2020. Hampir seluruh sektor ekonomi sudah dibuka kembali melalui penerapan protokol kesehatan yang ketat. Namun, aktivitas ekonomi belum kembali pada level sebelum merebaknya pandemi Covid-19. 

"Pemulihan ekonomi pada periode tersebut terutama didorong oleh kinerja ekspor yang tumbuh positif sejalan dengan peningkatan permintaan mitra dagang utama untuk produk olahan CPO dan kayu (pulp&paper). Selain itu, harga komoditas utama seperti CPO, karet dan Pulp&paper terpantau meningkat. Peningkatan harga komoditas utama turut menguatkan daya beli masyarakat sehingga mendorong konsumsi rumah tangga membaik pada triwulan III-2020," katanya, Senin (21/12).

Secara historis, pertumbuhan ekonomi Riau cenderung sejalan dengan pertumbuhan ekspor luar negeri. Oleh karena itu, salah satu kunci untuk mendorong pertumbuhan ekonomi adalah dengan menjaga kinerja ekspor luar negeri. Hal ini sejalan dengan gambaran struktur perekonomian Riau yang ditopang oleh 3 sektor utama berbasis sumber daya alam (SDA). Yaitu industri pengolahan/manufaktur, sektor pertanian/perkebunan/kehutanan, dan  sektor pertambangan. 

"Ketiga sektor tersebut memiliki pangsa sekitar 75 persen  dari total PDRB Riau," ujar Decymus.

Konsumsi Rumah Tangga menunjukkan perbaikan sejalan dengan pembukaan sektor-sektor ekonomi serta pemulihan daya beli masyarakat. Hal ini juga terlihat dari pergerakan masyarakat ke lokasi perdagangan yang ditunjukkan oleh google mobility index serta meningkatnya omzet penjualan retail.

Realisasi investasi Riau pada triwulan III-2020 juga menunjukkan kinerja yang memuaskan. Total realisasi investasi yang mencapai Rp13,04 triliun berhasil meraih peringkat lima realisasi investasi terbesar  di Indonesia serta peringkat satu di Sumatera.  Hal ini tidak lepas dari konsistensi Forkopimda RIAU dalam mengundang investor dan menciptakan kemudahan dalam berusaha.

Baca Juga:  Via Vallen Ungkap Lika Liku Perjalanan Kariernya

Konsumsi pemerintah yang mencerminkan belanja rutin di APBD berdasarkan data BPS masih menunjukkan pertumbuhan tahunan yang negatif pada triwulan III-2020. Hal ini terlihat dari realisasi belanja pemerintah provinsi serta kab/kota yang baru mencapai 50,4 persen. Akan tetapi, realisasi pendapatan pemerintah daerah terpantau relatif on track di angka 66,8 persen. Hal ini menandakan bahwa cashflow pemda cukup memadai untuk melakukan spending.

Dari sisi lapangan usaha (LU), perbaikan pertumbuhan ekonomi didorong oleh meningkatnya pertumbuhan LU pertanian serta LU industri pengolahan. Pertumbuhan LU Pertanian didukung oleh cuaca yang baik (kemarau basah) dan tidak ada gangguan kebakaran hutan sehingga meningkatkan hasil produksi. Selanjutnya, kinerja LU Industri Pengolahan juga turut mengalami perbaikan didorong oleh peningkatan permintaan global terhadap CPO dan penyerapan biodiesel. Selain itu, pemintaan produk olahan pulp & kertas juga turut meningkat terutama untuk ekspor kertas dan viscose rayon ke India dan Cina. Sementara LU Perdagangan juga mulai pulih sejalan dengan pembukaan sektor-sektor ekonomi dan peningkatan daya beli masyarakat. Dampak dari melemahnya ekonomi Riau akibat pandemi terlihat pada kondisi ketenagakerjaan Provinsi Riau yang menunjukkan penurunan. Berdasarkan data BPS pada periode Agustus 2020, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) meningkat dari 5,97 persen pada periode Agustus 2019 menjadi 6,32 persen. 

Di samping itu, berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker), tercatat 146 ribu pekerja mengalami pemutusan hubungan kerja dan terdapat 72,5 ribu orang penerima kartu Prakerja. Pemulihan ekonomi berlanjut pada triwulan IV 2020, tercermin dari berbagai indikator terkini. Perbaikan kinerja ekspor komoditas utama Riau terus berlanjut, sejalan dengan pulihnya perekonomian negara tujuan ekspor serta meningkatnya harga komoditas CPO dan juga karet. Di sisi domestik, meningkatnya mobilitas masyarakat pada libur akhir tahun diperkirakan mendorong peningkatan permintaan CPO sebagai bahan baku biodiesel. Terus meningkatnya permintaan komoditas utama Riau akan berdampak positif terhadap daya beli masyarakat. Hal ini tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Riau yang meningkat pada November 2020, demikian halnya omzet penjualan retail yang meningkat hingga Oktober 2020. Namun demikian, perbaikan berbagai indikator tersebut masih terbatas dan belum kembali pada level sebelum pandemi Covid-19. Sehingga, secara keseluruhan tahun 2020, pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau diperkirakan masih mengalami kontraksi. 

Upaya Pemulihan Ekonomi Riau

Upaya pemulihan ekonomi dilakukan melalui sinergi pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan instansi terkait termasuk Bank Indonesia. Pada level nasional, upaya pemulihan ekonomi diwujudkan dengan penguatan sinergi melalui 1 prasyarat dan 5 strategi. Satu prasyarat tersebut adalah vaksinasi dan disiplin protokol Covid-19, dan 5 strategi respons kebijakan. Yaitu, pembukaan sektor produktif secara aman, percepatan stimulus fiskal (realisasi anggaran), percepatan stimulus melalui peningkatan kredit, pelonggaran moneter dan kebijakan makroprudensial, serta digitalisasi ekonomi dan keuangan, khususnya bagi UMKM.

Mengacu kepada upaya-upaya yang dilakukan di level nasional, akselerasi pemulihan ekonomi di Riau didorong melalui lima langkah utama. Yaitu, mengawal pembukaan sektor ekonomi utama secara aman seiring dengan diberlakukannya era new normal; mendorong akselerasi belanja pemerintah daerah untuk menstimulus perekonomian, mengoptimalkan restrukturisasi kredit bagi sektor riil terutama UMKM, mendorong digitalisasi UMKM dan mempromosikan hasil karya anak bangsa melalui program Bangga Buatan Indonesia; dan mendorong kinerja ekspor yang saat ini masih menjadi motor utama pertumbuhan ekonomi Riau.

"Kelima langkah tersebut dilakukan secara simultan dengan program stimulus dari pemerintah pusat yaitu program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Namun demikian, perlu dilakukan peningkatan pemanfaatan PEN di Riau mengingat belum semua skim dimanfaatkan secara optimal, di antaranya stimulus untuk UMKM, insentif usaha, dan perlindungan sosial," ujar Decymus.

Inklusi dan Digitalisasi untuk Pemulihan Ekonomi

Hampir seluruh lapisan pelaku ekonomi terdampak oleh pandemi Covid-19, termasuk pelaku usaha skala kecil dan mikro. Sehingga sinergi untuk mendorong inklusi ekonomi semakin urgen untuk dilakukkan agar lebih banyak usaha kecil, mikro dan subsisten bisa naik kelas menjadi usaha formal yang menyumbang lebih besar terhadap pembentukan PDB, meningkatkan penyerapan tenaga kerja, sehingga pada akhirnya akan mengurangi angka kemiskinan.

Decymus mengungkapkan salah satu cara untuk meningkatkan inklusi ekonomi adalah melalui peningkatan akses ke sektor keuangan dan digitalisasi pembiayaan. Pertumbuhan kredit usaha mikro dan kecil menjadi salah satu faktor kunci penunjang pertumbuhan konsumsi per kapita penduduk miskin di Riau. Saat ini, penetrasi pembiayaan digital di Riau masih relatif rendah dibandingkan Sumatera maupun Nasional, baik dari jumlah rekening peminjam maupun pinjaman yang telah disalurkan.

Untuk itu, Bank Indonesia Riau memberikan rekomendasi kebijakan pengembangan UMKM melalui 3 aspek; korporatisasi, digitalisasi, dan pembiayaan. Dari aspek korporatisasi, pemda dapat memperkuat kelembagaan UMKM dengan memberikan kemudahan izin berusaha serta mendorong kemitraan baik antar UMKM maupun dengan berbagai lembaga di daerah. Kemudian, dari aspek digitalisasi, mendorong perluasan kanal pembayaran melalui fintech, e-commerce dan QRIS sebagai alat pembayaran yang mendukung new lifestyle, serta penguatan basis data UMKM melalui koordinasi antar otoritas di daerah. "Selanjutnya, dari aspek pembiayaan perlu adanya dukungan kemudahan akses pembiayaan, meningkatkan peran Pemda sebagai penjamin pembiayaan UMKM, serta meningkatkan literasi keuangan masyarakat terhadap ekonomi-keuangan digital bekerjasama dengan bank, fintech, dan e-commerce," imbuh Decymus.

Baca Juga:  Eks PM Jepang Shinjo Abe Ditembak saat Pidato Politik, Begini Kondisinya

Pasar UMKM Riau juga perlu diperluas melalui digitalisasi. Saat ini jumlah UMKM Riau yang terdaftar di e-commerce sebanyak 0,86 per 1.000 penduduk, masih dibawah level nasional yang mencapai 3,21 UMKM per 1000 penduduk. Namun, pelaku e-commerce Riau menduduki peringkat ke-4 dari seluruh provinsi di Sumatera serta pangsa transaksi e-commerce Riau terhadap nasional yang mengalami peningkatan selama tahun 2020 mengindikasikan, adanya potensi yang besar untuk mendorong perluasan pasar UMKM melalui digitalisasi.

Inflasi

Sementara itu, perkembangan inflasi sepanjang tahun 2020 relatif terjaga seiring dengan masih terbatasnya permintaan masyarakat. Sampai dengan bulan mencapai 1,85 persen (ytd) dan 1,89 persen (yoy). Inflasi masih bersumber dari komoditas volatile food diantaranya cabai merah, bawang merah, serta daging ayam. Sementara, inflasi di bulan Desember juga diperkirakan masih terkendali sehingga inflasi keseluruhan tahun 2020 lebih rendah dibandingkan realisasi tahun 2019, dan masih berada dalam kisaran sasaran inflasi nasional yang sebesar 3,0 persen ±1 persen.

Prospek perkembangan harga barang dan jasa diperkirakan masih dihadapkan dengan sejumlah risiko. Pertama, komoditas bahan pangan, sejalan dengan masih tingginya ketergantungan Riau terhadap daerah lain. Kedua, ancaman la nina yang berpotensi menyebabkan banjir di daerah sentra produsen seperti Sumatera Barat (Sumbar) dan Sumatera Utara (Sumut) sehingga mengganggu pasokan pangan. Ketiga, komoditas tertentu yang terdampak penyesuaian cukai rokok, pengenaan cukai plastik, dan pengenaan cukai minuman berperisa. Keempat, komoditas barang-jasa secara umum, sejalan dengan mulai meningkatnya daya beli masyarakat seiring membaiknya harga komoditas ekspor utama Riau.

"Koordinasi antara Bank Indonesia, pemerintah daerah, kepolisian daerah (Polda) dan pihak terkait lainnya dalam kerangka TPID akan terus dilakukan dengan fokus pada upaya untuk penguatan kerja sama antar daerah, meningkatkan produksi lokal dan pengaturan pola tanam, meningkatkan kualitas data, menjaga kelancaran dan efisiensi rantai distribusi, penguatan infrastruktur penyimpanan, dan pengelolaan ekspektasi masyarakat. Dengan sinergi tersebut, kami memperkirakan inflasi Riau pada tahun 2021 dapat dijaga pada rentang 3,0 persen ±1 persen, 

Prospek Ekonomi 2021

Dijelaskan Decymus, pemulihan ekonomi Riau diperkirakan terus meningkat hingga tahun 2021. Kinerja ekspor diperkirakan terus membaik sehingga menjadi pendorong membaiknya daya beli masyarakat. Pulihnya perekonomian akan menjadi pendorong meningkatnya investasi. Sementara dari sisi sektoral, kinerja seluruh lapangan usaha yang sebelumnya terdampak pandemi Covid-19 diperkirakan sudah pulih secara keseluruhan. Sumber utama pendorong pertumbuhan diperkirakan berasal dari lapangan usaha industri pengolahan dan pertanian.

Ekonomi Riau pada tahun depan diperkirakan tumbuh positif sejalan dengan pemulihan ekonomi global dan juga nasional. Kinerja ekspor diperkirakan terus membaik seiring pulihnya perekonomian global. Selain itu, meningkatnya aktivitas ekonomi nasional juga akan mendorong membaiknya permintaan komoditas utama  Riau. Hal ini kemudian menjadi pendorong membaiknya daya beli masyarakat dan juga investasi. Dari sisi lapangan usaha, kinerja seluruh lapangan usaha yang sebelumnya terdampak pandemi Covid-19 diperkirakan sudah pulih secara keseluruhan. Sumber utama pendorong pertumbuhan terutama berasal dari LU industri pengolahan serta LU pertanian, perkebunan, dan perikanan.

Pada tahun 2021, stimulus pemerintah masih dilanjutkan untuk terus mengakselerasi pemulihan ekonomi. Anggaran Pemulihan Ekonomi Nasional APBN 2021 direncanakan sebesar Rp356,4 Triliun. Selain program PEN, akselerasi juga akan didorong oleh percepatan pembangunan infrastruktur yang meningkat sebesar 48,6 persen dibandingkan tahun 2020. Hal ini dilakukan untuk melanjutkan pembangunan paska pandemi dan diarahkan dalam bentuk padat karya untuk mendukung kawasan industri dan pariwisata. Selain itu, alokasi dana PEN juga diperuntukkan bagi pembangunan penyediaan layanan dasar dan kegiatan prioritas 2020 yang tertunda.

"Meskipun demikian, kondisi perekonomian Riau juga masih dibayangi beberapa risiko yang bisa mendorongnya ke bawah (downside risk), di antaranya diperkirakan berasal dari ketidakpastian berakhirnya pandemi Covid-19 baik secara global maupun nasional; phasing out minyak sawit dalam biodiesel di Uni Eropa yang lebih cepat dari perkiraan sesuai renewable energy directive (RED II) dan pengenaan bea masuk anti subsidi; dan membaiknya hubungan India – Malaysia sehingga impor CPO India dari Malaysia kembali pulih dan order shifting ke Indonesia berkurang," tuturnya.***

 

Pesan Redaksi:

Mari bersama-sama melawan Covid-19. Riaupos.co mengajak seluruh pembaca ikut mengampanyekan gerakan 3M Lawan Covid-19 dengan menerapkan protokol kesehatan dalam aktivitas sehari-hari. Ingat pesan Ibu, selalu Memakai masker, Mencuci tangan dan Menjaga jarak serta hindari kerumunan.

#satgascovid19
#ingatpesanibu
#ingatpesanibupakaimasker
#ingatpesanibujagajarak
#ingatpesanibucucitangan
#pakaimasker
#jagajarak
#jagajarakhindarikerumunan
#cucitangan

 

Covid-19 telah membuat perekonomian secara nasional jatuh di 2020. Sejalan dengan pemulihan ekonomi global, ekonomi nasional juga berangsur pulih mulai triwulan III 2020 dan diperkirakan semakin meningkat sampai 2021.

Laporan: MUJAWAROH ANNAFI (Pekanbaru)

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Pada paruh pertama tahun 2020, pertumbuhan ekonomi di banyak negara maju dan berkembang mengalami kontraksi tajam akibat pembatasan mobilitas untuk memitigasi penyebaran pandemi Covid-19. Kinerja perekonomian global mulai menunjukkan perbaikan pada paruh kedua, seiring mulai meningkatnya aktivitas perekonomian dunia meski pun masih dibayangi risiko gelombang kedua (second wave) pandemi Covid-19. 

Kepala Kantor Perwakilan (KPW) Bank Indonesia Provinsi Riau Decymus menyampaikan, tingkat perbaikan ekonomi berbeda untuk tiap negara. Tergantung pada besarnya stimulus fiskal dan moneter, serta kesuksesan penanganan Covid-19 dan peningkatan aktivitas penduduknya. 

Ekonomi Cina mulai mencatat pertumbuhan positif pada triwulan III-2020 dan diperkirakan sebagai negara pertama yang mulai pulih. Perbaikan ekonomi juga tercatat di Amerika Serikat (AS), meski disertai dengan kasus Covid-19 yang tertinggi. Sementara itu, mitra dagang utama Riau seperti India dan Eropa diperkirakan mengalami kontraksi ekonomi cukup dalam yaitu masing-masing sebesar -8,3 persen(yoy) dan -10,3 persen (yoy). 

Secara keseluruhan tahun 2020, perekonomian global diperkirakan mengalami kontraksi sebesar -4,4 persem (yoy), cukup dalam dibandingkan tahun 2019 yang tumbuh positif sebesar 2,9 persen (yoy) (World Economic Ooutlook IMF Oktober 2020). Sejalan dengan pemulihan ekonomi global, ekonomi nasional juga berangsur pulih mulai triwulan III 2020 dan diperkirakan semakin meningkat sampai 2021. Pola kebiasaan hidup baru yang diterapkan pada triwulan III 2020 berdampak pada berangsur pulihnya perekonomian nasional. Kinerja perekonomian nasional akan terus meningkat hingga tahun 2021. 

Ekonomi Indonesia diperkirakan tumbuh mencapai 4,8-5,8 persen pada tahun 2021, didukung oleh peningkatan kinerja ekspor, konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah, serta investasi baik dari belanja modal pemerintah maupun swasta sebagai respons positif terhadap UU Cipta Kerja. Stabilitas makroekonomi terjaga dengan inflasi yang akan terkendali sesuai sasaran 3±1 persen serta nilai tukar rupiah yang akan bergerak stabil dan berpotensi menguat. Stabilitas eksternal terjaga, dengan surplus neraca pembayaran didukung defisit transaksi berjalan yang rendah di sekitar 1,0-2,0 persen PDB. Stabilitas sistem keuangan juga semakin membaik, dengan rasio permodalan yang tinggi, NPL yang rendah, serta pertumbuhan DPK dan kredit yang masing-masing meningkat ke sekitar 7-9 persen pada 2021.

Dinamika Pertumbuhan Ekonomi Riau

Decymus memaparkan, pada 2020 perekonomian Riau mengalami dinamika sebagai dampak dari merebaknya pandemi Covid-19. Pada triwulan I 2020, ekonomi Riau tumbuh positif sebesar 2,24 persen (yoy). Pada periode tersebut, dampak pandemi Covid-19 masih minim dirasakan karena belum terdapat pembatasan aktivitas masyarakat baik sosial maupun ekonomi. Pada triwulan berikutnya, jumlah kasus pandemi mengalami peningkatan signifikan secara nasional, sehingga mendorong Pemerintah Pusat dan juga Pemprov Riau melakukan pembatasan aktivitas masyarakat melalui PSBB (pembatasan sosial berskala besar). Hal ini berdampak pada menurunnya aktivitas ekonomi Riau secara signifkan. Sehingga pada triwulan II 2020 ekonomi Riau mengalami kontraksi sebesar 3,21 persen (yoy). Selain itu, kontraksi juga didorong oleh kinerja ekspor yang melemah akibat lockdown yang terjadi di beberapa negara mitra dagang disertai menurunnya ekonomi global. 

Pertumbuhan ekonomi Riau mulai berangsur pulih pada paruh kedua 2020. Mulai berlakunya pola kebiasaan hidup baru kembali menggerakkan aktivitas ekonomi masyarakat pada triwulan III 2020. Hampir seluruh sektor ekonomi sudah dibuka kembali melalui penerapan protokol kesehatan yang ketat. Namun, aktivitas ekonomi belum kembali pada level sebelum merebaknya pandemi Covid-19. 

"Pemulihan ekonomi pada periode tersebut terutama didorong oleh kinerja ekspor yang tumbuh positif sejalan dengan peningkatan permintaan mitra dagang utama untuk produk olahan CPO dan kayu (pulp&paper). Selain itu, harga komoditas utama seperti CPO, karet dan Pulp&paper terpantau meningkat. Peningkatan harga komoditas utama turut menguatkan daya beli masyarakat sehingga mendorong konsumsi rumah tangga membaik pada triwulan III-2020," katanya, Senin (21/12).

Secara historis, pertumbuhan ekonomi Riau cenderung sejalan dengan pertumbuhan ekspor luar negeri. Oleh karena itu, salah satu kunci untuk mendorong pertumbuhan ekonomi adalah dengan menjaga kinerja ekspor luar negeri. Hal ini sejalan dengan gambaran struktur perekonomian Riau yang ditopang oleh 3 sektor utama berbasis sumber daya alam (SDA). Yaitu industri pengolahan/manufaktur, sektor pertanian/perkebunan/kehutanan, dan  sektor pertambangan. 

"Ketiga sektor tersebut memiliki pangsa sekitar 75 persen  dari total PDRB Riau," ujar Decymus.

Konsumsi Rumah Tangga menunjukkan perbaikan sejalan dengan pembukaan sektor-sektor ekonomi serta pemulihan daya beli masyarakat. Hal ini juga terlihat dari pergerakan masyarakat ke lokasi perdagangan yang ditunjukkan oleh google mobility index serta meningkatnya omzet penjualan retail.

Realisasi investasi Riau pada triwulan III-2020 juga menunjukkan kinerja yang memuaskan. Total realisasi investasi yang mencapai Rp13,04 triliun berhasil meraih peringkat lima realisasi investasi terbesar  di Indonesia serta peringkat satu di Sumatera.  Hal ini tidak lepas dari konsistensi Forkopimda RIAU dalam mengundang investor dan menciptakan kemudahan dalam berusaha.

Baca Juga:  Polsek Bangko Tinjau Situasi Pelaksanaan Pilpeng di Bagan Jawa

Konsumsi pemerintah yang mencerminkan belanja rutin di APBD berdasarkan data BPS masih menunjukkan pertumbuhan tahunan yang negatif pada triwulan III-2020. Hal ini terlihat dari realisasi belanja pemerintah provinsi serta kab/kota yang baru mencapai 50,4 persen. Akan tetapi, realisasi pendapatan pemerintah daerah terpantau relatif on track di angka 66,8 persen. Hal ini menandakan bahwa cashflow pemda cukup memadai untuk melakukan spending.

Dari sisi lapangan usaha (LU), perbaikan pertumbuhan ekonomi didorong oleh meningkatnya pertumbuhan LU pertanian serta LU industri pengolahan. Pertumbuhan LU Pertanian didukung oleh cuaca yang baik (kemarau basah) dan tidak ada gangguan kebakaran hutan sehingga meningkatkan hasil produksi. Selanjutnya, kinerja LU Industri Pengolahan juga turut mengalami perbaikan didorong oleh peningkatan permintaan global terhadap CPO dan penyerapan biodiesel. Selain itu, pemintaan produk olahan pulp & kertas juga turut meningkat terutama untuk ekspor kertas dan viscose rayon ke India dan Cina. Sementara LU Perdagangan juga mulai pulih sejalan dengan pembukaan sektor-sektor ekonomi dan peningkatan daya beli masyarakat. Dampak dari melemahnya ekonomi Riau akibat pandemi terlihat pada kondisi ketenagakerjaan Provinsi Riau yang menunjukkan penurunan. Berdasarkan data BPS pada periode Agustus 2020, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) meningkat dari 5,97 persen pada periode Agustus 2019 menjadi 6,32 persen. 

Di samping itu, berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker), tercatat 146 ribu pekerja mengalami pemutusan hubungan kerja dan terdapat 72,5 ribu orang penerima kartu Prakerja. Pemulihan ekonomi berlanjut pada triwulan IV 2020, tercermin dari berbagai indikator terkini. Perbaikan kinerja ekspor komoditas utama Riau terus berlanjut, sejalan dengan pulihnya perekonomian negara tujuan ekspor serta meningkatnya harga komoditas CPO dan juga karet. Di sisi domestik, meningkatnya mobilitas masyarakat pada libur akhir tahun diperkirakan mendorong peningkatan permintaan CPO sebagai bahan baku biodiesel. Terus meningkatnya permintaan komoditas utama Riau akan berdampak positif terhadap daya beli masyarakat. Hal ini tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Riau yang meningkat pada November 2020, demikian halnya omzet penjualan retail yang meningkat hingga Oktober 2020. Namun demikian, perbaikan berbagai indikator tersebut masih terbatas dan belum kembali pada level sebelum pandemi Covid-19. Sehingga, secara keseluruhan tahun 2020, pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau diperkirakan masih mengalami kontraksi. 

Upaya Pemulihan Ekonomi Riau

Upaya pemulihan ekonomi dilakukan melalui sinergi pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan instansi terkait termasuk Bank Indonesia. Pada level nasional, upaya pemulihan ekonomi diwujudkan dengan penguatan sinergi melalui 1 prasyarat dan 5 strategi. Satu prasyarat tersebut adalah vaksinasi dan disiplin protokol Covid-19, dan 5 strategi respons kebijakan. Yaitu, pembukaan sektor produktif secara aman, percepatan stimulus fiskal (realisasi anggaran), percepatan stimulus melalui peningkatan kredit, pelonggaran moneter dan kebijakan makroprudensial, serta digitalisasi ekonomi dan keuangan, khususnya bagi UMKM.

Mengacu kepada upaya-upaya yang dilakukan di level nasional, akselerasi pemulihan ekonomi di Riau didorong melalui lima langkah utama. Yaitu, mengawal pembukaan sektor ekonomi utama secara aman seiring dengan diberlakukannya era new normal; mendorong akselerasi belanja pemerintah daerah untuk menstimulus perekonomian, mengoptimalkan restrukturisasi kredit bagi sektor riil terutama UMKM, mendorong digitalisasi UMKM dan mempromosikan hasil karya anak bangsa melalui program Bangga Buatan Indonesia; dan mendorong kinerja ekspor yang saat ini masih menjadi motor utama pertumbuhan ekonomi Riau.

"Kelima langkah tersebut dilakukan secara simultan dengan program stimulus dari pemerintah pusat yaitu program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Namun demikian, perlu dilakukan peningkatan pemanfaatan PEN di Riau mengingat belum semua skim dimanfaatkan secara optimal, di antaranya stimulus untuk UMKM, insentif usaha, dan perlindungan sosial," ujar Decymus.

Inklusi dan Digitalisasi untuk Pemulihan Ekonomi

Hampir seluruh lapisan pelaku ekonomi terdampak oleh pandemi Covid-19, termasuk pelaku usaha skala kecil dan mikro. Sehingga sinergi untuk mendorong inklusi ekonomi semakin urgen untuk dilakukkan agar lebih banyak usaha kecil, mikro dan subsisten bisa naik kelas menjadi usaha formal yang menyumbang lebih besar terhadap pembentukan PDB, meningkatkan penyerapan tenaga kerja, sehingga pada akhirnya akan mengurangi angka kemiskinan.

Decymus mengungkapkan salah satu cara untuk meningkatkan inklusi ekonomi adalah melalui peningkatan akses ke sektor keuangan dan digitalisasi pembiayaan. Pertumbuhan kredit usaha mikro dan kecil menjadi salah satu faktor kunci penunjang pertumbuhan konsumsi per kapita penduduk miskin di Riau. Saat ini, penetrasi pembiayaan digital di Riau masih relatif rendah dibandingkan Sumatera maupun Nasional, baik dari jumlah rekening peminjam maupun pinjaman yang telah disalurkan.

Untuk itu, Bank Indonesia Riau memberikan rekomendasi kebijakan pengembangan UMKM melalui 3 aspek; korporatisasi, digitalisasi, dan pembiayaan. Dari aspek korporatisasi, pemda dapat memperkuat kelembagaan UMKM dengan memberikan kemudahan izin berusaha serta mendorong kemitraan baik antar UMKM maupun dengan berbagai lembaga di daerah. Kemudian, dari aspek digitalisasi, mendorong perluasan kanal pembayaran melalui fintech, e-commerce dan QRIS sebagai alat pembayaran yang mendukung new lifestyle, serta penguatan basis data UMKM melalui koordinasi antar otoritas di daerah. "Selanjutnya, dari aspek pembiayaan perlu adanya dukungan kemudahan akses pembiayaan, meningkatkan peran Pemda sebagai penjamin pembiayaan UMKM, serta meningkatkan literasi keuangan masyarakat terhadap ekonomi-keuangan digital bekerjasama dengan bank, fintech, dan e-commerce," imbuh Decymus.

Baca Juga:  Bupati Imbau WP Manfaatkan PPS

Pasar UMKM Riau juga perlu diperluas melalui digitalisasi. Saat ini jumlah UMKM Riau yang terdaftar di e-commerce sebanyak 0,86 per 1.000 penduduk, masih dibawah level nasional yang mencapai 3,21 UMKM per 1000 penduduk. Namun, pelaku e-commerce Riau menduduki peringkat ke-4 dari seluruh provinsi di Sumatera serta pangsa transaksi e-commerce Riau terhadap nasional yang mengalami peningkatan selama tahun 2020 mengindikasikan, adanya potensi yang besar untuk mendorong perluasan pasar UMKM melalui digitalisasi.

Inflasi

Sementara itu, perkembangan inflasi sepanjang tahun 2020 relatif terjaga seiring dengan masih terbatasnya permintaan masyarakat. Sampai dengan bulan mencapai 1,85 persen (ytd) dan 1,89 persen (yoy). Inflasi masih bersumber dari komoditas volatile food diantaranya cabai merah, bawang merah, serta daging ayam. Sementara, inflasi di bulan Desember juga diperkirakan masih terkendali sehingga inflasi keseluruhan tahun 2020 lebih rendah dibandingkan realisasi tahun 2019, dan masih berada dalam kisaran sasaran inflasi nasional yang sebesar 3,0 persen ±1 persen.

Prospek perkembangan harga barang dan jasa diperkirakan masih dihadapkan dengan sejumlah risiko. Pertama, komoditas bahan pangan, sejalan dengan masih tingginya ketergantungan Riau terhadap daerah lain. Kedua, ancaman la nina yang berpotensi menyebabkan banjir di daerah sentra produsen seperti Sumatera Barat (Sumbar) dan Sumatera Utara (Sumut) sehingga mengganggu pasokan pangan. Ketiga, komoditas tertentu yang terdampak penyesuaian cukai rokok, pengenaan cukai plastik, dan pengenaan cukai minuman berperisa. Keempat, komoditas barang-jasa secara umum, sejalan dengan mulai meningkatnya daya beli masyarakat seiring membaiknya harga komoditas ekspor utama Riau.

"Koordinasi antara Bank Indonesia, pemerintah daerah, kepolisian daerah (Polda) dan pihak terkait lainnya dalam kerangka TPID akan terus dilakukan dengan fokus pada upaya untuk penguatan kerja sama antar daerah, meningkatkan produksi lokal dan pengaturan pola tanam, meningkatkan kualitas data, menjaga kelancaran dan efisiensi rantai distribusi, penguatan infrastruktur penyimpanan, dan pengelolaan ekspektasi masyarakat. Dengan sinergi tersebut, kami memperkirakan inflasi Riau pada tahun 2021 dapat dijaga pada rentang 3,0 persen ±1 persen, 

Prospek Ekonomi 2021

Dijelaskan Decymus, pemulihan ekonomi Riau diperkirakan terus meningkat hingga tahun 2021. Kinerja ekspor diperkirakan terus membaik sehingga menjadi pendorong membaiknya daya beli masyarakat. Pulihnya perekonomian akan menjadi pendorong meningkatnya investasi. Sementara dari sisi sektoral, kinerja seluruh lapangan usaha yang sebelumnya terdampak pandemi Covid-19 diperkirakan sudah pulih secara keseluruhan. Sumber utama pendorong pertumbuhan diperkirakan berasal dari lapangan usaha industri pengolahan dan pertanian.

Ekonomi Riau pada tahun depan diperkirakan tumbuh positif sejalan dengan pemulihan ekonomi global dan juga nasional. Kinerja ekspor diperkirakan terus membaik seiring pulihnya perekonomian global. Selain itu, meningkatnya aktivitas ekonomi nasional juga akan mendorong membaiknya permintaan komoditas utama  Riau. Hal ini kemudian menjadi pendorong membaiknya daya beli masyarakat dan juga investasi. Dari sisi lapangan usaha, kinerja seluruh lapangan usaha yang sebelumnya terdampak pandemi Covid-19 diperkirakan sudah pulih secara keseluruhan. Sumber utama pendorong pertumbuhan terutama berasal dari LU industri pengolahan serta LU pertanian, perkebunan, dan perikanan.

Pada tahun 2021, stimulus pemerintah masih dilanjutkan untuk terus mengakselerasi pemulihan ekonomi. Anggaran Pemulihan Ekonomi Nasional APBN 2021 direncanakan sebesar Rp356,4 Triliun. Selain program PEN, akselerasi juga akan didorong oleh percepatan pembangunan infrastruktur yang meningkat sebesar 48,6 persen dibandingkan tahun 2020. Hal ini dilakukan untuk melanjutkan pembangunan paska pandemi dan diarahkan dalam bentuk padat karya untuk mendukung kawasan industri dan pariwisata. Selain itu, alokasi dana PEN juga diperuntukkan bagi pembangunan penyediaan layanan dasar dan kegiatan prioritas 2020 yang tertunda.

"Meskipun demikian, kondisi perekonomian Riau juga masih dibayangi beberapa risiko yang bisa mendorongnya ke bawah (downside risk), di antaranya diperkirakan berasal dari ketidakpastian berakhirnya pandemi Covid-19 baik secara global maupun nasional; phasing out minyak sawit dalam biodiesel di Uni Eropa yang lebih cepat dari perkiraan sesuai renewable energy directive (RED II) dan pengenaan bea masuk anti subsidi; dan membaiknya hubungan India – Malaysia sehingga impor CPO India dari Malaysia kembali pulih dan order shifting ke Indonesia berkurang," tuturnya.***

 

Pesan Redaksi:

Mari bersama-sama melawan Covid-19. Riaupos.co mengajak seluruh pembaca ikut mengampanyekan gerakan 3M Lawan Covid-19 dengan menerapkan protokol kesehatan dalam aktivitas sehari-hari. Ingat pesan Ibu, selalu Memakai masker, Mencuci tangan dan Menjaga jarak serta hindari kerumunan.

#satgascovid19
#ingatpesanibu
#ingatpesanibupakaimasker
#ingatpesanibujagajarak
#ingatpesanibucucitangan
#pakaimasker
#jagajarak
#jagajarakhindarikerumunan
#cucitangan

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari